Khutbah Jumat: Menjaga Tanah Subur adalah Menjaga Amanah Allah - NU Online

Berbagi Informasi
By -
0

 

Khutbah Jumat: Menjaga Tanah Subur adalah Menjaga Amanah Allah

NU Online  ·  Jumat, 5 Desember 2025 | 07:15 WIB

Khutbah Jumat: Menjaga Tanah Subur adalah Menjaga Amanah Allah

Khutbah Jumat (freepik)

Ajie Najmuddin

Kolomnis

Tanah merupakan salah satu anugerah dari Allah Swt. Indonesia salah satu negara yang sangat beruntung, dengan dikaruniai anugerah tanah yang luas nan subur. Tugas kita tentu untuk menjaga dan merawatnya. Hal ini juga selaras dengan peran manusia sebagai khalifah, yang memiliki konsekuensi untuk menjaga dan merawat bumi ini.


Teks Khutbah Jumat berikut ini dengan judul  "Khutbah Jumat: Menjaga Tanah Subur adalah Menjaga Amanah Allah". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

Khutbah Jumat: 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ 


أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Khutbah Jumat: 4 Resep Hidup Bahagia


Mengawali khutbah Jumat ini, marilah kita senantiasa mengingat akan segala anugerah yang telah dikaruniakan Allah swt kepada kita. Untuk kemudian kita syukuri dan gunakan di jalan kebaikan serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. 


Pada kesempatan ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.


Beribadah kepada Allah akan menjadi manifestasi ketakwaan kita, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

Baca Juga

Warek Uinsa Prihatin di Indonesia Tanah Subur Jadi Perumahan


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya, "Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al Baqarah ayat 21)

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah


Bangsa Indonesia diberikan anugerah oleh Allah Swt berupa kekayaan alam yang sangat beragam dan melimpah. Salah satunya yakni tanah yang luas nan subur. Tanah yang subur ini dapat menjadi salah satu modal dalam menciptakan kesejahteraan pada masyarakat. Tanah luas mampu menghasilkan produk pertanian yang unggul. Pun tanah yang subur, dapat menghasilkan buah-buah yang bisa diekspor hingga manca negara.


Imam al-Mawardi dalam Adabud Dunya wa ad-Din menjelaskan bahwa tanah yang subur merupakan salah satu penanda kebaikan dan keteraturan suatu wilayah atau negara. Kesuburan tanah menunjukkan bahwa sebuah negeri dikelola dengan baik, dijaga keseimbangannya, dan dimanfaatkan tanpa merusaknya. (Edisi Darul Minhaj, 2013, hlm. 217)


Oleh karena itu, sudah sepatutnya bila kita mensyukuri nikmat dari Allah berupa kesuburan tanah ini. Sebab, barang siapa yang mau bersyukur kepada-Nya, niscaya akan ditambah nikmat dan sebaliknya bila mengingkari akan diberikan adzab yan gsangat pedih.

Di dalam Al-Qur'an surat Ibrahim, Allah berfirman:


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ


Artinya, "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim ayat 7)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah


Tentu, upaya kita dalam mensyukuri nikmat Allah berupa tanah yang subur ini, tidak cukup hanya dengan mengucapkan kalimat pujian kepada-Nya. Akan tetapi juga perlu dibarengi dengan sikap dan komitmen untuk menjaga dan merawatnya. Hal ini juga selaras dengan peran kita sebagai seorang khalifah di muka bumi ini.


Manusia hidup di dunia, selain memiliki peran sebagai seorang abdullah (hamba Allah) juga sebagai khalifah (pemimpin). Peran manusia sebagai khalifah ini termaktub dalam Al-Qur’an:


 وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ


Artinya, "(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." (QS Al-Baqarah ayat 30)


Dalam kitab Al-Ibriz , KH Bisri Mustofa menerangkan makna khalifah ini sebagai pengganti. Yang berarti Nabi Adam as dan anak keturunannya memiliki peran untuk menjaga bumi dari kerusakan serta melaksanakan hukum-hukum Allah. ((KH. Bisri Mustofa, Al-Ibriz, Juz 1 hal 11)


Peran untuk menjaga atau tidak berbuat kerusakan di dunia ini, kemudian ditegaskan dalam ayat lain, yakni surat Al-A'raf ayat 56. Allah berfirman:


وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ


Artinya, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf ayat 56).

Dengan keterangan dari ayat tersebut, maka sudah sepantasnya kita, sebagai anak keturunan atau bani Adam, sadar akan peran tersebut dan ikut menjaga bumi ini dari kerusakan-kerusakan, yang seringkali diperbuat oleh manusia sendiri.


Bisa kita saksikan sendiri di sekitar kita, tanah yang kehilangan kesuburannya, sungai telah tercemar, banyak hutan menjadi gundul, laut pun terkena limbah, udara menjadi tercemar karena hasil perbuatan dari manusia, dan bahkan mungkin termasuk dari kita sendiri.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah


Maka, dalam upaya menjaga dan merawat karunia Allah Swt berupa tanah yang subur ini, perlu menjadi kesadaran kita bersama. Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan seyogyanya dapat membuat peraturan-peraturan yang dapat mencegah terjadinya alih fungsi atau kerusakan terhadap tanah yang subur.

Terlebih kawasan terlindung yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam, serta lahan produktif yang dapat digunakan sebagai ketahanan pangan, seperti yang termaktub dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2009.

Kemudian, dalam aspek yang lebih kecil, kita pun dapat memberi kontribusi dalam upaya merawat nikmat berupa tanah yang subur ini. Adakalanya pemanfaatan lahan untuk hal yang produktif ini juga perlu kita lakukan dengan cara menghidupkan lahan yang telah mati atau mengupayakan tanah agar menjadi tetap subur.

Upaya menghidupkan kembali lahan yang mati atau tidak lagi produktif merupakan tindakan yang dianjurkan dalam Islam. Syekh Muhammad bin Qasim al-Ghazi, dalam Fathul Qarib al-Mujib fi Syarhi Alfazh at-Taqrib, membahas hal ini dalam bab ihya’ al-mawat (menghidupkan lahan mati). Beliau menjelaskan bahwa membuka dan memanfaatkan lahan yang tidak bertuan diperbolehkan, dengan tujuan agar tanah yang dibiarkan terbengkalai bisa kembali produktif dan memberi manfaat.

Meski demikian, di Indonesia hal ini tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada aturan, izin, dan mekanisme yang telah diatur dalam undang-undang untuk menjaga ketertiban dan mencegah penyalahgunaan. Namun, semangatnya tetap sama: memastikan alam tetap terjaga dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.


Pada akhirnya, ajaran Islam Rahmatan lil Alamin mendorong kita untuk menyadari peran manusia untuk menjaga bumi ini dari kerusakan. Untuk menutup khutbah ini, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita semua rahmat, keberkahan, dan keselamatan. Serta menjauhkan kita dari segala penyakit dan musibah.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amin ya Rabbal Alamin


بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ


Khutbah II


    اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

 فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر   إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.  اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ 

  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ، عٍبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ


------------

Ajie Najmuddin, Pengurus MWCNU Banyudono Boyolali

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default