Jual Telur Lilit keliling, Zainuddin Malah Dapat Bonus Naik Haji - Lombok Post
LomboPost - Tak bisa dilukiskan bagaimana bahagianya Zainuddin Kurdi saat namanya masuk sebagai peserta Haji Tahun 2025.
Zainuddin Kurdi (65) warga Dusun Jerneng, Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, tidak mampu membendung perasaannya setelah puluhan tahun menanti menjadi tamu Allah.
Zainuddin masuk dalam kloter pertama bersama 384 calon jemaah haji asal Lombok Barat, dia bersama ratusan jemaah lainnya akan langsung terbang menuju Madinah Kamis (1/5) lalu.
Puluhan tahun menanti, Zainuddin tahun ini bisa berangkat haji berkat menabung dari hasil jualan telur lilit di Lombok Barat dan Mataram.
Dia rela menempuh jarak puluhan kilometer demi menjajakan makanan murah-meriah itu, bahkan menuju daerah yang letaknya di atas pegunungan
Sehingg tak heran, ketika tiba di Asrama Haji Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB), raut bahagia tergambar jelas di wajah Zainuddin Kurdi.
Ditemui awak media sebelum keberangkatannya di Tanah Suci, Zainuddin menceritakan bagaimana pengelamannya menjual telur lilit keliling sejak tahun 80-an ini akhirnya berangkat haji.
Zainuddin mengaku terharu bisa berangkat ke Tanah Suci setelah 30 tahun menabung dari hasil berjualan telur lilit keliling di Mataram dan Lombok Barat.
Dia mendaftar haji Tahun 2009, empat tahun kemudian baru dia mendapatkan nomor kursi pemberangkatan sekitar 2012.
"Sejak dapat nomor kursi, saya makin semangat berjualan telur lilit hingga ke pelosok-pelosok desa, naik turun bukit," aku Zainuddin di Asrama Haji Mataram Kamis (1/5).
Zainuddin lalu menceritakan rute setiap hari dia berjualan.
"Saya, naik ke gunung di ujung Mereje sana, pakai motor," tambahnya.
Zainuddin mengaku memulai berprofesi sebagai pedagang keliling sejak usia 18.
Tapi awalnya bukan telur lilit yang dia jual, tapi makanan kering dan dia berjualan di seputaran kota Mataram.
Seiring berjalannya waktu, Zainuddin bisa berjualannya dengan menyewa tempat di salah satu sekolah di Kota Mataram sekitar tahun 1990, tepatnya di SMPN 1 Mataram.
Saat berhasil menyewa tempat di sekolah inilah, Zainuddin mulai menjual telur lilit. Dari hasil berjualan, Zainuddin mulai bisa menabung dan berhasil membeli lahan pada tahun itu, sekitar awal tahun 2000, yang dihajatkannya sebagai dana untuk mendaftar haji.
"Di sana saya jualan sejak tahun 1990-an. Di sana sudah mulai nabung. Banyak dapat nabung, kemudian beli tanah. Dari hasil jual tanah Rp 15 juta itu dipakai daftar haji tahun 2009," kata Zainuddin.
Sayangnya, karena terjadi masalah Zainuddin berhenti berjualan di kantin sekolah.
Sejak diberhentikan berjualan di kantin SMPN 1 Mataram, penghasilan berjualan telur lilit merosot tajam. Dia pun harus menghadapi masa-masa sulit.
"Banyak kebutuhan, belum biaya anak mondok, sekolah. Jadi nabung haji sempat tertunda karena dipakai untuk itu," akunya.
Setelah melewati masa sulit tersebut, Zainuddin memutuskan berjualan dari Kecamatan Labuapi ke Kecamatan Lembar hingga ke wilayah Kecamatan Sekotong Lombok Barat.
"Saya sampai berjualan telur lilit ke Desa Mareje di lereng Gunung Mareje Lembar sana," cerita Zainuddin.
Hasil jualan telur lilit itu kembali ditabung sedikit demi sedikit untuk dana haji. Dari modal jualan Rp 100 ribu, dapat untung Rp 50 ribu.
"Saya tabung Rp 15-20 ribu, sisanya saya pakai biaya anak sekolah. Kalau sedikit untungnya ya tidak nabung," tambahnya.
Syukurnya, Zainuddin sering mendapat keuntungan besar jika berjualan di acara begawe (nikahan) di Lombok Barat.
"Kalau ada acara itu laris sekali, keuntungan bisa sampai Rp 200 ribu hingga Rp 275 ribu. Kalau banyak untung ditabung lebih banyak," kenangnya.
Selain berhasil berangkat haji, Zainuddin juga berhasil menyekolahkan lima anaknya dari hasil berjualan telur lilit. Bahkan kelima anaknya merupakan lulusan pondok pesantren semua.
Seperti diketahui, sekolah pesantrem terbilang sekolah mahal karena ada biaya makan dan mondok, selain biaya SPP.

Gubernur NTB Berikan Beberapa Fasilitas Istimewa Untuk Warga yang Terdampak Masalah Sampah di Sekitar TPA Kebon Kongok

Tidak ada komentar:
Posting Komentar