Kondisi Panas Sekaligus Hujan, LPBINU Imbau Masyarakat Waspada Potensi Cuaca Ekstrem
NU Online · Jumat, 24 Oktober 2025 | 15:00 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem. (Foto: Freepik)
Jakarta, NU Online
Suhu udara di beberapa daerah tercatat mencapai 36 hingga 38 derajat Celsius dalam beberapa hari terakhir. Tetapi di sisi lain, intensitas hujan di wilayah Jabodetabek masih tinggi. Anggota Lembaga Penaggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) Kurniasih Zulhadji menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh gelombang ekuator dan gerak semu matahari yang kini berada di selatan wilayah Indonesia.
“Cuaca panas ini sedang berlangsung di wilayah Sumatra dan Kalimantan, dengan suhu mencapai 36-38 derajat Celsius, BMKG juga melaporkan bahwa dalam tiga hari ke depan, masyarakat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem,” ujarnya saat dihubungi NU Online pada Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, cuaca panas juga memengaruhi sumber air bersih di beberapa wilayah. Mata air yang menjadi tumpuan masyarakat mengalami penurunan debit akibat panas tinggi yang berlangsung lama.
Baca Juga
Cuaca Ekstrem Mengancam, Masyarakat Perlu Lebih Tanggap Bencana
“Air tanah dan sumber mata air di sejumlah daerah mulai menurun. Ini berpotensi mengganggu pasokan air bersih, terutama di daerah pedesaan,” jelasnya.
Kurniasih menyampaikan bahwa kondisi panas ekstrem dan intensitas hujan juga mempengaruhi kesehatan tubuh, terutama karena perbedaan suhu yang tajam.
“Kondisi seperti ini bisa membuat tubuh sulit beradaptasi. Banyak anak-anak mulai terserang flu, demam, bahkan dehidrasi,” ujarnya.
Ia menghimbau kepada masyarakat untuk memperbanyak minum air putih guna mencegah dehidrasi, menggunakan pakaian berbahan katun yang mudah menyerap keringat, dan menghindari aktivitas berat di bawah terik matahari berlangsung, terutama antara pukul 10.00 hingga 14.00.
Kurniasih menambahkan bahwa masyarakat juga perlu melindungi diri seperti mengunakan topi, payung, atau sunblock saat beraktivitas di luar ruangan, serta memperbanyak konsumsi makanan bergizi dan kaya serat, seperti sayur dan buah untuk menjaga daya tahan tubuh.
Baca Juga
LPBINU Beri Tips Aman Berlibur ke Objek Wisata Alam di Tengah Cuaca Ekstrem
“Perempuan yang mengurus anak-anak di rumah juga perlu lebih waspada terhadap paparan panas ekstrem. Selain menjaga diri, penting juga memperhatikan kondisi anak agar tidak mudah jatuh sakit,” tambahnya.
Ia menyampaikan bahwa kesadaran menjaga kesehatan menjadi langkah pertama menghadapi cuaca panas yang ekstrem ini.
“Cuaca ekstrem ini bagian dari dampak perubahan iklim global. Karena itu, kesiapsiagaan dan kebiasaan hidup sehat harus dimulai dari keluarga,” ucap Kurniasih.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa fenomena cuaca ekstrem disebabkan oleh minimnya pembentukan awan, sehingga radiasi matahari langsung mencapai permukaan.
Dwikorita menambahkan, angin Mosun Australia yang membuat udara lebih kering, serta gerak semu matahari yang meningkatkan intesnsitas penyinaran.
“Fenomena ini hanya sementara, diperkirakan bertahan sampai akhir Oktober atau awal November 2025,” ujarnya lewat instagram BMKG.
BMKG juga melaporkan bahwa wilayah mengalami cuaca ekstrem adalah Aceh, Lampung, Jawa Barat bagian utara, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan sebagian Papua Selatan.