Amalan-amalan dalam Islam ketika Terjadi Musibah - NU ONLINE - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Amalan-amalan dalam Islam ketika Terjadi Musibah - NU ONLINE

Share This
Responsive Ads Here

 

Amalan-amalan dalam Islam ketika Terjadi Musibah

musibah_1747365534

Musibah merupakan peristiwa yang tidak diinginkan oleh siapapun, yang sering kali membawa kesulitan atau penderitaan. Musibah biasanya terkait dengan bencana alam, kecelakaan, atau kejadian buruk lainnya yang menimpa seseorang atau sekelompok orang. Secara umum, musibah sendiri bisa diartikan sebagai ujian atau cobaan yang datang dalam kehidupan. 


Dalam Islam, musibah dianggap sebagai ujian atau cobaan dari Allah swt yang diberikan kepada umat-Nya. Musibah bisa berupa kesulitan, bencana, atau peristiwa yang menyakitkan.


Namun, dalam pandangan Islam, setiap musibah memiliki hikmah dan tujuan tertentu, seperti menguji kesabaran, meningkatkan keimanan, atau membersihkan dosa.


Dalam kitab Sunan At-Tirmidzi disebutkan sebuah hadits yang berbunyi,


عن عائِشَةَ قالتْ قالَ رسولُ الله ﷺ لا يُصِيبُ المُؤمِنَ شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إلاّ رَفَعَهُ الله بِهَا دَرَجَةً وَحَطّ عَنْهُ بها خَطِيئَةً


Artinya: Dari 'Aisyah, Ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seorang mukmin terkena duri atau yang lebih menyakitkan darinya kecuali Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu kesalahan.” (HR. Tirmidzi)


Dalam kitab Shahih Bukhari juga disebutkan,


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ 


Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)


Maksud hadits di atas, Rasulullah memberikan sebuah kabar gembira, bukan hanya kepada mereka yang terkena musibah secara fisik saja. Namun kepada mereka yang tersayat hatinya sebab melihat sanak keluarga yang terkena bencana, para kepala keluarga yang khawatir akan keselamatan keluarga yang rumahnya roboh, masyarakat yang dirundung kesedihan melihat barang-barang di rumahnya hancur sebab bencana, mereka yang lelah mencari ke sana-sini korban bencana yang merupakan keluarganya, dan lain-lain efek dari bencana alam yang menimpanya.


Saat terkena suatu musibah, umat Islam diperintahkan untuk tetap bersabar dan tawakal, serta berdoa memohon kekuatan dan pertolongan Allah. Selain itu, ada juga beberapa amalan yang dianjurkan Ketika kita terkena musibah. Berikut adalah beberapa di antaranya:


1. Adzan

Salah satu hal yang disunahkan dilakukan saat seseorang terkena musibah adalah adzan. Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya, Tuhfatul Muhtaj memaparkan beberapa keadaan disunnahkan mengumandangkan adzan di luar shalat, dan salah satunya adalah saat terjadinya musibah kebakaran. Berikut adalah paparan keterangan dari beliau:


قَدْ يُسَنُّ الْأَذَانُ لِغَيْرِ الصَّلَاةِ كَمَا فِي آذَانِ الْمَوْلُود ، وَالْمَهْمُومِ، وَالْمَصْرُوعِ، وَالْغَضْبَانِ وَمَنْ سَاءَ خُلُقُهُ مِنْ إنْسَانٍ، أَوْ بَهِيمَةٍ وَعِنْدَ مُزْدَحَمِ الْجَيْشِ وَعِنْدَ الْحَرِيقِ قِيلَ وَعِنْدَ إنْزَالِ الْمَيِّتِ لِقَبْرِهِ قِيَاسًا عَلَى أَوَّلِ خُرُوجِهِ لِلدُّنْيَا لَكِنْ رَدَدْته فِي شَرْحِ الْعُبَابِ وَعِنْدَ تَغَوُّلِ الْغِيلَانِ أَيْ تَمَرُّدِ الْجِنِّ لِخَبَرٍ صَحِيحٍ فِيهِ، وَهُوَ، وَالْإِقَامَةُ خَلْفَ الْمُسَافِرِ


Artinya: “Disunnahkan adzan di selain akan melaksanakan shalat, yaitu 1) saat adzan untuk bayi yang baru lahir, 2) orang yang sedang bersedih hati, 3) orang yang menderita penyakit epilepsi, 4) orang yang sedang marah, 5) orang atau binatang yang memiliki perangai buruk, 6) saat perang sedang berkecamuk, 7) saat kebakaran, 8) dan dikatakan juga ketika menurunkan mayat pada liang kubur dengan mengqiyaskan saat awal terlahirnya ke dunia, namun aku (an-Nawawi) menentang kesunnahannya dalam syarh al-‘Ubab, 9) saat terdapat gangguan jin berdasarkan hadits yang shahih di dalamnya, 10) juga adzan dan iqamah dalam penyambutan musafir,” (Imam Ibnu Ḥajar Al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj, [Mesir, Maktabah at-Tijariyyah: 1357 H], juz I, hlm. 461).


Namun meski demikian,  mengumandangkan adzan saat terjadinya bencana tersebut hanya sebatas amalan sunnah kifayah yang cukup dilakukan satu orang saja. Sehingga, selain orang satu yang mengumandangkan adzan tersebut diharapkan tetap fokus terhadap penanganan bencana, bukannya malah ikut adzan semua.


2. Mengucapkan kalimat tarji’

Amalan lain saat seseorang terkena musibah adalah mengucapkan kalimat istirja’ yang berbunyi, Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. 


Imam Nawawi dalam kitabnya yang berjudul, Al-Adzkar memaparkan suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang mengatakan bahwa kita dianjurkan mengucapkan kalimat istirja’ tersebut saat terkena musibah, bahkan meskipun musibah tersebut tampak remeh, seperti ketika tali sandal kita lepas. Berikut riwayatnya:


وروينا في كتاب ابن السني [رقم: ٣٥٤]، عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله ﷺ: «لِيَسْتَرْجِعْ أحَدُكُمْ فِي كُلِّ شَيْءٍ حتَّى فِي شِسْعِ نَعْلِهِ، فإنَّها مِنَ المَصَائِبِ».


Artinya: Kami meriwayatkan dari kitabnya Ibnu Sunni, dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Hendaklah salah seorang dari kalian mengucapkan kalimat Istirja’ (Innalillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika mendapati sesuatu (musibah), bahkan hanya sekadar tali sandal yang terputus. Sebab, hal itu juga termasuk dari beberapa musibah.” (Imam Nawawi, Al-Adzkar, [Beirut, Darul Fikr: 1414 H], hlm. 126).  


Dari hadits di atas, Imam Al-Munawi dalam kitabnya, Faidhul Qadir memberikan keterangan sebagai berikut, 


(ليسترجع أحدكم في كل شيء حتى في) انقطاع (شسع نعله فإنها) الحادثة التي هي انقطاعه (من المصائب) التي جعلها الله سببا لغفران الذنوب


Artinya: “Hendaklah salah seorang dari kalian mengucapkan kalimat Istirja’ (Innalillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika mendapati sesuatu (musibah), bahkan hanya sekadar tali sandal yang terputus. Sebab, hal itu juga termasuk dari beberapa musibah, yang mana dapat mendatangkan ampunan Allah dari berbagai dosa.” (Imam Al-Munawi, Faidhul Qadir, [Mesir, Maktabah at-Tijariyyah: 1356 H], jilid V, hlm. 355).


Sehingga, ketika kita mendapatkan suatu musibah lalu mengucapkan kalimat istirja’ tersebut, maka kita akan mendapatkan ampunan Allah atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, berkah dari ucapan tersebut.


Walhasil, dari paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa datangnya musibah yang menimpa kita tidak serta merta seharusnya menjadikan kita sedih dan putus asa, namun justru memiliki hikmah dan tujuan tertentu, seperti menguji kesabaran, meningkatkan keimanan, atau membersihkan dosa.


Secara hakikat memang semua datang dari Allah, musibah dimaknai sebagai ujian. Sebab, bencana yang terjadi mempunyai beberapa hikmah, salah satunya akan menambah pahala orang yang terkena dampak bencana tersebut dan bisa mengurangi dosa serta dapat menjadi pelajaran dari kelalaian manusia.


Di sisi lain, dari segi mental, kita tidak boleh berputus asa, sehingga secara lahiriyah kita perlu membenahi kelalaian sistem yang menyebabkan bencana tersebut dengan melakukan mitigasi, perbaikan kebijakan, sosialisasi program penanggulangan bencana dan lain sebagainya.


Sedangkan amalan yang dianjurkan saat kita tertimpa musibah beberapa di antaranya adalah mengumandangkan adzan dan mengucapkan kalimat istirja’, agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersabar dan mendapatkan ampunan dari Allah. Amin. Walahu a’lam.


Ustadz Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages