Alasan Memilih Empat Imam Mazhab dalam Tradisi Aswaja
Pernahkah kita berpikir, mengapa penganut paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) hanya merujuk pada empat imam mazhab, khususnya dalam konteks hukum fikih? Pertanyaan ini sering muncul, terutama di tengah generasi muda yang haus akan penjelasan tentang tradisi keilmuan Islam.
Menurut Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy‘ari, Ahlussunnah wal Jama‘ah (Aswaja) adalah golongan para ulama yang ahli dalam tafsir, hadis, dan fikih. Mereka disebut sebagai orang-orang yang konsisten berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad serta melanjutkan tradisi Khulafaur Rasyidin setelah beliau. Inilah kelompok yang digolongkan sebagai “al-Firqah an-Najiyah” atau golongan yang selamat. Dalam perkembangannya, para ulama menjelaskan bahwa ajaran dan pemikiran Aswaja itu kini terangkum dalam empat mazhab fikih besar, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi‘i, dan Hanbali.
أَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيرِ وَالْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ، فَإِنَّهُمْ الْمُهْتَدُونَ الْمُتَمَسِّكُونَ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَّاشِدِينَ، وَهُمْ الطَّائِفَةُ النَّاجِيَةُ. قَالُوا: وَقَدِ اجْتَمَعَتِ الْيَوْمَ فِي مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ: الْحَنَفِيُّونَ، وَالشَّافِعِيُّونَ، وَالْمَالِكِيُّونَ، وَالْحَنْبَلِيُّونَ
Keterangan di atas, penulis nukil dari salah satu karangan Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy‘ari, “Ziyadah at-Ta’liqat, Ahlussunnah wal Jama’ah.” Penjelasan beliau mengarah pada rujukan utama penganut paham Aswaja dalam memutuskan suatu hukum fikih. Sedangkan dalam ruang lingkup lain, misal teologi dan tasawuf, terdapat beberapa imam rujukan lain.
Alasan di Balik Pengkhususan Empat Mazhab
Selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam terkait pertanyaan besar yang sudah penulis tawarkan di muka. Dalam hal ini, penulis menukil salah satu pendapat dari Imam Alawi bin Ahmad al-Saqaf, di dalam buku berjudul “Majmu’ah Sab’ah Kutub Mufidah,” sebagaimana di bawah ini:
وَلَيْسَتِ الْمَذَاهِبُ الْمَتْبُوعَةُ مُنْحَصِرَةً فِي الْأَرْبَعَةِ، بَلْ لِجَمَاعَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ مَذَاهِبُ مَجْمُوعَةٌ أَيْضًا
Melalui satu statement sederhana di atas, beliau hendak mempertegas bahwa mazhab-mazhab yang diikuti (umat Islam) dalam konteks hukum fikih sebenarnya tidak terbatas hanya pada empat mazhab. Sebab, ada banyak ulama lain yang juga mengembangkan mazhab, seperti Imam al-Awza‘i, Imam al-Layts bin Sa‘ad, Imam Sufyan ats-Tsauri, dan beberapa lainnya.
فَقَدْ صَرَّحَ جَمْعٌ مِنْ أَصْحَابِنَا بِأَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَقْلِيدُ غَيْرِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ، وَعَلَّلُوا ذٰلِكَ بِعَدَمِ الثِّقَةِ بِنِسْبَتِهَا إِلَى أَرْبَابِهَا لِعَدَمِ الْأَسَانِيدِ الْمَانِعَةِ مِنَ التَّحْرِيفِ وَالتَّبْدِيلِ
Artinya: “Telah dijelaskan oleh sejumlah ulama dari kalangan kami bahwa tidak boleh bertaqlid (mengikuti) selain kepada empat imam mazhab. Mereka memberikan alasan, karena tidak ada jaminan kepercayaan dalam menisbatkan pendapat-pendapat itu kepada para imam (selain empat), akibat tidak adanya sanad yang dapat mencegah terjadinya penyelewengan dan perubahan.”
Para ulama membatasi umat Islam hanya mengikuti empat mazhab besar (Hanafi, Maliki, Syafi‘i, dan Hanbali) dalam urusan fikih. Sebab, meskipun dulu ada banyak mazhab lain, ajaran-ajaran mereka tidak lagi terjaga dengan sanad (rantai periwayatan) yang jelas. Tanpa sanad yang kuat, dikhawatirkan terjadi kesalahan, penambahan, atau pengurangan dalam ajaran aslinya.
بِخِلَافِ الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ، فَإِنَّ أَئِمَّتَهَا بَذَلُوا أَنْفُسَهُمْ فِي تَحْرِيرِ الْأَقْوَالِ، وَبَيَانِ مَا ثَبَتَ عَنْ قَائِلِهِ، فَأَمِنَ أَهْلُهَا مِنْ كُلِّ تَغْيِيرٍ وَتَحْرِيفٍ، عَلِمُوا الصَّحِيحَ مِنَ الضَّعِيفِ
Artinya: “Berbeda dengan empat mazhab, karena para imamnya telah mencurahkan diri mereka untuk menyeleksi dan meneliti pendapat-pendapat, serta menjelaskan mana yang benar-benar sahih dari perkataan yang dinisbatkan kepada mereka. Dengan itu, para pengikut mazhab empat menjadi aman dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan, sebab mereka dapat membedakan mana pendapat yang kuat dan mana yang lemah.”
Dengan bahasa lain, empat mazhab yang kita kenal sekarang memiliki dokumentasi yang lengkap, murid-murid yang banyak, serta sanad keilmuan yang jelas dan berkesinambungan sampai hari ini. Itulah sebabnya, untuk menjaga kemurnian agama, umat Islam, dalam hal ini khususnya adalah penganut Aswaja diarahkan hanya mengikuti empat imam mazhab.
Karena itulah, berpegang pada empat mazhab dalam tradisi Aswaja merupakan bentuk kehati-hatian dan rasa syukur atas warisan ulama salaf. Di dalamnya ada jaminan keaslian ilmu, ada ikatan sanad yang terjaga, dan ada cahaya keselamatan yang menghubungkan kita dengan sunnah Nabi Muhammad saw. Maka, menjaga empat mazhab berarti menjaga agama ini tetap lurus, bersih, dan penuh keberkahan.
Penulis: Moch. Vicky Shahrul H, Mahasantri Abadi Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang.
Editor: Muh. Sutan.