Khutbah Jumat: Sedekah Pohon, Amal yang Tak Pernah Layu
NU Online · Rabu, 8 Oktober 2025 | 21:30 WIB
Ilustrasi pohon. Sumber: Canva/NU Online.

Penulis
Salah satu amal yang sering kita anggap sederhana namun memiliki pahala yang luar biasa adalah menanam pohon. Pahalanya akan mengalir kepada penanam, kendatipun ia telah meninggal dunia.
Untuk itu, Khutbah Jumat ini berjudul "Sedekah Pohon, Amal yang Tak Pernah Layu." Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍࣖ ٨
Ungkapan puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Semoga nikmat iman, Islam, dan kesehatan yang dianugerahkan kepada kita senantiasa menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Pun, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; takwa yang mendorong kita untuk berbuat baik kepada sesama, menjaga bumi, dan memakmurkannya sebagaimana amanah yang telah Allah titipkan.
Baca Juga
Khutbah Jumat: 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Sedekah sering kali dipahami secara sempit, seolah hanya sebatas memberi uang kepada pengemis di pinggir jalan, menyalurkan sembako kepada fakir miskin, atau menyisihkan sebagian harta untuk amal. Padahal, dalam pandangan Islam, makna sedekah jauh lebih luas daripada sekadar pemberian materi.
Sejatinya, sedekah adalah ekspresi kepedulian dan kasih sayang yang tidak terbatas pada nilai nominal. Ia bisa hadir dalam bentuk senyum tulus, menyingkirkan duri dari jalan, atau memberi tempat bagi orang lain untuk bernaung. Bahkan, menanam pohon pun termasuk bentuk sedekah yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW dalam berbagai hadits sahih menjelaskan, siapa pun yang menanam pohon lalu buahnya dimakan oleh manusia, burung, atau hewan, maka ia akan mendapatkan pahala sedekah yang terus mengalir. Nabi bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Baca Juga
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
Artinya: “Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman, melainkan apa saja yang dimakan darinya menjadi sedekah baginya; apa yang dicuri darinya menjadi sedekah baginya; apa yang dimakan oleh binatang buas darinya menjadi sedekah baginya; apa yang dimakan oleh burung darinya menjadi sedekah baginya; dan tidaklah seseorang mengambil darinya sedikit pun, kecuali itu menjadi sedekah baginya,” (HR. Muslim).
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Imam An-Nawawi dalam Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim jilid 10 halaman 164 menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan keutamaan bercocok tanam dan menanam pohon. Pahala bagi orang yang menanam akan terus mengalir selama pohon atau tanamannya masih hidup, dan selama hasilnya masih dimanfaatkan hingga hari kiamat.
Bagi Imam An-Nawawi, aktivitas sederhana seperti menanam pohon mengandung nilai spiritual yang tidak lekang oleh waktu. Selama pohon itu tumbuh dan memberi manfaat bagi makhluk lain—meneduhkan, menahan erosi, atau menjadi sumber kehidupan, maka pahala bagi penanamnya tidak akan terputus. Setiap daun yang bergerak, setiap buah yang tumbuh, menjadi saksi amal kebajikan yang terus hidup hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan menanam pohon sebagai salah satu bentuk amal saleh yang membawa manfaat besar bagi kehidupan. Menanam pohon bukan hanya bernilai ibadah, tetapi juga menjadi wujud nyata kepedulian terhadap kelangsungan hidup di bumi. Dari satu pohon tumbuh kehidupan: memberi keteduhan, menghasilkan udara segar, serta menjaga keseimbangan alam agar tetap lestari. Nabi bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ وَلَا إِنْسَانٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةً
Artinya; “Tidaklah seorang muslim menanam sebuah tanaman atau menabur sebuah tanaman, lalu dimakan oleh burung atau manusia, kecuali hal itu menjadi sedekah baginya.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Dalam penjelasannya di kitab Umdatul Qari Syarh Shahih al-Bukhari jilid 12 halaman 154, Syekh Badruddin al-‘Aini menerangkan bahwa menanam pohon dan bercocok tanam memiliki keutamaan yang sangat besar. Menurut beliau, seseorang yang menanam pohon akan tetap mendapatkan pahala, bahkan jika ia tidak meniatkannya sebagai sedekah.
Jika hasil tanamannya dijual, pahalanya tetap mengalir karena ia telah berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pangan orang lain. Lebih lanjut, al-‘Aini mengutip pendapat At-Tayyibi yang mengatakan bahwa siapa pun seorang Muslim, baik yang merdeka maupun hamba, taat maupun ahli maksiat, apabila melakukan perbuatan yang mubah dan memberi manfaat bagi makhluk hidup, seperti menanam pohon, maka manfaat itu akan kembali kepadanya dalam bentuk pahala.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Menurut Ibnu Hajar, pahala dari menanam pohon atau bercocok tanam akan terus mengalir selama hasil tanaman itu masih dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh makhluk hidup. Pahala itu tidak berhenti, meskipun orang yang menanamnya sudah meninggal dunia atau kepemilikannya telah berpindah kepada orang lain. Dalam Fathul Bari jilid 5 halaman 6, Ibnu Hajar menjelaskan:
وَمُقْتَضَاهُ أَنَّ أَجْرَ ذَلِكَ يَسْتَمِرُّ مَا دَامَ الْغَرْسُ أَوِ الزَّرْعُ مَأْكُولًا مِنْهُ, وَلَوْ مَاتَ زَارِعُهُ أَوْ غَارِسُهُ, وَلَوِ انْتَقَلَ مِلْكُهُ إِلَى غَيْرِهِ
Artinya; “Dan konsekuensinya adalah bahwa pahala dari (perbuatan) itu akan terus berlangsung selama tanaman atau pohon tersebut masih dimakan hasilnya; meskipun orang yang menanamnya telah meninggal, atau kepemilikannya telah berpindah kepada orang lain.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Begitu pula firman Allah dalam surat Fushilat ayat 8 yang menegaskan bahwa siapa pun yang berbuat kebaikan, termasuk menanam pohon, maka akan mendapatkan pahala yang tidak akan terputus, bahkan setelah ia meninggal dunia. Allah berfirman;
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍࣖ ٨
Artinya; "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.”
Imam Baghawi dalam Tafsir Ma’alimut Tanzil jilid 4 halaman 125 menjelaskan, dengan mengutip pendapat Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan “ghairu mamnun” adalah pahala yang tidak terputus. Mujahid menambahkan, maknanya adalah pahala yang tidak terhitung jumlahnya, sementara Muqatil menafsirkan sebagai pahala yang tidak akan berkurang sedikit pun. Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa setiap amal kebaikan akan terus diganjar pahala oleh Allah tanpa batas dan tanpa henti hingga hari kiamat.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Hadis dan firman Allah ini terasa semakin relevan ketika kita menatap wajah bumi hari ini. Kota-kota besar kehilangan ruang hijau, udara semakin panas, dan banjir datang silih berganti. Ironisnya, manusia yang paling bergantung pada pohon justru sering menjadi perusak paling rakus. Penebangan hutan masih terjadi, sementara program penghijauan sering berhenti pada seremoni penanaman tanpa tindak lanjut perawatan.
Lebih memprihatinkan lagi, menanam pohon belum menjadi bagian dari budaya sosial kita. Kita dengan mudah mengeluarkan jutaan rupiah untuk membeli gawai terbaru, tetapi enggan mengeluarkan sedikit uang untuk bibit pohon.
Kita senang memamerkan keindahan alam di media sosial, namun tak jarang meninggalkan sampah plastik di tanah yang sebelumnya bersih. Jika menyingkirkan duri dari jalan disebut sedekah, lalu bagaimana dengan mereka yang justru menambah duri baru berupa sampah di bumi yang seharusnya dijaga?
Pada akhirnya, sedekah pohon adalah wujud nyata dari kepedulian kita terhadap kehidupan. Satu pohon yang tumbuh dan memberi manfaat mungkin terlihat sederhana, namun di sanalah tersimpan warisan yang abadi; bagi bumi yang kita pijak, dan bagi amal yang terus mengalir dalam catatan kebaikan kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر).
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat kajian keislaman.