Cara Menjaga Kualitas Ibadah Puasa Ramadhan Bagi Para Pekerja - Lirboyo - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Cara Menjaga Kualitas Ibadah Puasa Ramadhan Bagi Para Pekerja - Lirboyo

Share This
Responsive Ads Here

Romadhon, Tips

 Cara Menjaga Kualitas Ibadah Puasa Ramadhan Bagi Para Pekerja - Lirboyo

Pendahuluan

Bulan Ramadhan adalah bulan rahmat Allah tumpah pada makhluk-Nya, bulan di mana pahala Allah melipatgandakan berbagai pahala kebaikan. Maka darinya tidak heran jika para muslim berbondong-bondong untuk fokus ibadah di bulan tersebut.

Namun yang menjadi dilema adalah para pekerja yang tetap eksis di tempat kerja guna menafkahi anak, istri dan keluarga besarnya. Bagi mereka, meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadhan pasti menjadi tantangannya tersendiri.

Tulisan ini mencoba mengajak para pembaca untuk berusaha menjaga ibadah dan mungkin di akhir tulisan ini terdapat formulasi bagi orang-orang yang memang benar-benar sibuk dengan pekerjaannya.

Menjaga Ibadah di Tengah Kesibukan

Bagi pekerja atau orang yang memilikki profesi tetap di bulan Ramadhan, menjaga ibadah merupakan hal yang sulit mereka lakukan. Namun sebagai seorang hamba yang berusaha untuk mengabdi dan menghamba kepada Allah, jelas terdapat keinginan kuat untuk selalu bersimpuh dan bersujud kepada-Nya.

Hal yang paling tepat untuk menjawab permasalahan ini yang jelas adalah kita harus pintar-pintar me-managedan menyistemkan waktu kita guna membagi mana waktu bekerja dan mana waktu beribadah. Lagi pula, jika memang menjadi tulang punggung keluarga alias keberlangsungan hidup para anggota keluarga ada hubungannya dengan pekerjaan kita, syari’at menganjurkan pada kita untuk melakukan yang wajib-wajib dahulu (seperti shalat lima waktu), kemudian jika Allah memberi waktu lebih untuk beribadah sunah, maka barulah kita manfaatkan waktu yang Allah berikan pada kita.

Tanggapan Imam Al-Ghazali bagi para pekerja

Yang harus kita yakini adalah tidak semua seseorang, Allah takdirkan selalu bersujud kepada Allah. Ada golongan manusia yang memang Allah takdirkan untuk selalu eksis mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga (dalam bahasa kitab kuning mereka biasa disebut sebagaida’iyat al-asbab). Sebagian ulama ketika membahas perihal orang-orang yang Allah takdirkan selalu berada di pasar, di kantor dan di tempat-tempat kerja lainnya memberikan gagasan bahwa:

أَنَّ الْأَسْبَابَ إذَا ثَبَتَتْ الْإِقَامَةُ فِيهَا بِحُصُولِ ثَمَرَاتِهَا كَانَتْ عِبَادَةً وَسِتْرًا لِلْعَبْدِ

“Bahwa jika sebab-sebab itu (orang yang selalu bekerja) telah ditetapkan dan menghasilkan manfaatnya, maka menetap dalam sebab-sebab (pekerjaan) tersebut menjadi ibadah dan perlindungan bagi seorang hamba.”

Imam al-Ghazali dalam kitabIhya’ Ulum ad-Dinmenawarkan kesimpulan bahwa tidak semua dzikir adalah dengan cara memutar tasbih dan menghadap kiblat di dalam masjid. Bahkan bagi pekerja, mengerjakan pekerjaannya denganlillahi ta’alaitu merupakan dzikir yang bernilai pahala. Berikut kesimpulan beliau:

وَكَذَلِكَ الْمُحْتَرِفُ الَّذِي يَحْتَاجُ إِلَى الْكَسْبِ لِعِيَالِهِ فَلَيْسَ لَهُ أَنْ يُضَيِّعَ الْعِيَالَ وَيَسْتَغْرِقَ الْأَوْقَاتَ فِي الْعِبَادَاتِ بَلْ وِرْدُهُ فِي وَقْتِ الصِّنَاعَةِ حُضُورُ السُّوقِ وَالِاشْتِغَالُ بِالْكَسْبِ، وَلَكِنْ يَنْبَغِي أَنْ لَا يَنْسَى ذِكْرَ اللَّهِ تَعَالَى فِي صِنَاعَتِهِ

“Demikian pula, seorang pekerja yang membutuhkan penghasilan untuk keluarganya tidak boleh menelantarkan keluarganya dan menghabiskan seluruh waktunya dalam ibadah. Sebaliknya, wiridnya selama waktu bekerja adalah hadir di pasar dan sibuk mencari nafkah. Namun, ia seharusnya harus senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam pekerjaannya.”

Formulasi Tetap Ibadah di Waktu Bekerja

Telah penulis sampaikan di atas bahwa ibadahnya pekerja keras adalah melakukan pekerjaan dengan niat tulus sembari menerima keputusan Allah yang telah menempatkan dirinya di kantor, pasar atau tempat-tempat lainnya seperti di bawah terik matahari.

Maka jangan risau, Allah tetap memberi pahala bagi orang yang bekerja dengan tekad menghidupkan keluarga dan menghantarkan ke tempat yang lebih baik lagi. Bahkan dalam pandangan yang kelihatannya mereka (para pekerja) tidak melakukan ibadah sama sekali, sejatinya mereka melakukan ibadah yang sangat mulia.

Dalam kitabGhayat al-Wushul, pengarangnya menjelaskan bahwa bagi pekerja, langkah yang terbaik adalah tetap bekerja dan jangan lari dari tanggungan bahkan dengan niatan untuk memfokuskan diri dalam ibadah pada Allah.

فالأصلح لمن قدر الله فيه داعية الأسباب سلوكها دون التجريد

“Maka yang lebih baik bagi seseorang yang telah ditetapkan oleh Allah untuk mengikuti sebab-sebab (selalu bekerja) adalah menempuhnya dan tidak meninggalkannya.”

Kokkami tiba-tiba ingat pesan Gus Baha’ di salah satu pendapat beliau yang sangat menyegarkan umat. Kata beliau ““Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya mereka sedang bekerja, Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama”

Penutup

Tulisan ini tidak ada niatan untuk mengarahkan para pekerja untuk tidak beribadah kepada Allah. Sejatinya sudah kami simpulkan di atas bagi orang yang menggeluti har-harinya dengan begitu keras, langkah yang harus mereka ambil adalah melakukan yang wajib-wajib terlebih dahulu seperti melaksanakan shalat lima waktu. Baru ketika Allah memberi anugerah waktu bagi para pekerja, silahkan fokus kepada ibadah-ibadah sunnah seperti shalat tarawih dan lain-lain.

Semangat bekerja dan beribadah, semoga apa yang kita lakukan selalu Allah beri pahala sebab niat baik kita. Wallahu a’lam

Ikuti kami:

Pondok Lirboyo

Jumlah Rakaat Tarawih

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages