Kisah KH Ma’mun Nawawi, Guru Para Pejuang dan Penggembleng Laskar Hizbullah di Bekasi | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Senin, 23 Juni 2025 - 07:15 WIB
Di balik kegagahan Laskar Hizbullah dalam merebut kemerdekaan Indonesia, ada sosok ulama karismatik asal Bekasi, KH Ma’mun Nawawi atau Mama Cibogo. Foto/Ist
- Di balik kegagahan
Laskar Hizbullahdalam merebut kemerdekaan Indonesia, ada sosok ulama karismatik asal Bekasi, KH Ma’mun Nawawi atau lebih dikenal dengan sebutan Mama Cibogo. Dia juga merupakan arsitek spiritual dan militer para
pejuang kemerdekaan.KH Ma’mun Nawawi merupakan murid dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari. Berkat kedekatan ini, dia dipercaya mendirikan dan memimpin pusat pelatihan Laskar Hizbullah di Cibarusah, Kabupaten Bekasi.
Baca juga: Laskar Hizbullah, Tentara Cadangan dari Ulama dan Santri di Pertempuran Surabaya 10 November
Dari pondok pesantren yang ia dirikan, Al-Baqiyatus Sholihat, ratusan santri digembleng menjadi pejuang. Pada tahun 1938, KH Ma’mun Nawawi mendirikan Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat di atas tanah seluas 2.995 meter persegi.
Pesantren ini bukan hanya mengajarkan ilmu agama, pesantren ini disulap menjadi pusat pelatihan militer semi-formal bagi Laskar Hizbullah. Pelatihan perdana digelar pada 28 Februari 1945, dipimpin langsung oleh KH Abdul Wahid Hasyim.
Setiap pesantren dari Jawa dan Madura mengirimkan lima santri terbaik untuk digembleng. Total peserta mencapai 500 orang, dan mereka dilatih menggunakan senjata serta ditempa secara mental dan spiritual.
Mereka pun mendapat pelatihan militer menghadapi penjajah. Setelah Proklamasi 1945, musuh mereka adalah pasukan Belanda yang hendak menjajah lagi Tanah Air. Pelatihan perdana Laskar Hizbullah tersebut dilaksanakan pada 28 Februari 1945. Momen ini dipimpin langsung Kiai Abdul Wahid Hasyim.
Baca juga: Laskar Hizbullah dan Sejarah Perang di Kota Pahlawan
Ada pula beberapa tokoh lain yang hadir di sana, seperti KH Zainul Arifin dan KH Noer Alie. Pembukaan pelatihan ini disaksikan Gunseikan, para perwira Jepang, pimpinan pusat Partai Masyumi, dan para Pangreh Praja.
Diperkuat Tokoh Besar
Setelah pelatihan, para santri diterjunkan ke berbagai medan perang. Di Surabaya bersama Bung Tomo, di Jombang di bawah KH Wahid Hasyim, dan di Bekasi bersama pahlawan nasional KH Noer Alie.
Bahkan tokoh seperti KH Zainul Arifin turut hadir menyaksikan pembukaan pelatihan di Cibarusah, bersama perwira Jepang, petinggi Masyumi, dan pejabat lokal.
KH Ma’mun Nawawi tak hanya dikenal sebagai pejuang, tapi juga cendekiawan besar. Ia menulis 63 kitab, banyak di antaranya menjadi rujukan penting dalam ilmu falaq dan astronomi, bahkan hingga ke Timur Tengah dan Asia Tenggara. Sosoknya menjadi simbol ulama yang berpadu antara ilmu, iman, dan aksi nyata.
Warisan Abadi di Bekasi
KH Ma’mun Nawawi wafat pada 7 Februari 1975 (26 Muharram 1395 H) dalam usia 63 tahun. Ia meninggalkan 40 anak dari 4 istri, dan disalatkan langsung oleh KH Noer Alie. Pemakamannya dipenuhi ribuan pelayat, bukti cinta umat terhadap ulama pejuang ini.
Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat yang kini berusia 84 tahun masih berdiri megah, diasuh oleh keturunan KH Ma’mun Nawawi.
Tak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, pesantren ini adalah saksi bisu sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dari tanah Bekasi.
(shf)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Khasiat Surat Abasa, Salah Satunya Mendapat Kebaikan di Perjalanan
0 Komentar