Bencana Alam menjadi Pembelajaran bagi seorang Hamba untuk Taat kepada Tuhannya

Bencana alam selalu datang tanpa mengetuk pintu. Ia tidak menunggu kita selesai bekerja, menabung, atau menata rencana hidup. Ia datang ketika manusia terlalu sibuk mengejar dunia sampai lupa bahwa bumi yang ia pijak pun bisa mengingatkan, dengan caranya sendiri.
Ironisnya, sebagian dari kita baru sadar pentingnya taat ketika tanah mulai bergetar, baruu menyadari kebesaran tuhan ketika air sudah naik setinggi dada, atau angin merobohkan apa yang manusia buat. Sebelum itu? Kita sibuk berdebatkan persoalan hal remeh dan memajang nafsu sebagai tujuan utama.
Padahal Allah telah memperingatkan jauh sebelum pengingat alam itu tiba.
Teguran yang Lembut Namun Tegas
Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ ٣٠
Artinya :“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).”(QS. Asy-Syura’: 30)
Ayat ini seakan seperti cermin yang kita hindari. Kita lebih nyaman menyalahkan cuaca, perubahan iklim, atau apa saja yang bisa berhubungan dengan musibah itu, asal bukan diri sendiri. Padahal Allah sudah jelas mengatakan: ada peran manusia di dalamnya, dan Allah masih menutupi banyak dari kesalahan kita.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا (٤) فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا
Artinya :“Tidaklah perbuatan keji (fahisyah) muncul pada suatu kaum, hingga mereka menampakkannya secara terang-terangan, melainkan akan merebak pada mereka wabah (tha‘un) dan berbagai penyakit yang belum pernah menimpa generasi-generasi sebelum mereka.”[Muhammad Yazid Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, tahqīq ‘Iṣām Mūsā Hādī, Dār al-Ṣadīq, Jubail, Saudi Arabia. hal. 845]
Hadis ini sering dibaca, jarang direnungkan, dan lebih jarang lagi diamalkan. Seakan-akan bencana hanyalah berita, bukan peringatan langsung bagi kita yang masih hidup. Menganggap bahwa kerusakan yang manusia lakukan bukanlah salah mereka.
Ketika Bencana Menjadi Sekolah Kehidupan
Bencana alam bukan hanya peristiwa alamiah. Ia adalah kelas besar yang Allah buka untuk manusia yang sering lupa. Sayangnya, manusia hadir sebagai murid paling bandel:
Padahal Allah menyeru kita agar kembali pada-Nya:
وَمَا مَنَعَنَآ اَنْ نُّرْسِلَ بِالْاٰيٰتِ اِلَّآ اَنْ كَذَّبَ بِهَا الْاَوَّلُوْنَۗ وَاٰتَيْنَا ثَمُوْدَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوْا بِهَاۗ وَمَا نُرْسِلُ بِالْاٰيٰتِ اِلَّا تَخْوِيْفًا ٥٩
Artinya :“Tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang-orang terdahulu. Kami telah berikan kepada kaum Samud unta betina (sebagai mukjizat) yang jelas, tetapi mereka menganiayanya (dengan menyembelihnya). Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu kecuali untuk menakut-nakuti.”(QS. Al-Isra: 59)
Ayat ini bukan untuk menakut-nakuti manusia secara negatif, tapi untuk mengingatkan bahwa manusia sering perlu “pengingat” realita agar kembali sadar betapa rapuhnya manusia dan lalainya mereka kepada sang pencipta.
Menjadikan Kesadaran sebagai Jalan kembali kepada-Nya
Jika bumi bisa berbicara, mungkin ia akan berkata, “Sudah kuberikan banyak isyarat. Lalu apa lagi yang kamu tunggu untuk kembali?”
Taat bukan hanya soal ibadah formal. Ia adalah sikap tunduk, sadar diri, dan paham bahwa hidup ini sementara. Dan bencana adalah salah satu cara Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya bahwa waktu tidak selalu panjang.
Penutup: Jangan Menunggu Gelombang Berikutnya
Bencana alam adalah bentuk kasih sayang yang keras tetapi jujur. Ia memaksa kita berhenti sejenak, menengok ke dalam hati, dan bertanya: “Sudah sejauh apa aku dari Tuhanku?”. Karena yang paling celaka bukanlah mereka yang terkena bencana. Yang paling celaka adalah mereka yang menyaksikan bencana, tapi tetap tidak ingin berubah. Semoga Allah menjadikan setiap guncangan sebagai jalan untuk kembali, bukan alasan untuk semakin lalai.
Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo