Khutbah Jumat: Hari Buruh dan Seruan Keadilan

Setiap 1 Mei, dunia memeringati Hari Buruh sebagai refleksi atas nasib pekerja yang sering terpinggirkan. Islam tidak hanya memuliakan kerja keras, tetapi juga menuntut keadilan dalam sistem kerja dan relasi sosial.
Upah yang layak, perlindungan hak, dan kesejahteraan merupakan bagian dari ajaran Islam yang luhur. Maka memperjuangkan hak buruh adalah bagian dari menjalankan ajaran agama.
Naskah Khutbah Jumat dengan judul, “Khutbah Jumat: Hari Buruh dan Seruan Keadilan” ini mengajak kaum muslimin untuk menengok kembali ajaran Islam tentang pentingnya keadilan dalam hubungan kerja dan penghormatan kepada buruh. Untuk mencetak, silakan klik fitur download berwarna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ أَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah
Segala puji dan syukur hanya milik Allah swt, Dzat yang telah memberikan kita beragam nikmat sehingga kita dapat berkumpul menjalankan ibadah shalat Jumat dalam keadaan sehat.
Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada junjungan kita, yakni Nabi Muhammad saw, manusia mulia yang telah berdakwah menegakkan panji-panji Islam di seluruh penjuru dunia. Begitu juga para sahabat, kerabat, tabiin dan segenap ulama yang ikut andil dalam meneruskan perjuangan.
Khatib berpesan untuk diri sendiri dan jamaah, mari kita bersama meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan kesungguhan dan jangan sampai kita meninggal, kecuali dalam keadaan muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 102:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah
Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional. Sebuah momentum penting untuk mengangkat suara mereka yang selama ini menopang perekonomian bangsa namun kerap terpinggirkan.
Dalam struktur masyarakat kita, para buruh seringkali bekerja dalam kondisi tidak layak, bergaji rendah, minim perlindungan, bahkan mengalami ketidakadilan dalam relasi kerja.
Padahal, dalam Islam, keadilan adalah prinsip utama dalam hubungan antarmanusia. Islam bukan hanya memuliakan kerja keras, tapi juga menekankan keharusan menciptakan tatanan sosial yang adil, seimbang, dan melindungi kelompok lemah dari kezaliman struktural.
Allah swt berfirman dalam surat An-Nahl ayat 90:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.”
Dalam ayat ini, Allah menjadikannya sebagai pengingat bagi kita semua, bahwa keadilan bukan sekadar anjuran tambahan, tetapi perintah pokok dalam Islam. Ketika relasi industrial kita tidak adil, yakni ketika pemilik modal memperoleh untung besar namun buruh hanya menerima upah minimum. Maka sejatinya sistem itu belum mencerminkan nilai-nilai Islam.
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah
Di tengah sistem kerja yang belum sepenuhnya adil, Islam hadir dengan tuntunan luhur yang menjunjung tinggi hak-hak pekerja. Rasulullah saw pun memberi perhatian besar terhadap perlakuan layak kepada kaum pekerja. Dalam haditsnya, diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Beliau bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
Artinya: "Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasululllah saw bersabda: "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya mengering." (HR. Ibnu Majah)
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah ini mengandung makna mendalam. Rasul tidak hanya menyuruh memberi upah tepat waktu, tetapi juga menekankan penghormatan atas kerja buruh. Dalam konteks hari ini, hadits ini dapat diperluas menjadi seruan agar sistem ketenagakerjaan tidak hanya layak secara waktu dan upah, tapi juga secara perlindungan hak, kesejahteraan, dan rasa keadilan.
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah
Sistem ekonomi hari ini seringkali lebih berpihak kepada pemilik modal ketimbang pekerja. Bahkan banyak regulasi justru melemahkan posisi buruh. Maka tugas kita sebagai umat Islam, khususnya para pemuka agama dan pengambil kebijakan adalah menyuarakan nilai-nilai keadilan sosial sebagaimana dituntunkan Al-Qur’an dan sunnah.
Allah berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 25:
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca agar manusia dapat berlaku adil.”
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur’anil 'Azhim, jilid VIII, halaman 59, menjelaskan bahwa makna dari “الْمِيْزَانَ” yang berarti neraca dalam ayat tersebut adalah keadilan yang berlaku kepada sesama dan selaras dengan adat kemashlahatan umat.
Selain itu, Ayat ini memperjelas bahwa misi utama risalah Islam adalah menegakkan keadilan (al-qisth) dalam kehidupan sosial.
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah
Hari Buruh bukan hanya perayaan simbolik, melainkan pengingat bahwa kerja keras kaum buruh mesti dibarengi penghormatan atas hak dan martabat mereka. Jangan jadikan sabar dan syukur sebagai alat untuk membungkam suara keadilan. Sebab dalam Islam, diam terhadap ketidakadilan adalah bentuk pembiaran terhadap kezaliman.
Mari kita mendoakan para buruh dan mendukung perjuangan mereka agar mendapatkan hak yang layak, serta terus mengingatkan negara dan pelaku usaha agar tidak melanggar prinsip-prinsip keadilan sosial sebagaimana dituntunkan dalam Islam.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Ustadz Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar