Khutbah Idul Fitri 1446 H: Mengupayakan Stabilitas Perekonomian untuk Bekal Akhirat z- NU Online - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Mengupayakan Stabilitas Perekonomian untuk Bekal Akhirat z- NU Online

Share This
Responsive Ads Here

 

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Mengupayakan Stabilitas Perekonomian untuk Bekal Akhirat

Menjelang lebaran cukup banyak berita yang menginformasikan sepinya tempat-tempat perbelanjaan. Banyak faktor yang melatari hal itu, namun faktor utamanya ditengarai ketidakstabilan ekonomi sehingga minat belanja yang biasanya ramai untuk menyambut lebaran menjadi menurun. 

 

Khutbah Idul Fitri kali ini berjudul: “Khutbah Idul Fitri: Mengupayakan Stabilitas Perekonomian untuk Bekal Akhirat". Untuk mengunduh dan mencetak naskah khutbah Idul Fitri ini silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

‎اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ خَيْرِ الْوَفَاءِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى وَاتَّقَى فَقَدْ أَفْلَحَ وَفَازَ إِنَّ اللهَ لَايُخْلِفُ الْمِيْعَادَ، وَقَالَ تَعَالٰى: وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Sudah sepatutnya segala sanjungan kita kembalikan kepada Allah selaku pemilik aslinya, sebab pada dasarnya setiap sanjungan yang diarahkan kepada kita merupakan pemberian dari-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap istiqamah dihaturkan untuk baginda Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.Tidak bosan-bosannya khatib berwasiat untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita setiap harinya. 

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Setelah Ramadhan berlalu sudah seyogyanya kita mengevaluasi diri: apa yang kita peroleh dari Ramadhan tahun ini? Apakah misi pensyariatan puasa Ramadhan sudah berhasil didapatkan? Amalan apa yang masih memungkinkan dilakukan secara rutin?

 

Dengan melakukan refleksi semacam itu maka kita akan menyadari tingkatan keimanan dan keislaman kita. Semoga dengan begitu kita bertekad untuk mengarah kepada pribadi yang lebih baik, yang lebih bertakwa dan bersemangat dalam mengerjakan aturan-aturan agama.

 

Ada sebuah kisah dari sahabat Nabi yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya. Suatu ketika Abu Bakar as-Shiddiq menemui Handzalah dengan menanyakan kabarnya. Handzalah menjawab: Handzalah telah menjadi orang munafik. Mendengar jawaban tersebut Abu Bakar kaget dan heran, kemudian mengklarifikasinya kepada yang bersangkutan.

 

Hadzalah pun menjelaskannya: 'Bagaimana saya tidak menjadi munafik ketika berkumpul bersama Nabi di majelisnya di hadapan saya hanya terlihat sorga dan neraka, sedangkan ketika pulang ke rumah saya malah asyik bercanda dan bermain dengan istri dan anak-anak saya sehingga seolah-olah saya tidak mengingat sama sekali tentang akhirat.'

 

Mendengar penjelasan Handzalah tersebut Abu Bakar memberikan respon: 'Demi Allah kami juga merasakan seperti ini.' Kemudian keduanya sama-sama merasa kebingungan, akhirnya memutuskan untuk mencari solusi kepada Nabi.

 

Setelah Abu Bakar menghaturkan apa yang dipikirkan Handzalah, yang juga sama-sama dialaminya, Nabi kemudian bersabda:

 

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً. ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

 

Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan-jalan kalian. Namun Handzalah, sesekali tidak apa-apa.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim)

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Pelajaran yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah bagaimana respons Nabi terhadap perbuatan kedua sahabatnya. Nabi tidak menyalahkan, tidak menghardik, apalagi mencela. Nabi justru memaklumi dan mempersilakan mengingat urusan dunia asalkan tidak berlebihan.

 

Selama ini, kita terlalu sering diultimatum tentang bahaya dunia dan disuruh fokus ibadah karena kehidupan umat Islam yang hakiki adalah akhirat. Pandangan ini disebarkan secara masif dengan segudang dalil sebagai penguatnya sehingga membuat umat malas berkontribusi untuk dunia. 

 

Coba kita perhatikan diri kita saja, misalnya, kira-kira apa yang telah kita berikan untuk membangun peradaban manusia? Sebesar apa manfaat dan nilai yang kita miliki untuk dunia? Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat? 

 

Inilah akibat dari informasi agama yang disampaikan tidak seimbang sehingga kebanyakan kita tidak minat untuk menggeluti hal-hal yang berkaitan dengan duniawi. Akibatnya, umat Islam tertinggal jauh dari umat lain dalam banyak aspek, termasuk aspek ekonomi. 

 

Mirisnya lagi, tidak sedikit dari kita mempunyai mental tukang minta-minta, dalam banyak kegiatan Islami ke mana-mana membawa proposal mencari sumbangan. Sembari membawa dalil-dalil keutamaan sedekah dan sejenisnya seolah-olah perbuatan tersebut terpuji karena memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengamalkan dalil-dalil tadi.

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Selain hadits di awal tadi, ada juga ayat al-Quran yang dengan lantang memperbolehkan kita mencari dunia. Ayat tersebut berbunyi:

 

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

 

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, serta janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” (QS. al-Qashash: 77)

 

Selama ini dunia diidentikkan dengan materi, dan kita memang tidak bisa melepas diri dari materi itu. Bahkan orang zuhud sekalipun pada sejatinya bukan berarti tidak butuh pada dunia (materi) melainkan zuhud itu tidak menggantungkan dirinya terhadap dunia. Maka ketika dunianya hilang tidak akan sedih berlarut-larut, apalagi sampai stres.

 

Hal ini didasari pada pola pikir bahwa dunia atau materi itu hanya media untuk beribadah. Jadi tujuan utamanya adalah mendapatkan ridha Allah di akhirat nanti. Oleh karenanya, Imam Thabari di dalam kitabnya, Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Quran juz 19 halaman 524 ketika menafsirkan ayat tadi mengatakan bahwa mencari dunia sebagai bekal agar selamat dari siksaan Allah kelak di akhirat.

 

Dengan demikian, mencari dunia bukan perkara yang dilarang agama. Kita bekerja dan mengoptimalkan potensi sesuai bidang masing-masing kemudian mendapatkan dunia yang melimpah, maka niatkanlah itu semua untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala yang akan dibawa ke akhirat nanti.

 

Dunia tetap dijadikan perantara dan akhirat sebagai tujuannya. Ketika ini dijadikan prinsip dalam hidup maka sebanyak apa pun dunia yang dimiliki tidak akan menyilaukannya. Akhirat akan selalu terngiang-terngiang sehingga setiap dunia yang diperolehnya akan diniatkan untuk akhirat. Ketika makan, misalnya, niatnya bukan hanya untuk menghilangkan lapar tapi agar kuat mencari nafkah dan beribadah lainnya.

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Sudah saatnya kita selaku umat yang cukup banyak pengikutnya mengambil peran di kehidupan dunia ini. Dalam arti, kita tekadkan tidak lagi hanya menjadi konsumen dan penikmat, sehingga dari segi ekonomi akan selalu kalah dengan produsen dan pembuat. Karena ekonominya pas-pasan apalagi terbatas, dampaknya kalau mau membeli barang masih banyak pertimbangan.

 

Termasuk berita tentang lemahnya daya beli masyarakat menjelang lebaran tentu saja masyarakat yang dimaksud di sini adalah umat Islam, karena lebaran merupakan hari rayanya umat Islam. Dan sejauh ini kebanyakan umat Islam masih pada level konsumen atau pekerja dengan finansial yang ala kadarnya. Sangat sedikit kiranya yang menduduki kursi-kursi penting dengan gaji yang fantastis.

 

Padahal kalau dari segi kecerdasan dan kemampuan kita tidak kekurangan orang. Hanya saja, karena pandangan umat Islam tidak perlu muluk untuk kehidupan dunia terlalu mendominasi, akibatnya orang-orang kita yang mempunyai potensi luar biasa dibiarkan dan tidak diasah. Di benaknya hanya terbersit: “cuma urusan dunia biarkan saja, yang penting di akhirat nanti masuk sorga.”

 

Maka dari itu, di momen Idul Fitri ini marilah kita bulatkan tekad dan semangat untuk mengembangkan potensi yang dianugerahi Allah demi dapat memberikan manfaat terhadap orang banyak. Semakin banyak manfaatnya semakin banyak pula pahala kita. Inilah yang sebenarnya dicita-citakan Islam dengan istilah: bahagia di dunia dan akhirat. 

 

Di dunia kita tenang dengan tanpa merasa kekurangan, baik harta karena sudah stabil, maupun ibadah karena kita tidak hanya melakukan ibadah wajib tapi juga bisa memaksimalkan berbagai ibadah sunnah. Di akhirat juga kita sah-sah saja merasa optimis mengingat amal perbuatan kita selama di dunia sudah lebih dari cukup.

 

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Mudah-mudahan kita semua selalu diberi kekuatan dan kemudahan untuk selalu menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Kita harus menyadari bahwa dunia bukanlah tujuan utama, melainkan sarana untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.
 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

 

Khutbah II

 

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ 

 

اَللهُ أكْبَرُ مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ، اَللهُ أكْبَرُ مَا حَمِدَهُ الْحَامِدُوْنَ، اَللهُ أكْبَرُ مَا تَقَلَّبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ،اَللهُ أكْبَرُ فِي كُلِّ حَالٍ وَفِي سَائِرِ الظُّرُوْفِ وَالْأَحْوَالِ، اَللهُ أكْبَرُ مَا أَقْبَلَ التَّائِبُوْنَ إِلَى رَبِّهِمْ مُسْتَغْفِرِيْنَ، اَللهُ أكْبَرُ مَا تَجَلَّى اللهُ عَلَى عِبَادِهِ فِي هَذَا الشَّهْرِ الْمُبَارَكِ وَفِي سَائِرِ الشُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ بِالرَّحْمَةِ وَالْغُفْرَانِ

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِإِفْشَاءِ السَّلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ الْمَبْعُوثِ إِلَى سَائِرِ الْأُمَمِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُتَمَسِّكِيْنَ بِدِيْنِ الْإِسْلَامِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَتَجَاوَزْ عَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ، وَارْفَعْ لَهُمُ الدَّرَجَاتِ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حُبَّكَ وَحُبَّ نَبِيِّكَ، وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ وَأَحَبَّ نَبِيَّكَ، اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مُتَابَعَةَ نَبِيِّكَ وَالتَّمَسُّكَ بِكِتَابِكَ وَبِسُنَّةِ نَبِيِّكَ، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَاجْعَلِ الجَنَّةَ هِيَ دَارُنَا وَقَرَارُنَا، وَلَا إِلَى النَّارِ مَصِيْرُنَا، 

 

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

M. Syarofuddin Firdaus, Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat.

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages