Khutbah Jumat: Menggapai Ampunan Allah Melalui Tobat yang Tulus
NU Online · Kamis, 11 Desember 2025 | 11:45 WIB

Ilustrasi sujud. Sumber: Canva/NU Online.
Kolomnis
Tobat merupakan langkah awal yang harus ditempuh seorang mukmin dalam upayanya meraih ridha Allah Ta’ala. Namun dalam praktiknya, tobat sering kali ditunda atau bahkan diabaikan dengan berbagai alasan yang sebenarnya hanya menjadi pembenaran atas kemalasan diri. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa tobat adalah fondasi utama yang menentukan arah dan kualitas langkah kita berikutnya dalam mencari keridhaan Allah.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Menggapai Ampunan Allah Melalui Tobat yang Tulus”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Baca Juga
Khutbah Jumat: 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya
Pada hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri dan kepada seluruh jamaah sekalian, marilah kita senantiasa menjaga serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Ketakwaan adalah sebaik-baik bekal yang akan kita bawa ketika kelak menghadap Allah pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya, "Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Al-Baqarah 197).
Takwa adalah upaya kita mengerahkan seluruh kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Baca Juga
Khutbah Jumat: Hidup adalah Pilihan, Tentukan yang Terbaik
Marilah kita memulai kembali langkah ketakwaan kita dengan istiqamah dalam bertobat. Tobat merupakan fondasi utama bagi seorang mukmin untuk mencapai derajat ketakwaan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani dalam karyanya al-Minah as-Saniyah:
وَبَدَأَ الشَّيْخُ بِالتَّوْبَةِ لِأَنَّهَا أَسَاسُ كُلِّ مَقَامٍ يَتَرَقَّى إِلَيْهِ الْعَبْدُ حَتَّى يَمُوتَ، فَكَمَا أَنَّ مَنْ لَا أَرْضَ لَهُ لَا بِنَاءَ لَهُ، كَذَلِكَ مَنْ لَا تَوْبَةَ لَهُ فَلَا حَالَ لَهُ وَلَا مَقَامَ
Artinya, “Syaikh Al-Matbuly mengawali wasiatnya dengan masalah tobat, karena tobat merupakan fondasi bagi setiap kedudukan yang kepada-Nya lah seorang hamba hendak menaiki hingga meninggal dunia. Ibarat orang yang tidak memiliki tanah, ia pun tidak memiliki bangunan, demikian pula dengan orang yang tidak istiqamah bertobat, maka baginya tidak ada kedudukan dan derajat (ketakwaan) di sisi Allah Ta’ala”.
Pernyataan beliau ini tentu bukan tanpa dasar. Seseorang yang tidak istiqamah dalam pertobatannya akan sangat mudah terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan dan dosa. Sesungguhnya, maksiat dapat menyebabkan hati menjadi keras bahkan mati, sehingga sulit menerima kebenaran. Akibatnya, seseorang terus-menerus melakukan kesalahan dan kemaksiatan, baik secara sengaja maupun tidak.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam hal ini, Imam al-Harits al-Muhasibi telah memberikan peringatan kepada kita dalam kitabnya Risalah al-Mustarsyidin halaman 154-155:
وَاعْلَمْ يَا أَخِي أَنَّ الذُّنُوْبَ تُوْرِثُ الْغَفْلَةَ وَالْغَفْلَةُ تُوْرِثُ الْقَسْوَةَ وَالْقَسْوَةُ تُوْرِثُ الْبُعْدَ مِنَ اللهِ وَالْبُعْدُ مِنَ اللهِ يُوْرِثُ النَّارَ وَإِنَمَا يَتَفَكَّرُ فِي هَذِهِ الأَحْيَاءُ وَأَمَّا الأَمْوَاتُ فَقَد أمَاتَوْا أَنْفُسَهُمْ بِحُبِّ الدُّنْيَا
Artinya, “Ketauhiilah wahai saudaraku, bahwa dosa-dosa mengakibatkan kelalaian, dan kelalaian mengakibatkan kerasnya (hati), dan kerasnya hati mengakibatkan jauhnya (diri) dari Allah, dan jauh dari Allah mengakibatkan siksaan di neraka. Hanya saja yang memikirkan ini adalah orang-orang yang hidup, adapun orang-orang yang telah mati, sungguh mereka telah mematikan diri mereka dengan mencintai dunia.”
Oleh karenanya, mari bersama-sama kita bersihkan hati kita dengan istiqamah dalam bertobat. Mari kita perhatikan perintah Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad SAW:
فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya: “Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi, kepada orang-orang yang bersama beliau, serta kepada seluruh umatnya agar senantiasa istiqamah dalam bertobat.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Tobat bukan hanya fondasi awal bagi seorang mukmin untuk mencapai derajat ketakwaan. Tobat juga merupakan jalan untuk meraih cinta Allah Ta’ala. Hal ini pernah diceritakan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Minhaj al-‘Abidin:
“Telah sampai kepadaku berita tentang seorang alim yang mengamalkan ilmunya, yaitu Abi Ishaq al-Isfarayain. Ia berkata: ‘Aku telah berdoa kepada Allah Ta’ala selama tiga puluh tahun agar dianugerahi tobat yang murni dan sungguh-sungguh (tobat nasuha). Aku pun merasa heran dan berkata dalam hati: Maha Suci Allah, aku telah memohon satu perkara ini selama tiga puluh tahun, namun hingga kini belum juga dikabulkan.’
Kemudian aku bermimpi, seakan-akan ada suara yang berkata kepadaku: ‘Apakah engkau heran karena permohonanmu belum dikabulkan? Tahukah engkau apa yang sebenarnya engkau minta? Sesungguhnya engkau meminta kepada Allah agar Dia mencintaimu. Bukankah engkau telah mendengar firman Allah Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Apakah jamaah sekalian mengira bahwa dikabulkannya doa untuk mendapatkan tobat nasuha adalah perkara yang kecil dan remeh? Renungkanlah bagaimana para imam terdahulu begitu tekun dan bersungguh-sungguh dalam memperbaiki serta membersihkan hati mereka, sekaligus mempersiapkan bekal terbaik untuk kembali menghadap Allah di akhirat kelak.
Kita semua adalah manusia yang lemah, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik sengaja ataupun tidak. Terkadang kita merasa bahwa dosa-dosa kita terlalu banyak sehingga seolah-olah Allah tidak akan mengampuni kita. Namun, ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia Maha Pengampun lagi Maha Pemurah.
Sudah sepatutnya seorang mukmin meyakini hal tersebut. Sebagaimana diungkapkan dalam salah satu bait Burdah karya Imam al-Busyiri:
يَا نَفْسُ لَا تَقْنَطِيْ مِنْ زَلَّةٍ عَظُمَتْ ۞ إِنَّ الْكَبَآئِرَ فِيْ الغُفْرَانِ كَاللَّمَمِ
Artinya, “Wahai jiwa, janganlah putus asa karena dosa besar yang telah dilakukan. Sesungguhnya dosa-dosa besar dalam luasnya ampunan Allah seperti kecil dan ringan.”
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, syair ini mengingatkan kita agar tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, betapapun besarnya dosa yang pernah kita lakukan. Ampunan-Nya begitu luas sehingga dosa-dosa besar pun dapat menjadi ringan apabila seorang hamba kembali dengan hati yang tulus dan penuh penyesalan. Maka sudah sepantasnya kita menempuh jalan tobat dengan penuh harap dan rendah hati, sebagaimana teladan Rasulullah SAW yang selalu memohon ampunan kepada Allah dalam setiap majelisnya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ: رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya, “Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Dahulu kami menghitung, dalam satu majelis Rasulullah SAW mengucapkan sebanyak seratus kali: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkaulah Dzat yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.’”
Demikianlah yang dapat khatib sampaikan dalam khutbah singkat siang hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan menambah semangat kita untuk senantiasa istiqamah dalam bertobat kepada Allah. Ingatlah, masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah perjuangan, dan masa depan adalah harapan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ
Ustadz Abdul Karim Malik, alumni Al-Falah Ploso Kediri, pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi, dan pengajar di Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.