Dunia Internasional,
Saat Peci Menarik Perhatian Pegawai Toko di Jepang
Niigata, NU Online
Sehari setelah kedatangan dai internasional LD PBNU di Kokucho, Tsubame, Niigata, Jepang tepatnya pada Jumat (7/3/2025) pasca melaksanakan ibadah shalat Jumat, kami diajak oleh Suratman, pria kelahiran Bantul yang kini menjadi imam dan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Nusantara Tsubame Niigata untuk pergi ke Second Store untuk membeli jaket tebal.
Hal itu karena di Jepang memang sedang musim peralihan dari dingin menuju ke musim semi. Ya, suhu udara di Niigata berkisar antara -1 hingga 3 derajat saat awal maret dan akan semakin menghangat di tanggal tua.
Saat kami memasuki toko, terlihat beberapa warga lokal jepang juga sedang sibuk memilih baju maupun pakaian lainnya untuk dibeli. Ada juga kasir yang menyambut kami dengan senyum yang ramah. Namun sorot mata mereka tidak mampu berbohong. Orang-orang dalam toko tersebut seperti melihat sesuatu yang unik dan baru.
Ya, memang kami datang ke sana dengan setelan ala santri. Memakai peci hitam, sarung, dan jaket tipis yang dari Indonesia yang tak mampu menghalau tusukan udara dingin kota Tsubame.
Kebetulan toko tersebut berdekatan dengan komplek Tsubamesanjo. Sebuah kawasan industri pusat produksi logam di kota Tsubame yang juga memiliki gedung pameran untuk memasarkan produk mereka. Kami pun diajak memasuki gedung tersebut.
Tsubame merupakan wilayah yang terkenal akan keunggulan produksi logam, terutama pisau dan alat dapurnya. Benar saja, saat kami masuk terdapat almari panjang yang berisikan produk-produk logam beserta sejarah perkembangannya. Bahkan ada satu rak almari yang berisi sepaket gunting pemotong rumput dan tanaman dengan berbagai ukuran yang diproduksi lebih dari 100 tahun yang lalu.
Suasana di gedung itu cukup sepi. Tak banyak orang yang datang. Berbeda sekali dengan toko yang kami kunjungi tadi. Namun masih ada beberapa pegawai gedung pameran tersebut yang menyambut kami dengan senyum yang ramah.
Saat kami sedang berkeliling melihat produk dan sesekali mengambil gambar. Dari kejauhan tampak para pegawai tersebut saling berbisik dan tersenyum-senyum. Merasa tidak tahu apa yang dibahas, kami tetap berkeliling.
Puas melihat produk, kami berniat untuk kembali ke masjid tempat kami bertugas. Tapi tiba-tiba salah seorang pegawai menghentikan langkah kami. Ia kemudian bertanya kepada Suratman yang memang sudah fasih berbahasa Jepang. Penasaran, kami pun bertanya pada Suratman terkait hal apa yang dibicarakan.
“Dia bertanya kita dari mana. Terus saya jawab dari Indonesia. Lalu dia bilang style topinya bagus. Khas sekali. Katanya begitu,” jelas Suratman kepada kami.
Tiba-tiba saja pegawai wanita itu kembali menghampiri kami dan memberikan sendok teh baru secara gratis. Ternyata itu adalah souvenir untuk kami sebagai bentuk penghormatan kepada turis. Memang budaya orang Jepang sangat gemar memberikan hadiah.
Kami pun merasa senang dan sekaligus kaget. Ternyata peci yang kita kenakan mampu menarik perhatian. Seminggu kemudian, tepatnya Selasa (14/3/2025) pagi. Saat kami sedang berjalan keluar dan mencari spot untuk membuat video dakwah. Tiba-tiba ada seorang kakek yang mengamati kita saat sedang mengambil video.
Kakek itu pun melintasi kita dan masuk ke sebuah toko di seberang jalan tempat kami mengambil video. Selang beberapa saat, ketika kami masih dalam proses latihan mengambil video. Kakek itu pun kemudian bertanya kepada kami dengan menggunakan bahasa Inggris.
“Where are you from?” (dari mana kalian)
“We are from Indonesia,” (kami dari Indonesia)
“Your hat is special,” (topimu istimewa)
“Thank you,” (terima kasih)
Kakek itu ternyata juga terlihat tertarik dengan peci yang memang selalu kami kenakan di mana pun. Lewat dua kejadian ini, kami mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa ternyata pakaian pun mampu menjadi media dakwah yang cukup efektif. Semoga saja lewat peci yang mencuri atensi. Akan ada warga lokal Jepang yang mendapatkan hidayah ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar