Kultum Ramadhan: Tetap Produktif Saat Bulan Ramadan - NU Online - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Kultum Ramadhan: Tetap Produktif Saat Bulan Ramadan - NU Online

Share This
Responsive Ads Here

 Romadhon 

Kultum Ramadhan: Tetap Produktif Saat Bulan Ramadan

Kebanyakan orang dalam kurun bulan Ramadhan, tidak dalam kondisi maksimal saat beraktivitas. Lelah lantaran puasa, sering menjadi alasan umat Islam bermalas-malasan. Biasanya, kadar kesibukan yang sebelumnya cukup intens, hanya karena berpuasa kadarnya menurun sedikit demi sedikit.


Sangat disayangkan, penurunan intensitas aktivitas sehari-hari berdampak secara kolektif. Seorang guru yang sedang berpuasa, semangatnya yang menurun dalam mengajar  berdampak signifikan pada kegiatan belajar. Pun pada kalangan pekerja, karyawan, pelaku bisnis mengalami hal yang sama.


Padahal, esensi puasa tidak didesain sebagai penghambat produktivitas. Justru puasa di saat bulan Ramadhan, seyogyanya menjadi sebuah motivasi, pijakan, dan batu loncatan untuk meningkatkan daya juang. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang sedang terjadi.


Wahbah Zuhaili, dalam kitabnya Fiqhul Islam, menyinggung bahwasannya puasa justru memperkuat kehendak dalam melakukan sesuatu serta mempertajam intuisi dalam mengambil suatu tindakan yang dapat menunjang produktivitas pada saat berpuasa di bulan Ramadhan.


وَالصَّوْمُ يُقَوِّيُ الْإِرَادَةِ، وَيَشْحُذُ الْعَزِيْمَةُ، وَيُعَلِّمُ الصَّبْرُ، وَيُسَاعِدُ عَلَى صِفَاءِ الذَّهْنِ، وَاتِّقَادِ الْفِكْرِ، وَإِلْهَامِ الآرَاءِ الثَّاقِبَةِ إِذَا تَخَطَّى الصَّائِمُ مَرْحَلَةِ الْإِسْتِرْخَاءِ


Artinya, “Berpuasa dapat memperkuat kemauan, mempertajam tekad, mengajarkan kesabaran, berperan terhadap kejernihan nalar, merangsang pikiran, mengasah argumentasi cemerlang disaat seseorang yang berpuasa telah melewati fase pelepasan.” (Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, [Beirut, Darul Fikr: 1985], juz III, halaman 1618).


Fakta bahwa puasa tidak memiliki pengaruh negatif pada fertilitas harus disadari banyak orang.  Beberapa faktor seperti lapar dan haus yang pasti berpengaruh pada stamina, namun bukan berarti mematikan daya produktivitas. Harusnya di saat perut dalam kondisi kosong, titik fokus seseorang meningkat.


Terlebih lagi, bulan Ramadhan, yang diciptakan sebagai bulan yang begitu mulia, memiliki banyak peluang untuk diambil kebaikannya. Nabi memberi kabar baik kepada umat Islam, bahwa di saat Ramadhan banyak sekali kebaikan yang bisa diraih. Tidak sebatas membawa berita baik, Nabi juga menganjurkan untuk meningkatkan produktivitas di saat bulan Ramadhan, khususnya dalam beribadah.


 إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ


Artinya, “Ketika memasuki bulan Ramadhan, seluruh pintu langit dibuka, seluruh pintu neraka Jahanam ditutup, dan seluruh setan dirantai.” (HR. Imam Bukhari)


Melalui puasa, segala fadhilah yang ada pada bulan Ramadhan mungkin untuk digapai. Puasa menjadi fasilitas untuk meningkatkan produktivitas dalam beribadah. Bukan menjadi kendala dalam meningkatkan kuantitas peribadatan.


Potensi kebaikan yang bertebaran begitu banyak, akan sangat rugi jika tidak dapat diraih. Ibadah-ibadah khas pada bulan Ramadhan seperti  memperbanyak sedekah, memperbanyak bacaan Qur'an, dan i’tikaf harus berbanding lurus dengan produktivitas. 


Tidak hanya pada sepanjang masa puasa, produktif di malam hari juga dianjurkan oleh Nabi. Menggunakan kata ‘menghidupkan’ sebagai istilah lain produktif yang memiliki imbalan pengampunan dosa-dosa terdahulu.


مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Artinya, “Barangsiapa yang menghidupkan (malam) bulan Ramadhan dengan iman dan pengharapan, maka dosa-dosa terdahulu akan diampuni.” (HR. Imam Bukhari)


Ibnu Hajar Al-Asqalani memberikan penjelasan terkait hadits ini, bahwa yang dimaksud menghidupkan adalah dengan shalat di malam hari. Bisa shalat malam secara mutlak seperti shalat tahajud, ataupun sholat tarawih. Para ulama sepakat, yang dimaksud dari menghidupkan malam bulan Ramadhan adalah menegakkan shalat tarawih. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, [Mesir, Maktabah As-Salafiyah: 1970], juz IV, halaman 251).


Dengan seseorang melanggengkan intensitas di bulan Ramadhan, puasa yang menjadi ibadah pokok tidaklah sia-sia. Perlu diketahui, puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, namun perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas amal serta ibadah dari waktu sebelumnya.

 

Saat seseorang produktif, ibadah yang dilakukan saat Ramadhan akan memiliki nilai tersendiri. Sehingga puasa tidak menjadi ibadah yang hanya meninggalkan makan dan minum.


أَهْوَنُ الصِّيَامِ تَرْكُ الشَّرَابِ وَالطََعَامِ


Artinya, “Puasa yang paling rendah adalah meninggalkan minum dan makan.” (Ibnu Rajab, Lathaiful Ma'arif, [Beirut, Dar Ibn Katsir: 1999], hlm. 291).


Dengan demikian, untuk tetap produktif saat Ramadhan dianjurkan oleh Nabi, supaya segala potensi kebaikan dapat diraih. Lapar dan haus di saat puasa bukan menjadi faktor menurunnya produktivitas, namun menjadi penunjang yang signifikan.


Ustadz Shofi Mustajibullah, Mahasiswa Pascasarjana UNISMA dan Pengajar Pesantren Kampus Ainul Yaqin.
 

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages