Ketum PBNU Ajak Santri Bela Pesantren, NU, dan Indonesia
NU Online · Selasa, 21 Oktober 2025 | 06:00 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Senin (20/10/2025). (Foto: TVNU/Miftah)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyerukan semangat dan kesetiaan kepada pesantren, Nahdlatul Ulama (NU), dan Indonesia. Hal itu disampaikan di hadapan ribuan santri dan jamaah dalam acara Lirboyo Bersholawat dalam rangka Mensyukuri Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada Senin (20/10/2025).
Baca Juga
Video Gus Yahya Cium Tangan Kiai Sepuh Viral di Media Sosial
Dalam sambutannya, kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu mengobarkan semangat para santri dengan seruan lantang, “Santri?,” yang dijawab kompak oleh ribuan santri, “Iya,” seruan itu kemudian dilanjutkan dengan ajakan, “Siap bela Lirboyo?,” “Siap bela pesantren?,” “Siap bela NU?,” dan “Siap bela Indonesia?,” yang semua dijawab serempak oleh para santri dengan teriakan, “Siap,”.
“Alhamdulillah (jawabannya siap semua), tidak ada lagi yang perlu dikatakan,” ujar Gus Yahya.
Baca Juga
Gus Yahya Imbau Santri Tetap Santun dan Taat Hukum dalam Unjuk Rasa Tayangan Trans7
Lebih lanjut, menurutnya, Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari telah mengatakan bahwa para ulama NU adalah mereka yang memiliki otoritas untuk mengajarkan agama. Hal ini dilatarbelakangi keilmuannya yang diperoleh melalui sanad yang muttasil (bersambung) hingga Rasulullah saw.
Baca Juga
PBNU Protes Keras Tayangan Trans 7, Gus Yahya: Tayangan Itu Hina Pesantren dan Tokoh yang Dimuliakan NU
Mengutip pesan Hadratussyekh, Gus Yahya menyampaikan, “Wahai para ulama telah mengambil ilmu dari orang-orang sebelum Anda sekalian, dan beliau-beliau sebelum Anda, mengambil ilmu dari orang-orang sebelum mereka dengan sanad yang bersambung hingga kepada anda semua, maka Anda sekalian wahai para ulama NU adalah gudang-gudangnya ilmu dan pintu-pintunya ilmu. Dan janganlah orang-orang masuk rumah kecuali dari pintunya. Barangsiapa masuk rumah-rumah tidak dari pintu, dari jendela, dari genteng, dari bobol dinding, dia dinamai maling.”
Dari ajaran itulah, Gus Yahya mengajak para santri memahami pentingnya menuntut ilmu agama dari sumber yang benar.
“Kita memilih menjadi santri karena kita ingin menjalankan agama tidak seperti maling. Kita ingin memasuki agama dari pintu-pintunya. Ilmu, agama yang kita pelajari ini, adalah agama dari Nabi Muhammad saw,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa seluruh ajaran yang diajarkan oleh para masyayikh dan kiai NU merupakan ajaran yang lurus dan otentik, sebagaimana dibawa oleh Nabi Muhammad saw tanpa penyelewengan hingga akhir zaman.
“Kita tidak akan pernah berkecil hati. Apa pun yang dikatakan orang, kita tidak akan pernah kendor. Semangat kita menjadi santri karena Allah swt telah menjanjikan walaupun orang-orang tidak suka kepada pesantren, NU, petunjuk, hidayah, nilai-nilai agama yang diajarkan ulama dijanjikan akan menjadi nyata di tengah-tengah dunia,” katanya.
“Kita semua sudah memilih menjadi santri. Apa pun yang dikatakan orang untuk menjelek-jelekkan santri, merendahkan pesantren, menghina kiai, selama-lamanya kita tetap santri. Santri adalah jaminan kemuliaan masa depan bagi negara Indonesia,” sambung Gus Yahya.