Mengkaji Ulang Tugas Khalifah di Muka Bumi | Tebuireng Online

Super Media Informasi
By -
0

 

Mengkaji Ulang Tugas Khalifah di Muka Bumi | Tebuireng Online

Dalam sebuah diskusi yang cukup menarik terdapat pembahasan yang seringkali luput dari pandangan kita mengenai tugas utama seorang manusia di muka bumi ini. Ada pendapat yang justru terlontar dari kita, atau justru orang-orang sekitar kita, baik guru, seorang ustadz, atau bahkan orang yang tidak taat-taat amat dalam menjalankan syariat agama. Umumnya takala pertanyaan itu dilontarkan “tugas manusia diciptakan dan diturunkan di muka bumi ini, untuk apa?” Maka terdengarlah jawaban yang sederhana yakni, “menjadi sebaik-baiknya yang beribadah senantiasa pada Allah. Titik!

Jawaban itu tidaklah salah, justru adalah jawaban yang sangat tepat, karena terdapat ayat Al-Quran pada surah Az Zariyat ayat 56 yang menyatakan:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Mengutip salah satu tafsir yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Islam Indonesia, bahwa makna dari ayat tersebut sudah menjadi kewajiban manusia atau jin untuk senantiasa tunduk pada peraturan Allah, sehingga setiap mahluk (manusia & jin) harus menjalankan kegiatan ibadah pada Allah dan menjauhi segala perintahnya.

Prof Dr M Quraish Shihab melalui Tafsir Al Mishbah menafsirkan bahwa surat Az Zariyat ayat 56 menggunakan bentuk persona pertama (Aku) karena memang penegasannya adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah adalah bentuk ketundukan dan ketaatan akibat adanya rasa keagungan dari siapa seseorang yang mengabdi.

Adapun, dalam Tafsir Al Azhar oleh Buya Hamka dikatakan surat Az Zariyat ayat 56 menerangkan bahwa jika seorang telah mengakui beriman kepada Allah SWT, dia tidak akan ingin hidupnya di dunia kosong. “Selama nyawa dikandung badan, manusia harus ingat bahwa tempohnya tidak boleh kosong dari pengabdian. Seluruh hidup hendaklah dijadikan ibadah,” tulis Buya Hamka menafsirkan surat Az Zariyat ayat 56.

Lebih lanjut Buya Hamka menguraikan, ibadah itu harus diawali dengan iman yang mana percaya bahwa ada Allah SWT yang menjamin. Percaya akan adanya Allah SWT menjadi dasar dari hidup itu sendiri, karenanya iman yang telah tumbuh wajib dibuktikan dengan amal yang saleh.

Misi Utama Khalifah Sebagai Perwakilan Allah di Muka Bumi

Sebagai sebaik-baiknya mahluk yang diciptakaan oleh Allah, seluruh kehidupan manusia tidak hanya diperuntukan pada ibadah semata saja, tetapi justru sebagai sosok khalifah yang dapat mengelola bumi dengan baik dan benar. Karena tugas ini hanya bisa dilakukan oleh seorang manusia, tidak memungkingkan mahluk Allah yang lainnya, seperti hewan, jin, iblis bahkan malaikat.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 30 telah dijelaskan tentang konsep khalifah dalam mengatur keberlanjutan dan merawat bumi dengan baik,  

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya; (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Pemahaman terhadap ayat tersebut adalah bentuk Amanah Allah yang diberikan kepada manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah manusia menyandang gelar khalifah  di  muka  bumi  sebagai  wakil-Nya  dalam  mengurus alam dan  menegakan  aturan-Nya.

Kesempurnaan  manusia  dibandingkan  makhluk-makhluk  lainnya  terletak padakepemilikan “akal” yang dengannya manusia dapat berfikir dan memilih bagaimana ia menjalani  kehidupannya.  Akal  tersebut  diberikan  Allah  agar  manusia tidak  salah  dalam membedakan  perbuatan  baik  dan  buruk. Dengan  begitu,  moral  yang diartikan  sebagai  ilmu  tentang  baik  buruknya  suatu  perbuatan,  merupakan  salah  satu  ciri identitas manusia dari makhluk lainnya di muka bumi.

Karena pada hakikatnya moral hanya dimiliki dan berlaku bagi manusia yang pada dasarnya telah diberikan akal oleh Allah, karenanya manusia harus bertanggung  jawab  memegang  kunci  kepengurusan  dunia sebagai wakil-Nya untuk menciptakan kedamaian, keteraturan, serta keseimbangan.

Pada Alquran, kata “khalifah” disebut sembilan kali, dua kali dalam bentuk tunggal, dan tujuh kali dalam bentuk jamak. Kata-kata ini ditemukan di Alquran untuk menjelaskan peran khalifah manusia ini di dunia. Secara umum, fungsi khalifah adalah untuk menggantikan. Sehingga dapat diartikan bahwa seorang manusia ditunjuk menjadi khalifah untuk bertanggung jawab mengurusi segala hal di muka bumi guna menjadi perwakilan dari Allah.

Salah satu kesalahan fatal adalah dengan dijadikan manusia sebagai khalifah, memiliki artian bahwa Allah tidak mampu mengurus dunia dan seisinya. Artian tersebut adalah salah, justru kehadiran manusia menjadi khalifah adalah Allah hendak menguji manusia  dan  menunjukkan  rasa  hormat  terhadap  mereka.  Yang  kedua  tanda  sebagian mengetahuinya  sebagai  pengganti  makhluk  lain  yang  mungkin  sudah  ada  sebelum diciptakannya  manusiasudah  ada  sebelum  diciptakannya  manusia.

Penulis: Dimas Setyawan Saputro

Editor: Rara Zarary

Tags:

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default