Khutbah Jumat: Larangan Memakan Harta Anak Yatim

Dalam ajaran agama islam, kita dianjurkan untuk peduli kepada anak-anak yatim dengan cara memperlakukan mereka dengan baik, menyantuni, dan memuliakan mereka. Keutamaan bagi orang yang menyantuni anak-anak yatim, yakni kelak akan mendapat tempat yang istimewa di Surga dan dekat bersama Nabi Muhammad SAW. Meski demikian kita juga perlu berhati-hati, jangan sampai kita memakan harta anak yatim. Sebab ancamannya cukup berat yakni siksa neraka!
Teks Khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Larangan Memakan Harta Anak Yatim". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah Jumat ini, marilah kita senantiasa mengingat akan segala anugerah yang telah dikaruniakan Allah swt kepada kita. Untuk kemudian kita syukuri dan gunakan di jalan kebaikan serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Pada kesempatan ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta'ala dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagaimana firmannya dalam Al-Qur’an:
وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Artinya: "Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS An-Nisa : 1)
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Manusia hidup di dunia ini dengan nasib yang berbeda-beda. Ada yang beruntung dengan memiliki kedua orang tua dan menemani hingga usia dewasa. Namun, ada pula yang sejak kecil telah ditinggalkan oleh orang tuanya yang meninggal, atau bahkan ketika ia masih di dalam kandungan, sang ayah telah tiada, seperti halnya yang dialami oleh Nabi Muhammad saw.
Anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya disebut dengan anak yatim. Syekh Sulaiman al-Jamal (wafat 1024 H) dalam Hasyiyatul Jamal ‘ala Syarhil Minhaj mengatakan bahwa yatim adalah anak kecil yang ditinggal wafat oleh ayahnya, sekalipun ia masih memiliki ibu atau kakek dan nenek. Kemudian dalam keterangan lain dari Syihabuddin ar-Ramli, bahwa anak yatim adalah mereka yang belum baligh, baik disebabkan usia maupun mimpi basah.
اَلْيَتِيْمُ صَغِيْرٌ لَمْ يَبْلُغْ بِسِنٍّ أَوِ احْتِلَامٍ لِخَبَرٍ لاَ يُتْمَ بَعْدَ احْتِلاَمٍ
Artinya, “Yatim adalah anak kecil yang belum baligh; baik dengan tahun ataupun dengan mimpi basah, karena terdapat hadits: Tidak dikatakan yatim orang yang sudah mimpi basah (baligh).” (Imam ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, [Beirut, Darul Fikr: 1404], juz VI, halaman 138).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Di dalam ajaran agama Islam, kita dianjurkan untuk memuliakan, menyantuni, dan memperlakukan dengan baik anak-anak yatim. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw menggambarkan keistimewaan bagi mereka yang mau menyantuni anak-anak yatim.
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُما شَيْئًا
Artinya, “Aku dan orang yang merawat anak yatim seperti ini dalam surga.” Kemudian nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, seraya sedikit merenggangkannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selain ditinjau dari sisi sosial dan kemanusiaan, ditambah dengan keutamaan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, maka muncullah upaya untuk menyantuni atau memelihara anak yatim, baik dilakukan secara individu maupun kelembagaan. Tentu, ini merupakan hal yang baik yang perlu kita dukung.
Namun, di sisi lain upaya untuk mengemban amanah pengelolaan anak yatim ini juga perlu dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang yang memperlakukan anak yatim dengan tidak baik. Di dalam Al Qur'an Allah ta'ala berfirman:
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ
Artinya, "(termasuk pendusta agama) yaitu orang yang menghardik anak yatim" (QS Al-Ma'un ayat 2)
Orang yang menghardik anak yatim, menyakiti hatinya, dan berbuat zalim kepadanya dengan menahan haknya. Juga orang-orang yang tidak lagi peduli terhadap anak yang sudah kehilangan tumpuan hidupnya itu, akan digolongkan sebagai pendusta agama.
Bahkan dalam ayat lainnya, Allah memberikan peringatan secara tegas kepada siapa saja yang memakan harta anak yatim dengan ancaman api neraka:
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ ٱلۡيَتَٰمَىٰ ظُلۡمًا إِنَّمَا يَأۡكُلُونَ فِي بُطُونِهِمۡ نَارٗاۖ وَسَيَصۡلَوۡنَ سَعِيرٗا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS An-Nisa ayat 10)
Oleh karena itu, sekali lagi, penting untuk diperhatikan bagi individu yang mendapatkan amanah untuk merawat anak-anak yatim. Terlebih bagi lembaga seperti rumah yatim, panti asuhan, dan lain sebagainya perlu untuk hati-hati dalam mengelola titipan harta untuk anak yatim tersebut. Bila perlu dibuat laporan kepada publik, terkait anggaran dana yang diterima dan dipergunakan untuk upaya merawat anak-anak yatim tersebut.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Begitulah, dua sisi antara keutamaan atau pahala dan ancaman dalam konteks upaya untuk memelihara dan menyantuni anak yatim. Tentu, sebagai makhluk sosial kita semua perlu memiliki kesadaran untuk peduli dan memperhatikan nasib para anak yatim.
Bantulah mereka dengan harta benda yang kita miliki atau dengan kebaikan apapun yang dapat kita perbuat. Sebab terkadang mereka, para anak yatim selain membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk kita semua.
Untuk mengakhiri khutbah ini, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita semua rahmat, keberkahan, dan keselamatan. Serta menjauhkan kita dari segala penyakit dan musibah. Semoga kelak kita termasuk ke dalam golongan yang istimewa bersama Nabi Muhammad SAW di surga-Nya. Amin ya Rabbal Alamin
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ
Ustadz Ajie Najmuddin, Pengurus MWCNU Banyudono Boyolali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar