0
News
    Home Berita Featured Haul Guru Sekumpul Spesial

    Mengapa Jutaan Orang Mau Menghadiri Haul Guru Sekumpul? Riset Berikut ini Jawabannya | Republika Online

    6 min read

     

    Mengapa Jutaan Orang Mau Menghadiri Haul Guru Sekumpul? Riset Berikut ini Jawabannya | Republika Online

    REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena Haul Guru Sekumpul di Martapura, Kalimantan Selatan, bukan sekadar peringatan biasa, melainkan magnet spiritual yang mampu menarik jutaan jamaah dari berbagai penjuru Nusantara bahkan mancanegara setiap tahunnya. Tradisi ini bak gelombang besar yang tak pernah surut, mengingat jutaan jamaah hadir tumpah ruah di sekitar Mushola Ar-Raudhah setiap 5 Rajab 1447 Hijriah.

    Dalam artikel ilmiah Ahdiyatul Hidayah yang berjudul KH Zaini Bin Abdul Ghani Haul’s Tradition and Its Implication on Promoting Alms in Banjar, South Kalimantan (JIQTA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir), haul Guru Sekumpul dianalisis sebagai tradisi yang memiliki makna teologis dan sosial yang dalam. Tradisi ini dipahami jamaah bukan sekadar ritual belaka, tetapi sebagai sarana tawasul dan doa bersama kepada Guru Sekumpul sebagai ulama karismatik yang telah banyak memberi teladan.

    Baca Juga :

    Sponsored

    Hidayah menekankan haul sebagai bentuk ekspresi cinta dan rasa rindu jamaah terhadap ajaran hidup Guru Sekumpul, ajaran yang telah menjadi nafas spiritual masyarakat Banjar dan komunitas Muslim luas. Perayaan ini menjadi waktu di mana jamaah merasa tersentuh secara batin melalui bacaan sholawat, tahlil, dan manaqib yang dipimpin bersama.

    Rasa cinta yang mendalam ini juga dibahas oleh Triogi Wulandari dalam Pengaruh Haul Abah Guru Sekumpul serta Keteladanannya bagi Masyarakat Kalimantan Selatan (JAMPARING: Jurnal Akuntansi Manajemen Pariwisata dan Pembelajaran Konseling).

    Baca Juga :

    Wulandari dan kolega menunjukkan bahwa haul Guru Sekumpul menguatkan solidaritas sosial, membentuk hubungan emosional yang kuat antar jamaah dan komunitas, sehingga banyak orang merasa haul ini adalah ruang untuk merasakan kembali nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

    Solidaritas sosial yang dimaksud bukan sekadar hadir di tempat yang sama, tetapi interaksi sosial yang intens antara jamaah, mulai dari berbagi makanan, membantu sesama dalam kerumunan, hingga bekerja bersama sebagai relawan yang melayani jutaan jamaah dengan penuh kerelaan. Rasa kebersamaan ini membuat haul menjadi fenomena sosial yang tak ingin dilewatkan oleh banyak orang.

    Baca Juga :

    Selain dimensi sosial, haul Guru Sekumpul juga dilihat sebagai transformasi spiritual yang signifikan. Dalam tulisan “Transformasi Spiritual dalam Haul Wali…” (Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam), penulis menyoroti bagaimana haul menjadi momen di mana jamaah mengalami perubahan batin dan peningkatan kesalehan, serta rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka, sebagai refleksi dari ajaran yang Guru Sekumpul tinggalkan.

    Transformasi spiritual ini menjadikan haul bukan sekadar ritual tahunan, tetapi pengalaman batiniah yang dirasakan secara personal oleh setiap jamaah. Mereka datang dengan hati yang haus akan keberkahan, doa, dan ketenangan jiwa, sehingga haul menjadi momen penting dalam perjalanan spiritual setiap individu.

    Halaman 2 / 4

    photo
    Guru Sekumpul - (tangkapan layar nahdlatululama.id)

    Faktor lain yang memperkuat daya tarik haul Guru Sekumpul adalah keteladanan hidup beliau sendiri sebagai ulama besar yang hidup sederhana, dekat dengan masyarakat, serta dikenal memberi nasehat tanpa henti. Dalam tradisi Banjar, keteladanan ulama dihormati sebagai teladan hidup yang nyata, bukan sekadar kata.

    Haul juga merepresentasikan warisan nilai budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Acara ini melampaui batas geografis, membawa jamaah dari pulau lain bahkan luar negeri untuk berkumpul bersama dalam suasana yang khidmat dan damai. Daya tarik ini bukan hanya spiritual, tetapi juga budaya yang mengikat berbagai komunitas Muslim dalam satu tradisi besar.

    Analisis lain dari studi yang dipublikasikan menunjukkan bahwa haul Guru Sekumpul menjadi magnet komunitas global karena jamaah merasa haul ini menyediakan ruang untuk penguatan identitas keagamaan yang autentik dan kolektif, suatu pengalaman yang langka di tengah kehidupan modern yang cepat dan individualistik.

    Fakta bahwa haul Guru Sekumpul dapat dihadiri jutaan jamaah setiap tahunnya membuktikan bahwa tradisi ini bukan fenomena sementara, tetapi telah menjadi bagian dari kalender keagamaan yang ditunggu-tunggu. Jumlah jamaah yang terus meningkat setiap tahun menunjukkan bahwa nilai-nilai yang ditinggalkan Guru Sekumpul terus menyentuh hati dan kehidupan banyak orang.

    Halaman 3 / 4

    photo
    Suasana haul Guru Sekumpul beberapa tahun lalu. - (Pemprov Kalsel)

    Karena itulah haul Guru Sekumpul kini dipandang bukan sekadar peringatan wafat, tetapi pertemuan spiritual besar yang memadukan ibadah, budaya, dan solidaritas kemanusiaan, membuat jutaan orang datang bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk merasakan keberkahan yang mereka yakini masih tersisa di tanah Martapura.

    Sang Cemerlang dari Tanah Banjar

    KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, yang akrab disapa Guru Sekumpul, lahir pada 11 Februari 1942 di Desa Tunggul Irang, Martapura. Beliau merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar tanah Banjar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, penulis kitab Sabilal Muhtadin. Sejak kecil, beliau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sangat religius dan disiplin dalam memegang teguh nilai-nilai syariat Islam.

    photo
    Ribuan masyarakat memadati lokasi pelaksanaan Haul ke-20 KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani alias Guru Sekumpul di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), Ahad (5/1/2025). - (Antara/Tumpal Andani Aritonang)

    Pendidikan agama beliau dimulai di bawah bimbingan sang ayah dan pamannya, Guru Semman Mulia. Beliau kemudian menimba ilmu di Madrasah Darussalam Martapura dan berguru kepada banyak ulama besar, baik di Kalimantan maupun di Pulau Jawa dan Makkah. Kecerdasan dan ketekunannya membuat beliau menguasai berbagai cabang ilmu agama, mulai dari tafsir, hadis, fikih, hingga tasawuf dalam usia yang relatif muda.

    Halaman 4 / 4

    Sosoknya dikenal sebagai pribadi yang sangat karismatik, santun, dan memiliki kasih sayang yang besar kepada umat. Beliau tidak hanya menyampaikan dakwah melalui lisan, tetapi juga melalui keteladanan akhlak (akhlakul karimah). Kedalaman ilmu dan kerendahan hatinya membuat majelis yang beliau asuh di Musala Ar-Raudhah Sekumpul selalu dipadati oleh ribuan jemaah dari berbagai latar belakang setiap minggunya.

    Salah satu warisan terbesar beliau adalah syiar selawat dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau mempopulerkan pembacaan Maulid Simthuddurrar yang diiringi dengan syair-syair pujian yang menyentuh jiwa. Melalui selawat, beliau berhasil menyatukan hati masyarakat Banjar dan sekitarnya dalam suasana spiritual yang teduh, sehingga Martapura dikenal sebagai "Serambi Makkah" di Kalimantan.

    Selain sebagai pendidik, Guru Sekumpul juga dikenal sebagai tokoh yang menjaga kemurnian ajaran Islam dari paham-paham yang menyimpang. Beliau menekankan pentingnya adab di atas ilmu dan kebersihan hati dalam beribadah. Ketegasan beliau dalam syariat namun lembut dalam penyampaian membuat pengaruh dakwahnya merasuk ke seluruh lapisan masyarakat, mulai dari rakyat jelata hingga pejabat negara.

    Meskipun beliau telah wafat pada 10 Agustus 2005 dalam usia 63 tahun, kecintaan umat terhadapnya tidak pernah luntur. Setiap tahun, jutaan orang menghadiri peringatan haulnya sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa beliau dalam membimbing umat.

    Guru Sekumpul tetap menjadi matahari bagi masyarakat Kalimantan Selatan, yang cahayanya terus menerangi melalui karya, ajaran, dan keteladanan yang ditinggalkannya.

    Komentar
    Additional JS