Kultum Ramadhan: Selalu Ada Solusi pada Setiap Kesulitan Hidup

Siklus hidup manusia tentu tak lepas dari aspek emosional dan spiritual. Seperti halnya Allah SWT menciptakan kesulitan dan kemudahan yang membaur dengan hal ihwal manusia di dunia. Namun, semua hal di dunia akan berubah dan sirna kecuali dzat Allah SWT yang Maha Agung.
Setali tiga uang dengan pepatah "hidup bagaikan roda yang berputar." Ada kalanya suatu hal berada di atas, sementara yang lain di bawah. Begitulah siklus kehidupan yang terus berulang.
Begitu pula kesulitan dan kemudahan. Keduanya merupakan ciptaan Allah yang bertolak belakang namun beriringan adanya. Sebagaimana firman Allah SWT:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦
Fa inna ma‘al-‘usri yusrâ. Inna ma‘al-‘usri yusrâ.
Artinya, "Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (5) sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (6)"
Al-Qur’an mengulang kata 'usr (kesulitan) sebanyak tiga kali bersamaan dengan kata yusr (kemudahan). Kata al-'usr berasal dari akar kata ‘asara yang berarti sulit atau berat. Adapun kata "yusr" berasal dari akar kata "yasara" yang berarti mudah.
Dalam kajian semiotik, konotasi makna al-‘usr merujuk pada kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan atau musibah secara umum, baik yang bersifat material maupun abstrak. Sementara itu, yusr bermakna kemudahan yang luas, dengan makna yang dapat bervariasi.
Selanjutnya, kata ma’a dalam ayat tersebut bermakna bersama, yang menunjukkan keterikatan antara kesulitan dan kemudahan. Manusia yang bertahan dengan kesulitan perlahan akan menemui kemudahan.
Jadi istilah kemudahan datang setelah kesulitan menjadi kurang tepat dalam hal ini. Karena kesulitan dan kemudahan beriringan dan berkaitan erat. Untuk itu, lafaz ma’a sangat ideal untuk mendeskripsikan kelekatan keduanya, bukan ba’da (setelah) atau bahkan bayna (di antara).
Hakikatnya, sebuah kesulitan terasa pahit karena adanya kemudahan yang pernah dirasakan manusia, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dalam potongan ayat surat At-Takatsur, digunakan diksi "bersama" untuk menunjukkan bahwa keduanya saling berkesinambungan.
Refleksi Surat Al-Insyirah Ayat 5-6
Ayat ini menunjukkan sisi spiritualitas mendalam, bahwasanya sebenar-benarnya support system terbaik hanyalah Allah SWT. Asbabun nuzul atau sebab turunnya surat ini juga untuk menghibur Nabi Muhammad SAW menghadapi beratnya lika-liku dakwah. Selain itu, Allah juga ingin menunjukkan kasih sayang-Nya kepada seluruh umat manusia.
Allah SWT tidak diam melihat hamba-Nya berada dalam kesulitan. Maka, Ia ciptakan pula kemudahan sebagai penyeimbangnya. Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa adanya pengulangan pada ayat 5-6 surat Al-Insyirah mengarah kepada bentuk tegas Allah terhadap apa yang disampaikan. (Al-jami' li ahkam al-Qur'an, [Beirut: Darul Kutub al-'Ilmiyah, 2014], hlm. 73).
Allah menegaskan bahwa kepastian datangnya kemudahan selalu menyertai setiap kesulitan yang dialami manusia. Hal ini dapat dilihat dari kisah para nabi yang menghadapi ujian dan cobaan luar biasa, namun selalu mendapatkan pertolongan dari Allah.
Misalnya, Allah menguji Nabi Adam AS melalui perselisihan kedua putranya, Qabil dan Habil, yang berujung pada pertumpahan darah akibat dengki. Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS pun menghadapi ujian berat dengan istri-istri mereka yang durhaka.
Nabi Ibrahim AS diuji dengan siksaan penguasa zalim yang membakarnya di hadapan kaumnya. Nabi Musa AS dalam perjalanan dakwahnya harus berhadapan dengan Fir’aun, seorang penguasa tiran yang bahkan mengaku sebagai Tuhan. Begitu pula Nabi Muhammad SAW yang menghadapi berbagai hinaan dan penolakan dari kaum kafir Quraisy dalam menyebarkan risalah Islam.
Allah SWT Maha Berkehendak dan Berkuasa atas segala sesuatu. Dia tidak menciptakan kesulitan tanpa tujuan. Bahkan, sebelum menghadirkan cobaan, Allah telah menenangkan hamba-Nya dengan firman-Nya: Laa yukallifu Allahu nafsan illa wus’aha—Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya.
Sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Allah SWT juga menurunkan syariat rukhshah (keringanan) bagi umat Islam yang berada dalam kondisi sulit. Di sela-sela kewajiban yang telah ditetapkan, terdapat kemudahan yang menunjukkan kelembutan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya.
Kemudahan-kemudahan ini menunjukkan bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada solusi yang diberikan oleh Allah. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, setiap ujian dan tantangan yang datang pasti diiringi dengan jalan keluar. Allah tidak membiarkan hamba-Nya terjebak dalam kesulitan tanpa memberi celah kemudahan.
Karena itu, dalam menghadapi berbagai problem kehidupan, kita tidak boleh berputus asa. Alih-alih berlarut dalam kesedihan, kita perlu meyakini bahwa Allah selalu memberikan jalan keluar bagi mereka yang bersabar dan berusaha. Dengan keimanan yang kokoh serta keyakinan terhadap rahmat-Nya, kita akan lebih mudah menghadapi ujian hidup dengan penuh ketabahan dan optimisme.
Semoga kita selalu termasuk dalam golongan orang-orang yang mampu melihat kemudahan di balik setiap kesulitan, serta senantiasa berpegang teguh pada petunjuk Allah dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Wallahu a‘lam.
Ustadz Sayyida Naila Nabila, Pegiat Kajian Keislaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar