Khutbah Jumat: Petaka ketika Umat Islam Jauh dari Ulama - NU Online

Dunia Berita
By -
0

 

Khutbah Jumat: Petaka ketika Umat Islam Jauh dari Ulama

NU Online  ·  Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Khutbah Jumat: Petaka ketika Umat Islam Jauh dari Ulama

Ilustrasi ulama. (Foto: NU Online)

Muhammad Zainul Mujahid

Kolomnis

Akhir-akhir ini, ada tayangan televisi yang menjelma menjadi instrumen yang menyudutkan pesantren dan ulama. Tayangan yang mem-framing negatif citra ulama yang ditayangkan itu dapat menggiring masyarakat untuk menjauhi dan bahkan menghina para ulama. Ketika umat Islam telah jauh dari ulama, maka dikhawatirkan akan timbul petaka karena umat telah jauh dari pelita kegelapan yang membawa wasiat nabi.

Naskah khutbah Jumat ini berjudul, “Khutbah Jumat: Petaka ketika Umat Islam Jauh dari Ulama.” Untuk mencetak khutbah ini, silakan klik fitur download berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْـدُ

Baca Juga

Khutbah Jumat: Oktober Bulan Santri, Kiai, dan Pesantren


فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah senantiasa kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan terus berupaya melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebab, derajat kemuliaan seseorang tidak diukur dengan seberapa tinggi jabatannya, seberapa banyak hartanya atau seberapa besar pengaruhnya di masyarakat. Akan tetapi, tolok ukur kemuliaan seseorang di sisi Allah adalah sedalam apa hatinya memiliki rasa takwa kepada Allah. Allah swt berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [الحجرات: 13]

Baca Juga

Khutbah Jumat: Mengambil Hikmah dari Pergantian Siang dan Malam

Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Akhir-akhir ini, kita menyaksikan bagaimana media telah menjadi ajang caci maki dan saling menghina. Parahnya lagi, tidak sedikit konten kreator bahkan TV Nasional mem-framing negatif terhadap para kiai dan ulama dengan tuduhan keji dan tidak bertanggung jawab.

Mereka lupa, bahwa ulama bukan sekadar manusia biasa. Ulama adalah penjaga warisan kenabian, penyambung cahaya petunjuk di tengah gelapnya zaman. Mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat disandingkan dengan orang awam pada umumnya. Dalam Q.S. Al-Zumar ayat 9, Allah swt berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya: “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Al-Zumar [39]: 09)

Ayat di atas menjadi bukti betapa mulianya kedudukan para ulama. Mereka adalah pewaris nabi yang membimbing umat untuk mengenal Allah dengan cahaya ilmu dan kejernihan akhlak. Dalam Al-Quran, ulama disebut sebagai sosok yang selalu khasyyah (takut) kepada Allah swt. karena merekalah yang paling mengenal dan mengetahui keagungan Allah swt.

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ [فاطر: 28]

Artinya: “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S Fathir [35]: 28)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bila umat Islam menjauh dari ulama, maka sesungguhnya mereka sedang berjalan menuju jurang kehancuran. Dalam kondisi seperti ini, marilah kita bersama-sama merenungkan sebuah hadits yang terdapat dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad. Rasulullah saw, bersabda:

سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِي يَفِرُّونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيهِمُ اللَّهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ أُولَاهَا يَرْفَعُ اللَّهُ الْبَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُونَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيمَانٍ

Artinya: “Akan datang suatu masa atas umatku, di mana mereka akan lari dari para ulama dan fuqaha. Ketika itu terjadi, maka Allah akan menguji mereka dengan tiga macam bencana. Pertama, Allah akan mengangkat keberkahan dari pekerjaan mereka. kedua, Allah akan mengangkat penguasa zalim untuk mereka. ketiga, mereka anak keluar meninggalkan dunia ini tanpa membawa keimanan.”

Dalam hadits di atas, Rasulullah saw memprediksi bahwa suatu saat nanti akan datang zaman di mana para ulama tidak dihiraukan. Ketika ulama sudah diabaikan bahkan dimusuhi dan dicela, maka Allah akan menurunkan tiga macam musibah.

Pertama, Allah swt akan mencabut keberkahan hartanya. Boleh jadi ia memiliki harta yang melimpah, tetapi kekayaannya tersebut ia habiskan untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Alih-alih membuat hidup tenteram dan semakin dekat kepada Allah, harta dan usahanya justru menjadi sumber bencana dan menjadikannya semakin jauh dari Allah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kedua, Allah akan memberikan kepada mereka penguasa-penguasa zalim, yang tidak mengerti akan hak dan kepentingan rakyat. Saat ini, kita dapat menyaksikan di media sosial pemberitaan mengenai kasus korupsi, adanya kebijakan-kebijakan yang dirasa merugikan rakyat dan berbagai tindak sewenang-wenang yang dilakukan oleh oknum penguasa. Hal tersebut patut menjadi renungan bagi kita bersama dan ajang introspeksi diri barangkali kondisi ini terjadi karena kita yang mulai menjauh dari para ulama.

Ketiga, ketika orang telah menjauhi ulama maka yang paling dikhawatirkan adalah ia akan meninggalkan dunia dalam keadaan tanpa membawa iman. Orang yang meningkalkan ulama dikhawatirkan akan mati dalam keadaan su’ul khatimah.

Terkait hal ini, Imam Ibnu Asakir pernah berpesan:

اعْلَمْ يَا أَخِي وَفَّقَك اللَّهُ وَإِيَّانَا، وَهَدَاك سَبِيلَ الْخَيْرِ وَهَدَانَا أَنَّ لُحُومَ الْعُلَمَاءِ مَسْمُومَةٌ. وَعَادَةَ اللَّهِ فِي هَتْكِ مُنْتَقِصِهِمْ مَعْلُومَةٌ، وَمَنْ أَطْلَقَ لِسَانَهُ فِي الْعُلَمَاءِ بِالثَّلْبِ بَلَاهُ اللَّهُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِمَوْتِ الْقَلْبِ {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63] .

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan menunjukkan jalan kebaikan! Bahwasanya daging para ulama itu beracun. Dan balasan allah terhadap orang yang merobek kehormatan mereka sudah jelas. Barangsiapa yang mengumbar lisannya terhadap ulama dengan tuduhan keji dan celaan maka Allah akan menurunkan bencana baginya sebelum ia mati dengan dimatikan hatinya. (Allah swt berfirman), “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (Ibnu Hajar al-Haitami, Az-Zawajir ‘an Iqtirofil Kabair, [Darul Fikr, 1987], juz I, hal. 187) 

Maka dari itu, marilah kita senantiasa membersamai para ulama. Jangan sampai ucapan dan tindakan kita jauh dari nasihat para ulama, apalagi sampai menyinggung marwah para ulama. 

بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لا شريكَ لَهُ ارْغَامًا لَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ وَاشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ وَ حَبِيبُهُ وَ خَلِيلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ

 فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُورِ وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجَمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَ اعْلَمُوا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وقال الله تعالى في القرآن الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيها

اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ عَلَى آل سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلى آل سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الخُلَفَاء الرَّاشِدِيْنَ سَادَاتِنَا اَبِي بَكْرٍ وعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَحَابَةِ والتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُحِيبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِي الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبَنَا غِلَّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنِ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدُكُمْ وَ لَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ واللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Muhammad Zainul Mujahid, Alumnus Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, mengabdi di Pondok Pesantren Manhalul Ma’arif Lombok Tengah.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default