Pesantren Tambakberas: Lumbung Ilmu dan Pergerakan Santri dari Masa ke Masa - NU Online

Central Informasi
By -
0

 

Pesantren Tambakberas: Lumbung Ilmu dan Pergerakan Santri dari Masa ke Masa

NU Online  ·  Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:30 WIB


Gerbang Yayasan Bahrul Ulum Tambakberas. (Foto: NU Online/Patoni)

Patoni

Penulis

Jombang, NU Online
Di antara deretan pesantren tua di tanah Jawa, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, menempati posisi istimewa. Pesantren ini bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga menjadi pusat lahirnya kader ulama, pejuang, dan pemimpin bangsa. Berdiri sejak awal abad ke-19, Tambakberas telah menjadi saksi perjalanan panjang kaum santri dari masa kolonial hingga Indonesia merdeka.


Tak heran jika Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memilih Pesantren Tambakberas sebagai lokasi apel akbar Hari Santri 2025 pada Rabu (22/10/2025). 

Menurut Wakil Ketua Umum PBNU, H Amin Said Husni, Pesantren Tambakberas juga tentunya tidak terlepas dari tokoh sentralnya yaitu KH Abdul Wahab Hasbullah atau Mbah Wahab. Selain seorang pendiri (muassis) NU, Mbah Wahab Pahlawan Nasional yang makamnya kerap dikunjungi para peziarah.

"PP Bahrul Ulum Tambakberas ini pondoknya Mbah Wahab, salah seorang Muassis NU dan tokoh sentral dalam sejarah NU," ujar Amin Said Husni, Selasa (21/10/2025) saat dihubungi di Jakarta.

Baca Juga

Cara Kiai Fattah Tambakberas Atasi Santri Nakal

Amin Said juga menjelaskan, sejak beberapa tahun yang lalu, Pengasuh Pesantren Tambakberas menyatakan siap menjadi tuan rumah untuk acara puncak peringatan Hari Santri 2025. Momen puncak hari santri juga makin terasa kuat karena menurut Amin Said, tahun ini, Pesantren Tambakberas juga merayakan usia ke-200 tahun atau 2 abad.

"Maka sekalian kita berikan kepercayaan untuk jadi tuan rumah Apel Akbar Hari Santri kali ini," jelas Amin Said.

Pesantren Tambakberas dirintis sekitar tahun 1825–1838 M oleh Kiai Abdul Salam, yang akrab disapa Mbah Shoichah. Pada masa itu, beliau membuka pengajian sederhana di Dusun Gedang, Tambakrejo, yang kemudian berkembang menjadi pondok besar. Dari pengajian kecil itulah, tumbuh tradisi keilmuan Islam yang mendalam dan meluas ke berbagai penjuru Jombang dan Jawa Timur.

Sebagai pesantren tua, Tambakberas menjadi magnet bagi para pencari ilmu dari berbagai daerah. Para santri datang untuk belajar kitab kuning, memperdalam ilmu fiqih, tauhid, dan tasawuf. Pola pengajaran tradisionalnya berpadu dengan kedisiplinan khas pesantren: taat, hormat kepada guru, dan hidup sederhana. Nilai-nilai itu tetap dijaga hingga kini di tengah modernisasi pendidikan pesantren.

Baca Juga

Dara Cantik dari Singapura Ini Belajar Agama di Pesantren Tambakberas

Nama besar Tambakberas juga tak lepas dari sosok KH Abdul Wahab Chasbullah, salah satu tokoh penting dalam sejarah bangsa dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Mbah Wahab merupakan cucu pendiri pesantren, dan sejak muda telah menunjukkan kepemimpinan serta kecendekiaan yang luar biasa. Dari lingkungan Tambakberas inilah, semangat kebangsaan dan kemandirian santri berakar kuat. KH Wahab Hasbullah dikenal sebagai tokoh perintis Nahdlatut Tujjar dan Taswirul Afkar, dua organisasi embrio NU yang menegaskan peran santri dalam perjuangan sosial dan intelektual.

Peran Tambakberas dalam pergerakan santri tidak hanya tercermin dari kiprah KH Wahab Hasbullah. Sejak masa penjajahan, para santri dan kiai di pesantren ini aktif dalam perjuangan melawan kolonialisme dan membangun kesadaran kebangsaan. Saat Resolusi Jihad 1945 dikumandangkan oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari di Surabaya, santri Tambakberas menjadi bagian dari gelombang besar perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Dalam perkembangannya, pesantren ini tidak berhenti pada pola pengajaran tradisional. Tambakberas kini menaungi beragam lembaga pendidikan formal di bawah Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (YPPBU), mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan Tinggi Bahrul Ulum (PTBU). Di sisi lain, pengajian kitab klasik tetap berjalan setiap hari, menjadikan pesantren ini contoh nyata perpaduan antara pendidikan salaf dan khalaf.


Menurut Ketua Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas KH Wafiyul Ahdi, jumlah santri Tambakberas kini mencapai sekitar 14.000 orang, dengan hampir 100 kiai dan nyai pengasuh yang membimbing mereka di berbagai kompleks pondok. Kompleks pesantren kini terbagi dalam banyak unit pendidikan dan asrama, baik putra maupun putri, dengan sistem pengasuhan yang terkoordinasi. Dinamika ini menunjukkan betapa besar daya hidup pesantren di tengah perubahan zaman.

Baca Juga

Sejarah Hari Santri


Meskipun diakui Gus Wafi bahwa jumlah santri baru di Pesantren Tambakberas menurun 10 persen dari tahun-tahun sebelumnya. "Tiap lembaga pendidikan rata-rata jumlah santri menurun hingga 100 orang," kata Gus Wafi, Selasa (21/10/2025) malam di Jombang.


Menurutnya, faktor menurunnya jumlah santri begitu kompleks. Bisa karena kasus-kasus yang terjadi di pesantren selama ini hingga sebab menurunnya jumlah kelahiran anak di Indonesia. Namun, Gus Wafi tidak memungkiri bahwa pondok pesantren perlu banyak mengevaluasi diri dan berbenah menghadapi tantangan-tantangan yang ada.


Selain itu, kehadiran KH M. Hasib Wahab Hasbullah, cucu KH Wahab Hasbullah, sebagai pengasuh utama saat ini, menjadi penegas kesinambungan tradisi keilmuan dan perjuangan keluarga besar Tambakberas. Di bawah kepemimpinannya, pesantren terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai klasik pesantren yang menjadi jati dirinya.


Bagi masyarakat Jombang dan Indonesia pada umumnya, Tambakberas bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan pusat moral dan spiritual umat. Banyak tokoh nasional, ulama, dan pemimpin daerah lahir dari lingkungan pesantren ini. Mereka membawa semangat “hubbul wathan minal iman” — cinta tanah air bagian dari iman — yang ditanamkan para pendahulu mereka.

Kini, di usianya yang sudah mencapai dua abad, Pondok Pesantren Tambakberas terus berdiri tegak sebagai lumbung ilmu dan pergerakan santri. Dari bilik-bilik pesantren yang sederhana, lahir generasi penerus yang siap menjaga agama, bangsa, dan kemanusiaan. Tambakberas tetap menjadi simbol kuat bahwa santri bukan hanya pewaris ilmu, tetapi juga pelanjut perjuangan.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default