Khutbah Jumat: Mendidik Anak ala Luqman Al-Hakim - NU Online - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Khutbah Jumat: Mendidik Anak ala Luqman Al-Hakim - NU Online

Share This
Responsive Ads Here

 

Khutbah Jumat: Mendidik Anak ala Luqman Al-Hakim

ngaji-anak-orang-tua-freepik_1744177413

Kewajiban utama mendidik anak ada di tangan orang tua, bukan di tangan guru di sekolah atau pesantren. Maka bersamaan dengan dimulainya kegiatan belajar setelah melewati libur lebaran, sudah sepantasnya orang tua memfokuskan kembali orientasi pendidikan anak-anaknya. 

 

Maka khutbah Jumat ini berjudul, “Khutbah Jum’at: Mendidik Anak ala Luqman Al-Hakim.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! 

 

Khutbah I

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ  وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسۡمِ اللّٰهِ الرَّحۡمَٰنِ الرَّحِيمِ: وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ الشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ 

 

Sidang Jumat yang dirahmati Allah   

Setelah berlibur, anak-anak kita akan kembali masuk ke sekolah atau ke pesantren masing-masing. Tentu saja, momen masuknya anak-anak kita ke sekolah atau pesantren ini, hendaknya mengingatkan kita selaku orang tua akan orientasi pendidikan anak-anak kita.

 

Selain itu, kita juga hendaknya menyadari bahwa walau anak-anak kita sudah dititipkan kepada gurunya di sekolah atau di pesantren, tanggung jawab utama mendidik anak-anak tetaplah di tangah kita selaku orang tua. Agama Islam mewasiatkan, akidah anak-anak kita bergantung kepada kita para orang tua. Begitulah pesan Rasulullah saw. 

 

كُلُّ ‌مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

 

Artinya, “Setiap bayi yang terlahir dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi atau sebagai Nasrani,” (HR. Malik).

 

Hadits ini mengisyaratkan bahwa tanggung jawab orang tualah bagaimana ibadah, muamalah, dan akhlak anak-anaknya kelak setelah dewasa. Maka sudah selayaknya kita kembali memperhatikan fokus dan prioritas pendidikan anak-anak kita. 

 

Sidang Jumat yang dirahmati Allah   

Berbicara mendidik anak, kita mungkin bisa belajar banyak dari sosok luar biasa yang diceritakan Al-Quran. Siapa lagi jika bukan sosok bijak Sayidina Luqman Al-Hakim. Sebagaimana diketahui, Luqman Al-Hakim adalah keponakan Nabi Ayub a.s yang berasal dari negeri Sudan. Ia pernah berguru kepada Nabi Dawud dan dikaruniai hikmah oleh Allah. 

 

Berkat karunia hikmah yang diberikan Allah, Luqman Al-Hakim menjadi sosok yang sangat bijak, termasuk dalam mendidik putranya. Dalam menyampaikan pesan-pesannya, Luqman Al-Hakim dikenal dengan metode dialog yang bijak.  

 

Mungkin masih ada sebagian orang tua, apalagi yang punya kesibukan, punya anggapan bahwa dialog dengan anak hanya membuang-buang waktu. Menurut mereka, biarlah anak bermain sendiri dengan mainan kesukaannya daripada diajak dialog. Padahal menurut salah seorang konsultan pendidikan dan keluarga asal Mesir, Dr. Ghadah Hasyad dalam buku Al-Hiwâr ma’al-Abnâ, halaman 97-98, dialog dengan anak memiliki manfaat yang luar biasa, di antaranya adalah:

 
  1. Merangsang pertumbuhan dan intelektual anak;
  2. Mengenali potensi, keunggulan, dan kecenderungan anak;  
  3. Memberi perhatian lebih pada anak, sehingga psikologisnya selalu terjaga.    
 

Sidang Jumat yang dirahmati Allah   

Lantas, dialog seperti apa yang membawa kesuksesan Luqman Al-Hakim dalam mendidik putranya dan layak kita tiru oleh para orang tua? 

 

Tentu saja bukan sembarang dialog, melainkan dialog yang lahir dari isi hati yang tulus dan takut kepada Allah, penuh dengan keteladanan dan rasa tanggung jawab, sarat akan cinta dan kasih sayang, mengerti akan situasi, kemampuan, dan psikologis anak, menggunakan bahasa lemah lembut, sederhana, dan mengundang rasa simpati anak, ditambah konsep dialog yang mengedepankan konsep kesetaraan, hingga anak pun lebih terbuka untuk menerima apa yang disampaikan orang tua.

 

Nasihat yang disampaikan Luqman Al-Hakim melalui dialognya bersifat komprehensif, mengedepankan skala prioritas, dan mencakup segala hal yang dibutuhkan anak dalam setiap fase pertumbuhannya. Nasihat-nasihatnya mencakup aspek akidah, tauhid, ibadah, muamalah, dan akhlak. 

 

Penyampaian nasihat dimulai dari masalah akidah yang menjadi dasar keyakinannya, disusul dengan penanaman nilai-nilai ketakwaan dan rasa takut kepada Allah pada hati anak. Setelah itu, barulah beralih pada masalah shalat, perintah amar makruf, nahi munkar, dan perintah sabar.

 

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Itu pula yang membuat nama Luqman Al-Hakim diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-Quran. Di antara ayat yang mengisahkan dialog Lukman Al-Hakim dengan putranya adalah sebagai berikut: 

 

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ

 

Artinya, “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, ‘Wahai anakku, janganlah menyekutukan Allah! Sesungguhnya menyekutukan (Allah) itu benar-benar kezhaliman yang besar,’” (QS. Luqman [31]: 13).

 

Mengawali dialognya,  Luqman Al-Hakim menyapa sang putra dengan sapaan, “Ya bunayya....” atau “wahai anakku.” Ini menunjukkan kepiawaiannya sebagai pendidik yang bijak dalam memilih tutur kata yang disenangi anak sehingga  membuat anaknya nyaman, berkesan, merasa dihargai dan diperhatikan. 

 

Dari sisi kandungan pesannya, pendidikan tauhid dan mengenalkan Allah memang menjadi pendidikan dasar yang ditanamkan pada anak. Sebab, kewajiban pertama bagi orang mukallaf adalah mengenal Tuhannya, yakni Allah swt. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh para ulama tauhid:

 

‌أَوَّلُ ‌وَاجِبٍ ‌عَلَى ‌كُلِّ ‌مُكَلَّفٍ مَعْرِفَةُ اللهِ تَعَالَى بِالدَّلِيْلِ وَالْبُرْهَانِ

 

Artinya, “Kewajiban pertama bagi seorang mukalaf adalah mengenal Allah dengan dalil dan argumen,” (Abdullah bin Muhammad, Ara’ul Qurthubi [Makkah, Daru Ibnil Jauzi: 1427 H], halaman 193). 

 

Pada ayat berikutnya, Allah kembali merekam pesan Luqman Al-Hakim kepada putranya tentang pentingnya kesadaran pada pengawasan Allah terhadap diri sang anak.

 

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

 

Artinya, “(Luqman berkata,) ‘Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan),’” (QS. Luqman [31]:16). 

 

Jika diamati lebih mendalam, dari ayat ini Luqman Al-Hakim hendak menanamkan keimanan yang kuat dalam hati putranya agar selalu merasa dilihat dan diawasi oleh Allah, baik di hadapan orang tua maupun tidak. Dan jika misi ini berhasil, maka membentuk karakter anak akan lebih mudah sebab dasarnya adalah keimanan dan rasa takut kepada Allah di mana pun berada.  

 

Sidang Jumat yang dirahmati Allah   

Dari petikan dialog di atas terlihat bahwa pendidikan karakter yang disampaikan Luqman Al-Hakim didasarkan pada dua prinsip, yakni prinsip pahala dan siksa serta prinsip motivasi dan peringatan. Pelaksanaan perintah maupun pengabaian larangan dipahami oleh anak sebagai tindakan yang mengandung konsekuensi, baik berupa ganjaran dan pahala, kenikmatan surga, maupun siksaan neraka. 

 

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ،  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ . اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.  فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages