Masjid Al-Alawi, Warisan Sejarah Islam di Kediri yang Lebih Tua dari Ponpes Lirboyo - Pewarta Indonesia - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Masjid Al-Alawi, Warisan Sejarah Islam di Kediri yang Lebih Tua dari Ponpes Lirboyo - Pewarta Indonesia

Share This
Responsive Ads Here

 Jejak Sejarah 

Masjid Al-Alawi, Warisan Sejarah Islam di Kediri yang Lebih Tua dari Ponpes Lirboyo - Pewarta Indonesia

Pondok-Al-alawi-1-e1741772808329

KOPI, Kediri – Kediri, sebagai salah satu kota bersejarah di Indonesia, menyimpan berbagai peninggalan Islam yang masih bertahan hingga kini. Salah satunya adalah Masjid Al-Alawi, yang berdiri kokoh lebih dari empat abad dan memiliki nilai historis tinggi. Masjid ini bahkan lebih tua dari Pondok Pesantren Lirboyo, salah satu pesantren terbesar di Indonesia.

Masjid Al-Alawi terletak di Kelurahan Banjarmlati, Kecamatan Mojoroto, Kediri. Bangunan ini didirikan oleh seorang ulama asal Tulungagung, Kyai Ambiyak, yang datang ke Kediri pada abad ke-18. Dalam perjalanan dakwahnya, Kyai Ambiyak menyusuri Sungai Brantas dan menemukan kawasan yang saat itu masih berupa hutan lebat. Uniknya, hutan tersebut mengeluarkan aroma wangi, sehingga ia memutuskan untuk menetap dan membangun masjid di tempat itu.

“Di tempat inilah beliau mendirikan masjid dan pondok pesantren. Karena baunya yang wangi, beliau memberi nama Banjarmlati, yang berarti wilayah berbau melati,” ungkap Samsul Hadi, pengurus Masjid Al-Alawi, Rabu (5/3/2025).

Sebagai salah satu masjid tertua di Kediri, Masjid Al-Alawi masih mempertahankan bentuk aslinya yang khas dengan arsitektur Jawa. Bangunan utamanya berbentuk limasan, seperti pendopo tradisional, dan ditopang oleh empat tiang utama serta delapan tiang penyangga.

Di bagian tengah masjid, terdapat ukiran berbentuk rumah lebah, yang telah ada sejak pertama kali masjid ini didirikan. Masjid ini juga memiliki bedug dan kentongan berukuran besar yang masih digunakan untuk mengiringi adzan hingga saat ini.

Dahulu, bangunan masjid ini sepenuhnya terbuat dari kayu dan terletak di tepi Sungai Brantas. Namun, seiring perkembangan zaman, beberapa bagian masjid direnovasi menggunakan beton oleh para santri untuk memperkuat struktur bangunan tanpa menghilangkan nilai sejarahnya.

Masjid Al-Alawi memiliki kaitan erat dengan beberapa pesantren besar di Kediri, termasuk Ponpes Lirboyo. Salah satu putra Kyai Ambiyak, yaitu Kyai Sholeh, merupakan mertua dari Kyai Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo.

“Putri Kyai Sholeh atau cucu Kyai Ambiyak, Siti Khodijah (Nyai Dhomroh), dinikahi oleh Kyai Abdul Karim pada tahun 1908. Kyai Abdul Karim inilah yang kemudian mendirikan Pondok Pesantren Lirboyo,” jelas Samsul Hadi.

Selain Lirboyo, Pesantren Al-Alawi juga menjadi cikal bakal lahirnya beberapa pesantren besar lainnya, seperti Ponpes Wahidiyah Kedunglo, Ponpes Jampes, hingga Ponpes Batokan. Beberapa tokoh ulama ternama, seperti Gus Maksum Lirboyo, juga memiliki hubungan dekat dengan Ponpes Al-Alawi.

Setiap bulan Ramadhan, Masjid Al-Alawi ramai dikunjungi jamaah dari berbagai daerah. Masjid ini menjadi tempat utama untuk shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan kajian kitab kuning. Kehadiran masjid ini menjadi bukti nyata bahwa warisan Islam di Kediri masih terus dilestarikan dan menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritual masyarakat setempat.

Dengan usianya yang lebih dari 400 tahun, Masjid Al-Alawi bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah penyebaran Islam di Kediri. Keberadaannya yang lebih tua dari Pondok Pesantren Lirboyo semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu peninggalan Islam paling berharga di Jawa Timur. (*)

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages