Air untuk Bersuci: Jangan Sampai Salah Pilih! - Lirboyo

Pendahuluan
Bersuci (ṭahārah) merupakan syarat sah dari ibadah-ibadah pokok dalam Islam, seperti shalat, thawaf, dan memegang mushaf. Dalam konsep bersuci, air memiliki posisi sentral sebagai media utama untuk membersihkan hadast maupun najis. Maka dari itu, penting bagi seorang muslim memahami jenis-jenis air yang bisa untuk bersuci dan tidak, sebagaimana tertulis dalam literatur klasik (turāth) para ulama.
Baca juga: KH. Athoillah S. A.; Kasih Sayang Rasulullah yang Luar Biasa
Pengertian Air untuk Bersuci
Dalam istilah fikih, air yang bisa untuk bersuci namanya air thahir muthahir, yaitu air suci lagi menyucikan. Air ini adalah air yang masih dalam keadaan asal penciptaannya, belum berubah oleh benda lain secara mutlak.
Dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah
Allah ﷻ berfirman:
“وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّنَ السَّمَاءِ مَاءً لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ…”
“Dan Dia menurunkan kepadamu air dari langit untuk menyucikan kamu dengannya…” (QS. Al-Anfal: 11)
Nabi ﷺ bersabda:
“إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ، لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ”
“Sesungguhnya air itu suci menyucikan, tidak ada sesuatu yang dapat menajiskannya.”[Abū Dāwūd al-Ṭayālisī, Musnad Abī Dāwūd al-Ṭayālisī, (Kairo: Dār Hajr, 1419 H/1999 M), jld. 1]
Baca juga: Membaca dan Belajar adalah Ibadah yang Dilupakan
Para fuqaha (Ulama ahli Fiqh) dalam kitab-kitab klasik membagi air ke dalam beberapa kategori. Berikut penjelasan menurut empat mazhab:
1. Air Ṭahir Mutahir: Suci dan Menyucikan
Ini adalah air yang suci zatnya dan bisa untuk bersuci (wudhu, mandi wajib, menghilangkan najis). Contoh: air hujan, air sumur, air sungai, air laut, air embun, dan air salju.
Dalam Matan al-Ghayah wa al-Taqrīb karya Imam Abu Syuja’ disebutkan:
“وَأَنْوَاعُ الْمِيَاهِ الَّتِي يُتَوَضَّأُ بِهَا سَبْعَةٌ: مَاءُ السَّمَاءِ، وَالْبَحْرِ، وَالنَّهْرِ، وَالْبِئْرِ، وَالْعَيْنِ، وَالثَّلْجِ، وَالْبَرَدِ”
Artinya: “Jenis air yang bisa untuk berwudhu ada tujuh: air langit, laut, sungai, sumur, mata air, salju, dan embun.” [Muḥammad ibn Qāsim ibn Muḥammad al-Ghazzī (Ibnu Qāsim), Fatḥ al-Qarīb al-Mujīb fī Sharḥ Alfāẓ al-Taqrīb, (Beirut: Dār Ibn Ḥazm]
Baca juga: Peresmian Pondok Cabang Lirboyo XXIV di Pacitan Berlangsung Khidmat
2. Air Ṭāhir La Mutahir: Suci Tapi Tidak Menyucikan
Ada dua air yang termasuk dalam kategori ini:
- Air musta’mal; air yang sudah digunakan untuk bersuci atau menghilangkan najis;
- Air yang tercampur dengan benda lain hingga berdampak airnya berubah, namun tidak sampai mencegah kemutlakan air.
Maka air tersebut adalah air yang suci, tetapi tidak bisa lagi untuk bersuci karena berubah sifatnya (warna, rasa, bau) dengan benda suci lain (misalnya teh, sabun, dll.).
Dalam Fath al-Qarib Syarh Abu Syuja’, Imam Ibn Qasim al-Ghazzi menjelaskan:
فَإِنَّهُ طَاهِرٌ غَيْرُ طَهُورٍ، حِسِّيًّا كَانَ التَّغَيُّرُ أَوْ تَقْدِيرِيًّا؛ كَأَنْ اخْتَلَطَ بِالْمَاءِ مَا يُوَافِقُهُ فِي صِفَاتِهِ، كَمَاءِ الْوَرْدِ الْمُنْقَطِعِ الرَّائِحَةِ وَالْمَاءِ الْمُسْتَعْمَلِ.
Artinya: “Maka air tersebut suci namun tidak menyucikan, baik perubahannya bersifat nyata (indrawi) maupun bersifat taksiran; seperti jika bercampur air dengan sesuatu yang memiliki sifat serupa dengannya, seperti air mawar yang telah hilang aromanya dan air bekas pakai (untuk bersuci).[Muḥammad ibn Qāsim ibn Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghazzī (Ibnu Qāsim), Fatḥ al-Qarīb al-Mujīb fī Sharḥ Alfāẓ al-Taqrīb, (Beirut: Dar Ibn Ḥazm]
Baca Juga: Spek Wanita Idaman dalam Kacamata Tasawuf
3. Air Najis: Tidak Suci dan Tidak Menyucikan
Dalam kitab Fath al-Qarib, air najis terbagi menjadi 2 bagian:
أحَدُهُمَا: (وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيهِ نَجَاسَةٌ) تَغَيَّرَ أَمْ لَا، (وَهُوَ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ مَاءٌ (دُونَ الْقُلَّتَيْنِ).
“Pertama: Air yang terkena najis baik mengalami perubahan sifat (warna, rasa, atau bau) atau tidak, selama jumlahnya kurang dari dua qullah.”
(أو كان) كثيرا (قلتين) فأكثر (فتغير) يسيرا أو كثيرا
“(Atau) air yang banyak, (dua qullah atau lebih), kemudian berubah (salah satu sifatnya), baik sedikit maupun banyak.”
Baca juga: Dzikir Di Kala Susah
Ukuran Dua Qullah
Dua qullah adalah ukuran air yang bila lebih dari itu, maka najis tidak mempengaruhi kesuciannya selama tidak terjadi perubahan sifat.
وَالقُلَّتَانِ خَمْسُمِائَةُ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيبًا فِي الأَصَحِّ فِيهِمَا.
Artinya: “Dan dua qullah kira-kira setara dengan lima ratus rithl Baghdadi, menurut pendapat yang paling sahih, pada keduanya.” [Muḥammad ibn Qāsim ibn Muḥammad al-Ghazzī (Ibnu Qāsim), Fatḥ al-Qarīb al-Mujīb fī Sharḥ Alfāẓ al-Taqrīb (Beirut: Dār Ibn Ḥazm & al-Jafān wa al-Jābī li-al-Ṭibāʿah wa al-Nashr wa al-Tawzīʿ]
Baca juga: Hati-Hati Menulis Lafadz Suci di Undangan!
Penutup
Air dalam Islam bukan hanya unsur fisik, tetapi juga bagian dari ibadah. Dengan air, kita bersuci, memulai ibadah dengan kesucian lahir dan batin. Pemahaman akan jenis-jenis air dan hukumnya sebagaimana para ulama ajarkan dalam turāth sangat penting agar ibadah kita sah
Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo