Karamah Sunan Kalijaga, Sejajarkan Kiblat Masjid Demak dengan Ka'bah Hanya Pakai Tangan

BLITAR, iNews.id - Pembangunan Masjid Agung Demak oleh Wali Songo pada masa kesultanan Raden Patah diwarnai polemik penentuan arah kiblat. Perdebatan terjadi ketika bangunan masjid telah berdiri.
SHOPEE BRAND FESTIVAL
Spesial Brand Festival! Selected Product diskon s/d 40%|Mall FLASH SALE|Dapatkan Cashback Spesial s/d 50%
LIHAT
KODE YSX
S & K 📅 31 May 2023
Kecuali Sunan Kalijaga, masing-masing Wali Songo memiliki pendapatnya sendiri terkait mana arah kiblat yang tepat menuju Ka'bah.
Baca Juga
“Sunan Kalijaga memecahkan masalah, dan arah kiblat yang dia tentukan menjadi sah karena beliau lah yang menentukan berkat wibawa kewaliannya,” demikian tertulis pada buku Wali Berandal Tanah Jawa (2019), dikutip Kamis (16/3/2023).
Dalam babad Tanah Jawi dan sejumlah kronik berbahasa Jawa lain, diceritakan Sunan Kalijaga menyelesaikan polemik arah kiblat dengan tenang. Usai mengambil air wudu dan melakukan salat malam, Sunan Kalijaga berdiri di sisi utara Masjid Demak.
Baca Juga
Konon, saat itu menggunakan tangan kanannya, Sunan Kalijaga menggapai Ka’bah. Sementara tangan kirinya meraih mustaka atau puncak atap masjid Demak. Begitu Sunan Kalijaga memusatkan ciptanya, Ka’bah tiba-tiba muncul menjulang di atas Masjid Demak.
Dengan demikian, kiblat masjid Demak telah menghadap lurus ke arah Ka’bah. Peristiwa karamah Kalijaga itu didengar Sunan Bonang dan sontak memerintahkan semua wali untuk datang melihat sendiri.
Baca Juga
“Mereka datang dan melihat sekarang kiblatnya sudah benar. Mereka semua sangat lega,” demikian dikutip dari babad Tanah Jawi.
Sunan Kalijaga memiliki gaya penampilan yang berbeda dibanding Wali Songo lainnya. Penampilannya sangat njawani (sangat Jawa). Dia tidak mengenakan sorban dan jubah sebagaimana penampilan Wali Songo lainnya.
Sunan Kalijaga memilih mengenakan busana tradisional Jawa. Dia selalu mengenakan blangkon, beskap atau surjan dari bahan lurik hitam cokelat, dan kain batik.
Gaya busana yang dikenakan itu kemudian baru berkembang pada abad ke-19, yakni sekitar tiga ratus tahun setelah masa hidup Sunan Kalijaga.
Dalam pembangunan Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga memiliki kontribusi yang tidak kecil. Salah satu dari empat tiang masjid yang biasa disebut saka guru atau tatal di timur laut masjid diyakini sebagai peninggalan Sunan Kalijaga.
Sementara tiga tiang tatal lainnya merupakan peninggalan Sunan Bonang (sebelah barat laut), Sunan Gunung Jati (sebelah barat daya) dan Sunan Ampel (sebelah tenggara).
Pada bagian teras masjid, terdapat delapan buah tiang yang biasa disebut sebagai Saka Majapahit. Masjid Demak yang beratap meru, yakni bersusun tiga dengan bentuk limas dan bermakna iman, Islam, dan ihsan, diperkirakan dibangun pada tahun 1401 Saka. Hal itu mengacu adanya gambar serupa bulus yang dimaknai sirno ilang kerthaning bumi.
Editor : Rizky Agustian
Follow Berita iNewsJatim di Google News