Masjid Lawang Songo, Bangunan Kuno Peninggalan Pendiri Ponpes Lirboyo Kediri
Kediri, Beritasatu.com - Sebuah masjid kuno yang berdiri di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur, masih terjaga keasliannya. Masjid yang dikenal dengan sebutan Masjid Lawang Songo ini menjadi salah satu masjid tertua di Kota Kediri, bahkan usianya sudah mencapai 113 tahun.
Diketahui Masjid Lawang Songo ini terletak di tengah-tengah kawasan Ponpes Lirboyo di antara rumah atau ndalem para pengasuhnya di Jalan KH Abdul Karim Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Masjid Lawang Songo ini mempunyai filosofi dari segi nama dan desain bangunannya.
Salah seorang pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Oing Abdul Muid Shohib mengatakan, bangunan Masjid Lawang Songo disebut-sebut meniru desain dari negara Timur Tengah. Meski demikian, bangunan masjid ini juga nampak gaya klasik dengan gabungan arsitektur jawa kuno.
Adapun arti nama Masjid Lawang Songo berarti lawang dalam bahasa jawa atau pintu yang berjumlah sembilan. Pintu itu sengaja dibuat, letaknya berada di tiga bagian depan, samping kanan, dan kiri.

Pria yang akrab disapa Gus Muid itu mengungkapkan, tidak mengetahui banyak alasan pembuatan desain sembilan pintu itu. Namun apabila ditinjau lebih lanjut, KH Abdul Karim adalah salah satu tokoh ulama Nahdlatul Ulama (NU) saat itu, maka sembilan pintu itu bermakna bisyaroh atau perlambangan janji Allah dan menjadi penyemangat kaum muslimin selama berabad abad.
"Memang desainnya itu konon meniru desain Timur Tengah. Namun kalau diartikan sendiri, ya angka sembilan ini kan angka yang unik bagi NU. Sembilan itu sebagai bisyaroh kurang lebih seperti itu," kata Gus Muid, kepada Beritasatu.com Sabtu (23/3/2024).
Gus Muid menjelaskan, bangunan ibadah itu merupakan masjid pertama berdiri tiga tahun setelah Ponpes Lirboyo pada 1913 masehi. Masjid Lawang Songo didirikan oleh KH Abdul Karim atas inisiatif dari mertuanya KH Sholeh Banjarmelati.
Tidak hanya sebagai tempat salat berjemaah, masjid tersebut dahulunya juga digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan awal para santri. Masjid Lawang Songo kemudian diperluas seiring bertambahnya jumlah para santri. Perluasan tersebut rampung pada 1928.
"Pada tahun itulah kemudian diresmikan," ujar Gus Muid.
Hingga kini, Masjid Lawang Songo masih dijaga keasliannya untuk mengingat jejak peninggalan pendiri pondok, yakni KH Abdul Karim. Menurut Gus Muid, semula masjid ini sangat sederhana dengan dinding dan atapnya terbuat dari kayu. Sempat dimakan usia dan tertiup angin kencang, Masjid ini kemudian dibangunkan secara permanen.
Pada setiap momentum Ramadan, Masjid Lawang Songo tak pernah sepi dari kunjungan para santri beribadah. Selain digunakan sebagai fasilitas salat berjemaah, Masjid Lawang Songo juga digunakan untuk melakukan kegiatan ngaji kilat kitab kuning yang diikuti ribuan santri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar