Apel Hari Santri, Rektor Unisma Ajak Santri Bangun Peradaban Dunia - NU Online

Central Informasi
By -
0

 

Apel Hari Santri, Rektor Unisma Ajak Santri Bangun Peradaban Dunia

Kamis, 23 Oktober 2025 | 12:00 WIB


Suasana apel peringatan Hari Santri 2025 di Unisma. (Foto: NOJ/ISt)

Moch Miftachur Rizki

Malang, NU Online Jatim

Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof. Drs. H. Junaidi menegaskan bahwa, Hari Santri bukan hanya seremonial peringatan sejarah, tetapi juga momentum strategis untuk meneguhkan peran santri sebagai garda terdepan penjaga bangsa dan pembangun peradaban dunia.


Pesan tersebut ia sampaikan saat memimpin Apel Hari Santri tahun 2025 bertajuk ‘Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia’ di halaman depan kampus Unisma, Rabu (22/10/2025).

Native Banner 1


Rektor Unisma menyampaikan rasa syukur atas kesempatan seluruh civitas akademika Unisma dapat berkumpul untuk memperingati Hari Santri. Ia mengajak peserta apel merenungi kembali perjalanan sejarah bangsa yang erat kaitannya dengan perjuangan kaum santri.

Baca Juga

Rektor Unisma Jelaskan Kelebihan Sekolah di Ma’arif NU


Menurutnya, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional tidak lepas dari peristiwa monumental Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Fatwa jihad tersebut diterbitkan sebagai respons atas ancaman kedatangan kembali pasukan sekutu yang diboncengi Belanda setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 15 Agustus 1945.

Native Banner 2


“Fatwa jihad menyatakan bahwa berperang melawan penjajah hukumnya fardhu ain bagi umat Islam dalam radius 94 kilometer dari titik serangan musuh. Seruan ini membakar semangat santri dan pemuda untuk bertempur hingga titik darah penghabisan, terutama dalam pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya,” katanya.


Peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai Hari Pahlawan, dan Hari Santri Nasional secara resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 sebagai penghormatan atas kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Prof Jun menjelaskan, perjuangan santri kini telah bergeser. Jika dulu santri berjuang dengan senjata, maka saat ini perjuangan dilakukan dengan ilmu, integritas, dan pengabdian pada masyarakat. “Beda zaman, beda bentuk perjuangan. Santri masa kini harus menjadi benteng moral dan spiritual bangsa. Mereka wajib kuat dalam akidah, disiplin dalam perilaku, serta tetap tawadhu kepada kiai dan pesantren sebagai pusat nilai,” tegasnya.


Lebih lanjut, sebagai generasi yang hidup di era global, santri juga harus memiliki kapasitas intelektual yang unggul agar mampu membawa Indonesia berkiprah di kancah Internasional dan berkontribusi membangun tatanan dunia yang berperadaban.


Pihaknya menyebut, tema Hari Santri mengandung dua pesan utama. Pertama, santri harus menjadi pengawal kemerdekaan Indonesia. Kedua, santri diharapkan mampu membawa bangsa menuju peradaban dunia melalui peran cerdas, konstruktif, dan solutif dalam berbagai bidang.


“Ketika ada pihak yang melecehkan pesantren dan merendahkan kiai, santri harus tampil di barisan terdepan untuk membela. Santri bukan hanya simbol religiusitas, tetapi juga representasi keberanian dan kecerdasan bangsa,” jelasnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default