Tidak Semua Orang Layak Jadi Teman: Nasihat Jitu Imam al-Ghazali - Lirboyo - Opsiinfo9

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tidak Semua Orang Layak Jadi Teman: Nasihat Jitu Imam al-Ghazali - Lirboyo

Share This

 

Tidak Semua Orang Layak Jadi Teman: Nasihat Jitu Imam al-Ghazali - Lirboyo

Dalam kehidupan ini, salah satu faktor yang sangat memengaruhi kepribadian dan perjalanan spiritual seseorang adalah siapa teman dekatnya. Teman tidak hanya menemani langkah, tetapi juga bisa membentuk cara berpikir, menguatkan semangat, atau bahkan memengaruhi jalan hidup kita secara mendalam.

Imam al-Ghazali rahimahullah dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah memberikan nasihat yang sangat berharga tentang adab bersahabat dan memilih teman yang baik. Nasihat ini bukan sekadar petunjuk sosial, namun menjadi bagian dari upaya meniti jalan hidayah dengan adab yang terjaga.

“Seseorang tergantung agama temannya. Maka hendaklah setiap kalian melihat dengan siapa ia berteman.”
(HR. Abu Dawud)

Berikut adalah lima syarat utama dalam memilih sahabat menurut Imam al-Ghazali:

1. Berakal dan Bijak

Bersahabatlah dengan orang yang memiliki akal sehat, karena orang yang tidak berpikir matang dapat menjerumuskan tanpa disadari. Bahkan, niat baiknya pun bisa berubah menjadi keburukan karena kurangnya kebijaksanaan. Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه pernah berkata dalam syairnya:

“Jangan bersahabat dengan orang yang bodoh. Berapa banyak orang bodoh yang mencelakakan orang bijak ketika bersahabat dengannya.”

Baca juga: Islam Mengajarkan Umatnya Soft Spoken.

2. Berakhlak Baik

Penting untuk memilih sahabat yang memiliki kendali diri, tidak mudah marah, dan tidak mengikuti hawa nafsunya. Orang semacam ini akan menjaga kehormatan sahabatnya, menghormati hubungan, dan tidak menyakiti hati. Imam al-Ghazali mengutip nasihat Alqamah al-‘Aththaridi kepada putranya:

“Bersahabatlah dengan orang yang jika engkau membutuhkan bantuan, dia membantumu; jika engkau berbuat baik, dia menghargainya; jika engkau melakukan kesalahan, dia menutupinya.”

Baca juga: Shalat dan Doa Istikharah dalam Menentukan Pilihan.

3. Saleh dan Bertakwa

Jauhilah sahabat yang terang-terangan melakukan maksiat atau melalaikan perintah Allah, karena dampaknya bisa sangat besar. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa melihat maksiat terus-menerus bisa mengikis kepekaan hati terhadap dosa. Bahkan, keburukan itu bisa menjadi hal yang biasa dan tidak lagi kita ingkari.

Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya.” (QS. Al-Kahfi: 28)

4. Tidak Tamak terhadap Dunia

Teman yang terlalu mencintai dunia bisa menyeret kita pada kecintaan berlebihan terhadap dunia pula. Imam al-Ghazali mengingatkan bahwa sifat manusia cenderung meniru orang terdekatnya. Bersahabat dengan orang yang zuhud akan menumbuhkan semangat zuhud dalam diri kita. Sebaliknya, berteman dengan pecinta dunia bisa membuat kita silau dan lalai dari akhirat.

Baca juga: Menirakati Anak yang Mondok Agar Betah dan Sukses.

5. Jujur dan Dapat Dipercaya

Kejujuran adalah dasar dari kepercayaan. Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa orang yang suka berdusta laksana fatamorgana: ia menampakkan sesuatu yang jauh seolah dekat, dan sesuatu yang dekat seolah jauh. Maka berhati-hatilah dari teman yang tidak jujur, karena ia bisa menjerumuskan dengan tipu daya.

Lalu, Bagaimana Jika Sulit Menemukan yang Sempurna?

Imam al-Ghazali menyadari bahwa sangat jarang seseorang bisa menemukan sahabat dengan lima kriteria tersebut secara lengkap. Maka beliau menyarankan dua sikap:

  1. Mengasingkan diri (uzlah) demi menjaga keselamatan agama dan hati.
  2. Memilah pergaulan sesuai manfaat yang ada dalam diri sahabat tersebut, yakni:
    • Sahabat untuk akhirat → utamakan agamanya.
    • Sahabat untuk dunia → utamakan akhlaknya.
    • Sahabat untuk hiburan → pastikan ia aman dari keburukan.

Imam al-Ghazali bahkan membagi jenis manusia menjadi tiga:

  • Seperti makanan: kita butuhkan setiap saat.
  • Seperti obat: hanya kita butuhkan dalam kondisi tertentu.
  • Seperti penyakit: sebaiknya kita jauhi, namun bila terpaksa berinteraksi, hendaknya tetap waspada.

Penutup

Sahabat sejati adalah mereka yang menuntun kepada kebaikan, bukan sekadar menemani dalam kesenangan. Imam al-Ghazali menutup dengan sebuah hikmah luhur:

“Seandainya seseorang menjauhi apa yang ia benci dari orang lain, maka sempurnalah adabnya dan ia tidak membutuhkan lagi guru untuk mengajarinya.”

Semoga kita semua dianugerahi sahabat-sahabat yang shalih, berakal, dan berakhlak mulia, yang saling menolong dalam kebaikan dan takwa, serta menjadi pendamping menuju ridha dan surga-Nya.

 Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here