35 Ribu Pengungsi Bencana di Sumatra Terserang ISPA, LK PBNU Soroti Krisis Air Bersih
NU Online · Kamis, 25 Desember 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi: bencana banjir bandang di Sumatra Barat awal November 2025. (Foto: dok Institut Teknologi Padang)Jakarta, NU Online
Krisis kesehatan membayangi ribuan pengungsi bencana di sejumlah wilayah Sumatra. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 35.975 pengungsi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Berdasarkan data resmi Kemenkes per Selasa (23/12/2025), kasus ISPA terbanyak terjadi di Sumatra Utara dengan 15.682 kasus, disusul Aceh 12.095 kasus, dan Sumatra Barat 8.198 kasus.
Selain ISPA, penyakit menular lainnya juga mengalami peningkatan signifikan. Di Aceh tercatat 10.022 kasus penyakit kulit dan 1.669 kasus flu. Sementara di Sumatra Utara terdapat 12.693 kasus penyakit kulit dan 2.424 kasus diare.
Baca Juga
Kesehatan Pengungsi di Pidie Jaya Mulai Memburuk, GP Ansor Desak Layanan Medis Dipercepat
Adapun di Sumatra Barat tercatat 2.872 kasus penyakit kulit dan 445 kasus diare. Lonjakan tersebut menunjukkan kondisi pengungsian yang belum sepenuhnya aman dari ancaman wabah penyakit.
Ketua Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU), Zulfikar As’ad, menilai meningkatnya kasus penyakit di wilayah bencana tidak terlepas dari kombinasi faktor virus, menurunnya daya tahan tubuh pengungsi, serta buruknya sanitasi, khususnya ketersediaan air bersih.
“Kalau ISPA, flu, diare, dan penyakit kulit, penyebab utamanya adalah virus yang mudah menular, apalagi dalam kondisi fisik pengungsi yang tidak baik. Kita tahu kondisi wilayah terdampak saat ini memang tidak baik-baik saja,” ujarnya saat dihubungi NU Online, Rabu (24/12/2025).
Ia menegaskan, melemahnya kondisi kesehatan umum pengungsi membuat penularan penyakit berlangsung lebih cepat. Daya tahan tubuh yang menurun memperbesar risiko sakit dan memperluas penyebaran penyakit.
“Utamanya karena daya tahan tubuh yang berkurang dan juga faktor kebersihan. Kita tahu sekarang mencari air bersih tidak mudah di sana, sehingga menyebabkan masyarakat lebih mudah terserang virus,” jelasnya.
Baca Juga
Pengungsi Banjir Bandang di Padang Mulai Terjangkit Penyakit ISPA
Menurut Zulfikar, krisis air bersih menjadi persoalan mendasar yang belum tertangani secara optimal di kawasan pengungsian. Kesulitan air berdampak langsung pada kebutuhan dasar seperti minum, mandi, dan kebersihan lingkungan, yang pada akhirnya memperparah kondisi kesehatan pengungsi.
“Ketika air sulit, dampaknya ke mana-mana. Untuk minum sulit, mandi sulit, kebutuhan dasar juga sulit. Kondisi ini berakibat pada menurunnya daya tahan tubuh seseorang,” tegasnya.
LK PBNU, lanjut Zulfikar, menekankan pentingnya penanganan terpadu dan pembenahan kawasan pengungsian sebagai langkah pencegahan penyebaran penyakit.
“Tempat-tempat pengungsian harus dibenahi. Jika ada kumpulan masyarakat di lokasi pengungsian, maka kawasan itu harus dipersiapkan dengan baik dan terpadu,” ujarnya.