Khutbah Jumat: Kemuliaan bagi Para Petani, Menjadi Penolong Negeri
NU Online · Rabu, 24 September 2025 | 19:00 WIB
Ilustrasi petani. Sumber: Canva/NU Online.

Kolomnis
Dalam sebuah artikel yang dimuat di Majalah Soeara Moeslimin tahun 1363 H, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari menyebutkan jasa besar para petani. Disebutkan para petani ini merupakan penolong negeri, sebab dari jerih payah mereka menanam, setidaknya kita dapat menikmatinya, tanpa mesti ikut bersusah payah di sawah. Maka, menjadi petani adalah profesi yang mulia dan patut bagi kita untuk memuliakan mereka.
Teks Khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Kemuliaan bagi Para Petani, Menjadi Penolong Negeri". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
Khutbah Jumat: 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah Jumat ini, khatib mengajak kepada diri sendiri dan seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta'ala dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beribadah kepada Allah tersebut pada akhirnya menjadi sebuah bukti dari ketakwaan seorang hamba, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Baca Juga
Khutbah Jumat: 4 Resep Hidup Bahagia
Artinya, "Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS Al-Baqarah : 21)
Sudah sepatutnya hanya Allah lah yang menjadi Tuhan kita. Sebab dari Dia lah semua anugerah dan nikmat dapat kita peroleh. Dalam kelanjutan ayat di atas Allah telah berfirman:
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءًۖ وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya, "(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS Al-Baqarah : 22)
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Sebagai wujud dari ketakwaan tersebut, salah satunya yakni dengan merawat, menjaga, dan memanfaatkan yang telah Allah berikan kepada kita di bumi ini. Kita beruntung, hidup di negeri Indonesia, yang dikaruniai akan air bersih yang melimpah dan kesuburan tanahnya.
Kesuburan tanah ini, menurut Imam Mawardi dalam kitab Adabud dunya waddin (Darul Minhaj, 2013, hlm. 217) menjadi salah satu penanda kebaikan dan keteraturan dunia. Selain kesuburan tanah, juga dibutuhkan agama yang ditaati, pemerintah yang berpengaruh/tegas, keadilan yang menyeluruh, keamanan yang menyeluruh, dan cita-cita yang luhur.
Meski demikian, tidak semua orang mau bersusah payah untuk mengolah tanah dan menanam tanaman, sekadar untuk makan dirinya atau keluarganya. Pada akhirnya, kita semua banyak berutang jasa pada mereka yang disebut sebagai petani. Orang yang pekerjaannya bercocok tanam atau mengusahakan tanah dengan tanam-menanam.
Dalam tulisan di Majalah Suara Muslimin tahun 1363 H, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari menyebut para petani ini adalah penolong negeri. Sebab dari merekalah ketahanan bangsa ini, khususnya dalam hal pangan, akan terjaga. Sesungguhnya profesi petani ini sangatlah mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir RA:
لاَ يَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا وَلَا يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَادَابَّةٌ وَلَا شَيْءٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Artinya, “Tiada seorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lalu dimakan oleh seseorang, hewan ternak, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya,” (HR Muslim).
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Lalu, bagaimana cara kita untuk memuliakan atau setidaknya berterimakasih kepada para petani yang telah banyak berjasa kepada kita. Pertama, jika kita sebagai pemangku kebijakan, maka muliakanlah para petani tersebut dengan membuat kebijakan yang tidak menyengsarakan mereka.
Seringkali kita mendengar mulai dari masalah pupuk yang harganya mahal, langka, sulit didapat, kemudian harga hasil panen yang anjlok, akses permodalan yang terbatas, sulitnya penguasaan lahan, keterbatasan akses air/irigasi, serangan hama dan penyakit. Inilah di antaranya berbagai persoalan yang mesti dipikirkan dan diselesaikan para pemangku kebijakan untuk membantu para petani.
Berikutnya, siapapun dari kita, yang setiap hari kita pun menikmati jasa dari para petani. Setidaknya, ketika kita hendak makan, hendaknya berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَناَ فِيْمَا رَزَقْتَنا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada rezeki yang telah Kau karuniakan untuk kami dan lindungilah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang."
Dengan mengucap doa tersebut, tentu tidak hanya ditujukan kepada diri sendiri, tapi juga kepada mereka yang menjadi lantaran rezeki kita, termasuk para petani yang menanam padi dan lain sebagainya. Dengan berterima kasih kepada petani, sejatinya kita juga berterimakasih atau bersyukur kepada Allah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Artinya, "Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.” (HR. Abu Dawud)
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Kemudian hal yang tidak kalah penting adalah dengan tidak menyia-nyiakan hasil dari jerih payah para petani. Semisal dengan menyia-nyiakan atau membuang makanan. Perilaku ini juga bisa dikategorikan sebagai tabdzir (pemborosan).
Demikianlah, pentingnya untuk memperhatikan para petani, yang memiliki jasa yang besar bagi negeri ini. Sudah sepantasnya bagi kita untuk tidak memandang remeh pekerjaan tersebut, sebab petani adalah profesi yang mulia. Dan yang terpenting adalah menghargai mereka, setidaknya dengan tidak menyia-nyiakan ataupun membuang makanan, sebagai dampak dari perilaku boros atau berlebihan.
Sebagai penutup dalam kesempatan khutbah ini, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita semua rahmat, keberkahan, dan keselamatan, khususnya kepada para petani dan orang-orang yang berjasa bagi negeri ini. Serta menjauhkan kita dari segala penyakit dan musibah. Amin ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Ajie Najmuddin, Pengurus MWCNU Banyudono Boyolali.