Kenapa Haul Habib Ali di Solo Selalu Ramai? - Solopos

Dunia Berita
By -
0

 

Kenapa Haul Habib Ali di Solo Selalu Ramai?

Solopos  -  Kamis, 9 Oktober 2025 - 17:49 WIB

ESPOS.ID - Jl Kyai Mojo, Pasar Kliwon, Solo, penuh sesak oleh jemaah yang menghadiri puncak acara Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (Haul Solo) pada Rabu (23/10/2024) pagi. (Espos/Candra Septian Bantara)

Esposin, SOLO -- Haul Habib Ali menjadi agenda tahunan di Kota Solo, Jawa Tengah, yang menyedot perhatian banyak orang. Ribuan jemaah dari dalam dan luar negeri selalu memadati Pasar Kliwon untuk mengikuti rangkaian acara peringatan wafatnya ulama besar itu. 

Uniknya, penyelenggara tidak pernah mengundang orang untuk datang ke acara tersebut. Para jemaah hadir karena merasa terpanggil sekaligus mencari ketenangan hati. 

“Haul Solo itu tidak pernah mengundang. Haul Solo itu satu keunikan sendiri. Penyelenggara tidak pernah mengundang, mereka datang sendiri karena mereka merasa terpanggil, ini guru-gurunya beliau,” jelas salah satu tokoh masyarakat Pasar Kliwon, Abdullah Abdul Kadir Assegaf atau Abdullah AA, kepada wartawan di Balai Kota Solo, Rabu (27/8/2025) siang.

Haul Habib Ali tahun ini akan berlangsung di Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Solo 11-13 Oktober 2025. Selain di Solo, Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi juga berlangsung di Seiwun, Yaman, pada tanggal yang sama. 

Profil Habib Ali 

Mengutip Nahdlatul Ulama dalam situs resminya, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi adalah seorang keturunan Nabi Muhammad SAW yang lahir pada 24 Syawal 1259 Hijriah atau pada tahun 1839 Masehi di Desa Qosam, Hadhramaut, Yaman.

Habib Ali terlahir dari pasangan Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi dan Habibah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri. Nasab mulia Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi tidak perlu diragukan lagi. 

Sebab, dalam Manaqib Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, nasabnya tersambung melalui jalur nasabnya Ali Zainal Abidin bin Husein bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad bin Abdillah.

Dalam biografi Habib Ali bin Muhammad Al Habsy diceritakan ketika Habib Ali berusia tujuh tahun, ayahnya pindah ke Kota Makkah bersama ketiga anaknya yang sudah dewasa yakni Abdullah, Ahmad, dan Husein.

Saat Habib Ali berumur 11 tahun, bersama sang ibu hijrah ke Seiwun untuk memperdalam ilmu fiqih dan ilmu-ilmu lainnya. Kepindahan tersebut sesuai apa yang diperintahkan Habib Umar bi Hasan bin Abdullah Al-Haddad.

Habib Ali dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya. Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Qur'an dan berhasil menguasai ilmu-ilmu dzahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. 

Sehingga sejak saat itu dirinya diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan masyarakat.

Hal ini membuat Habib Ali menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Habib Ali kemudian mendapatkan mandat kepimpinan di setiap majelis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.

Dalam biografinya, disebutkan Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. 

Beberapa di antaranya, menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan, mengumpulkan, mengarahkan, dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu.

Ketika berusia 37 tahun, Habib Ali membangun ribath (pondok pesantren) pertama di Hadramaut, untuk para penuntut ilmu dari dalam dan luar kota. Ribath menyerupai masjid terletak di sebelah timur halaman masjid Abdul Malik. Biaya orang-orang yang tinggal di ribath beliau tanggung sendiri.

Saat berusia 44 tahun, beliau membangun Masjid Riyadh di Kota Seiwun, pada tahun 1303 H. Pada bulan Syawal 1305 H, Habib Ali menggubah sebuah syair tentang Masjid Riyadh. Beliau berkata “Dalam Masjid Riyadh terdapat cahaya rahasia dan keberkahan Nabi Muhammad SAW.

Ketika usia beliau menginjak 68 tahun, beliau mengarang sebuah kitab maulid yang diberi nama Simtud Durar. Sebuah kitab maulid yang masyhur dan penuh berkah hingga kini dibaca di Hadramaut, Indonesia, dan Afrika. Beliau mengarang kitab ini pada Kamis, 26 Shafar 1327 dan menyempurnakannya pada 10 Rabiulawwal 1327 Hijriyah

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi meninggal pada 20 Rabiuts Tsani 1333 H. Pada tahun-tahun terakhir menjelang wafatnya, penglihatan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi semakin kabur.

Habib Ali Al-Habsyi meninggalkan lima anak, empat laki-laki dan seorang putri dari dua istri. Yang pertama seorang wanita Qosam (bernama Abdullah) dan Syarifah Fatimah binti Muhammad Maulakhela (Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khadijah).

Di antara anaknya tersebut ada yang menetap di Kota Solo, Jawa Tengah, Indonesia, yaitu Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (ayah dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi). Habib Alwi bin Ali pun menyelenggarakan haul Habib Ali di Kota Solo.

Alhasil, masyarakat dari berbagai daerah setiap tahunnya datang berbondong-bondong menghadiri haul tersebut. Habib Alwi membangun Masjid Riyadh di Solo pada tahun 1355 H yang kini menjadi tempat pelaksanaan haul Habib Ali Al-Habsyi.

Kini, masjid tersebut ramai dikunjungi jemaah. Beliau juga menyelenggarakan kegiatan ibadah dan taklim yang biasa diamalkan oleh ayahnya.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default