Khutbah Jumat: Menjaga Pangan, Menjaga Negeri

Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi, di mana masyarakat mampu merencanakan dan mewujudkan pangan secara mandiri dan memadai. Baik memadai secara kualitas maupun kuantitas. Semua pihak harus terlibat dalam mewujudkan ketahanan pangan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pangan tersebut tidak bertentangan dengan hukum agama, budaya dan kearifan lokal.
Namun yang terjadi kita tidak seideal itu. Bagaimana al-Qur'an memandang ketahanan pangan? Serta bagaimana pula kearifan lokal menjaga ketahanan pangan. Simak ulasannya dalam khutbah Jumat berikut. Untuk mencetak silakan klik fitur download warna merah (pada tampilan desktop) di bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِاَدَاءِ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ وَأَوْقَفَنَا عَلَى كَيْفِيَّةِ اكْتِسَابِ أَكْمَلِ السَّعَادَاتِ وَاَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُؤَيَّدَ بِأَفْضَلِ اْلآيَاتِ وَالْمُعْجِزَاتِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ بِحَسْبِ تَعَاقُبِ الْاَوْقَاتِ وَالسَّاعَاتِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَتَزَوَّدُوْا بِالتَّقْوَى فَإِنَّهُ خَيْرُ الزَّادِ
Hadirin yang dirahmati Allah
Ketahanan pangan adalah salah satu tolok ukur kedaulatan sebuah negara dalam menjaga keberlangsungan hidup rakyatnya. Oleh karena pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tanpa pangan yang mencukupi, mustahil manusia dapat hidup secara normal. Untuk mewujudkan ketahanan pangan secara nasional, pemerintah dan seluruh jajarannya perlu merencanakan langkah-langkah strategis. Perencanaan dalam segala bidang, pernah disinggung dalam al-Qur'an. Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۖ وَاتَّقُوا اللَّهَۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Hasyr: 18)
Dalam perencanaan, Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur'anil 'Azhim Jilid 13, halaman 499 menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan memperhatikan perbuatan yang telah lalu untuk bekal hari esok adalah memperhitungkan diri sendiri sebelum diperhitungkan oleh orang lain serta mempersiapkan tabungan amal shalih untuk berjumpa dengan Allah SWT di akhirat. Dari sini dapat dipahami, bahwa pemerintah bersama masyarakat harus memiliki perencanaan yang tepat dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Hadirin yang dirahmati Allah
Kata amal shalih dalam pendapat di atas dapat diwujudkan dalam berbagai langkah nyata dengan menciptakan teknologi pengawetan pangan yang ramah terhadap tubuh manusia sekaligus ramah terhadap lingkungannya. Ada kisah menarik tentang hal ini, yang mungkin dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua. Yakni ketika nabi Yusuf AS berfatwa agar masyarakat Mesir menanam gandum selama tujuh tahun. Kemudian sebagian besar dari hasil panen disimpan lengkap dengan tangkainya. Fatwa tersebut Allah SWT abadikan dalam al-Qur'an:
قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ فَذَرُوهُ فِي سُنبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ
Artinya: "(Yusuf) berkata, Bercocoktanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan." (QS. Yusuf: 47)
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami' li Ahkamil Qur'an jilid 21, halaman 367 menilai ayat ini sebagai asal-muasal lima mashalihus syariah atau mewujudkan kemaslahatan pemberlakuan syariat Islam. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan adalah menjaga agama, jiwa, akal, nasab dan harta. Apapun yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya mashalihus syariah tersebut, maka dapat dikategorikan sebagai hal yang berguna. Dan sebaliknya, apapun yang mengabaikan tujuan-tujuan tersebut, masuk dalam kategori mafsadah atau kerusakan. Sehingga, apapun yang dapat menolak mafsadah, maka termasuk maslahah.
Hadirin yang dirahmati Allah
Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia, penyimpanan hasil pertanian, berupa gabah sering kali menjadi masalah. Para petani lebih memilih menjualnya ke tengkulak tanpa melakukan penyimpanan. Sehingga pada satu atau dua bulan berlalu dari musim panen, harga beras naik dan petani mulai kebingungan untuk mendapatkannya.
Di sisi lain, Perusahaan umum badan urusan logistik atau yang kita kenal dengan perum bulog, tidak hadir secara langsung dalam membeli hasil penen para petani. Akan tetapi bulog menerima hasil pertanian dari para tengkulak. Dan sebagai konsekuensinya adalah naiknya harga beras jauh di atas harga gabah dari petani.
Hadirin yang dirahmati Allah
Ketahanan pangan dalam sebuah negara sangat dipengaruhi oleh distribusi komoditas pangan. Dalam hal pemerataan distribusi pangan, Allah SWT juga telah menyinggungnya di dalam al-Qur'an:
مَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنكُمْۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواۚ وَاتَّقُوا اللَّهَۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: "Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya." (QS. Al-Hasyr:7)
Imam Al-Qurthubi dalam al-Jami' Li Ahkamil Qur'an jilid 20, halaman 353 menjelaskan tujuan ayat ini, ia menegaskan, bahwa fai' atau harta yang diperoleh bukan dari peperangan, maka harus dibagikan secara merata kepada kalangan fakir, miskin dan kalangan lemah lainnya yang membutuhkan. Oleh karena kebiasaan yang tidak merata dalam pembagian fai' merupakan kebiasaan jahiliyah. Dari sini jelas para hadirin, bahwa pemerataan pangan merupakan hal penting dalam membangun ketahanan pangan nasional.
Hadirin yang dirahmati Allah
Yang tidak kalah pentingnya adalah semua pihak harus memastikan kehalalan komoditas pangan. Oleh karena di belahan dunia yang lain, telah memulai budidaya katak, kecoak, lipan dan kaki seribu sebagai bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein harian. Hal ini jelas bertentangan dengan hukum Islam yang melarang konsumsi makanan yang menjijikkan. Menghindarkan manusia dari makanan yang menjijikkan seperti ini adalah salah tugas kenabian. Sebagaimana Allah SWT gambarkan dalam firman-Nya:
...يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ...
Artinya: "... dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka..." (QS. Al-A'raf: 157)
Hadirin yang dirahmati Allah
Sebagai salah satu contoh kearifan lokal yang layak dicontoh oleh masyarakat Indonesia dalam membangun ketahanan pangan adalah kegiatan bercocok tanam padi di Ciptagelar atau kasepuhan Ciptagelar, desa Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi.
Tokoh adat memegang peran penting dalam menjaga padi hasil panen warganya. Yang menarik adalah larangan menjual hasil panen. Warga diwajibkan memasukkannya ke dalam lumbung padi desa lengkap dengan tangkainya. Mirip seperti yang difatwakan nabi Yusuf AS kepada masyarakat Mesir waktu itu. Dan hasilnya, mereka diprediksi akan mampu menjaga ketahanan pangan mereka hingga 95 tahun ke depan.
Hadirin yang dirahmati Allah
Pada akhirnya, melalui mimbar jum'at ini, kami mengajak kepada semua pihak untuk mewujudkan ketahanan pangan di negara kita dengan cara-cara yang dibenarkan oleh agama dan budaya luhur bangsa kita. Dan semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan segala nikmat-Nya untuk kita semua. Amin ya rabbal 'alamin.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ .يَابَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُواۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ لِيُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ طُوْلَ الْأَزْمِنَةِ وَالدُّهُوْرِ. وَاَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا لَيِّنًا سَدِيْدًا. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّۚ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَتاَبِعِيْهِ وَتَابِعِيْ تَابِعِيْهِ وَمَنْ تَبِعَهُمِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اجْبُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ عَافِ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ احْفَظْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَغْفِرَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَرَجًا عَاجِلًا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
فَيَا عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِۙ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ!
Ustadz Muhammad Tantowi, Koordinator Ma'had MTsN 1 Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar