Khutbah Jumat: Menjaga Akhlak di Tengah Krisis Moral Digital - NU Online

Central Informasi
By -
0

 

Khutbah Jumat: Menjaga Akhlak di Tengah Krisis Moral Digital

NU Online  ·  Kamis, 23 Oktober 2025 | 19:00 WIB

Ilustrasi media sosial. Sumber: Canva/NU Online.

Alwi Jamalulel Ubab

Kolomnis

Di era modern yang serba cepat ini, teknologi digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari umat manusia. Hampir setiap orang memiliki gawai di tangannya dan hampir setiap detik mata terpaku pada layar yang menampilkan berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia. Media sosial kini bukan hanya tempat berinteraksi tetapi juga ruang tempat opini, emosi, bahkan dosa bisa tersebar begitu mudah.


Dengan judul “Menjaga Akhlak di Tengah Krisis Moral Digital”, khutbah Jumat ini berisi ajakan untuk menjaga tangan dan lisan dari bahaya ujaran kebencian dan menghina orang lain di media sosial. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

الْحَمْدُ للهِ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ, خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 


قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya. 

Baca Juga

Khutbah Jumat: Hidup adalah Pilihan, Tentukan yang Terbaik


Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin. 


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Di era modern yang serba cepat ini, teknologi digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari umat manusia. Hampir setiap orang memiliki gawai di tangannya, dan hampir setiap detik mata terpaku pada layar yang menampilkan berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia. Media sosial kini bukan hanya tempat berinteraksi, tetapi juga ruang tempat opini, emosi, bahkan dosa bisa tersebar begitu mudah.


Namun, di balik kemudahan dan kemajuan itu, umat Islam menghadapi tantangan besar yaitu  kendali diri atas pasar bebas media sosial. Sehingga melakukan ujaran kebencian dan penghinaan terhadap sesama kini menjadi tontonan yang dianggap biasa


Akhlak yang dahulu dijunjung tinggi oleh umat Islam seperti jujur, sabar, santun, dan menjaga lisan perlahan mulai memudar di tengah derasnya arus digitalisasi. Padahal Rasulullah diutus bukan hanya untuk menyampaikan syariat, tetapi juga untuk menyempurnakan akhlak manusia.


Rasulullah SAW bersabda:

Khutbah Jumat: Berbuat Baik kepada Tetangga


إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ


Artinya, "Sesungguhnya aku diutus (ke dunia ini) hanya untuk menyempurnakan keluhuran akhlak," (HR. Al-Baihaqi).


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Di sisi lain, melakukan ujaran kebencian, mengolok-olok dan menghina orang lain sangat dilarang dalam Islam. Hal tersebut ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an bahwa tidak diperkenankan bagi umat Islam untuk mengolok-olok satu sama lain. Sebab boleh jadi yang diolok-olok lebih baik derajatnya di sisi Allah.


Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 11: 


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ


Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim," (Qs. Al-Hujurat: 11).


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya Marah Labid juz II hal 438 menjelaskan bahwa ayat di atas turun untuk menegur beberapa kelompok atau individu pada masa kenabian yang suka menghina dan mencaci maki orang lain dengan sebutan yang buruk.


Ayat ini juga merupakan penegasan dari Allah ta'ala kepada umat manusia agar tidak saling menghina satu sama lain. Ia menjelaskan bahwa kandungan surat Al-Hujurat ayat 11 ini mengajak kepada umat manusia agar menjaga lisannya dalam berucap sesuatu kepada sesama.


Syekh Nawawi berkata dalam tafsirnya:


وَمَعْنَى الْآيَةِ: لَا تَحْتَقِرُوْا إِخْوَانَكُمْ وَلَا تَسْتَصْغِرُوْهُمْ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ تَعْلِيْلٌ لِلنَّهْيِ، أَيْ عَسَى أَنْ يَكُوْنَ الْمَسْخُوْرُ مِنْهُمْ خَيْرًا عِنْدَ الله تَعَالَى مِنَ السَّاخِرِيْنَ، وَلَا نِساءٌ مِنْ نِساءٍ


Artinya, “Kandungan ayat di atas memiliki makna: Janganlah kalian menghina dan mengerdilkan saudara-saudara kalian sebab boleh jadi mereka yang dihina lebih baik di sisi Allah daripada yang menghina. Hal ini berlaku juga bagi kaum perempuan.”


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Dalam praktiknya, larangan menghina orang lain di atas mencakup juga terkait larangan menghina seseorang yang telah tobat dari dosa yang telah ia perbuat. Islam sangat melarang hal tersebut bahkan dalam satu riwayat disebutkan bahwa menghina seseorang yang telah tobat dari dosa yang telah ia perbuat bisa menjadikan orang yang menghinanya melakukan dosa yang sama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits Turmudzi dari jalur Muadz bin Jabal berikut:


وَقَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م: مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ قَدْ تَابَ مِنْهُ لَمْ يَمُتْ حَتَّي يَعْمَلَهُ


Artinya: “Muadz bin Jabal berkata: Rasulullah Saw bersabda: “barangsiapa mencela saudaranya dengan dosa (yang diperbuatnya) sedang ia telah bertaubat, maka ia tidak akan mati kecuali telah melakukannya.


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Kesimpulannya, Kita kini hidup di masa di mana dunia digital menjadi bagian dari keseharian. Setiap orang kini bisa berbicara kepada dunia hanya dengan satu sentuhan jari. Namun, bersamaan dengan kemudahan itu, muncul pula tantangan besar terhadap moral dan akhlak umat. Islam adalah agama yang menempatkan akhlak di posisi terhormat. Akhlak yang baik adalah tanda kesempurnaan iman. 


Maka mari kita menjaga akhlak kita di dunia digital dengan tidak mudah melakukan ujaran-ujaran kebencian, penghinaan terhadap orang lain serta lebih bijak lagi dalam bermedia sosial. 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


Khutbah II 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. 


رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.ِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ  


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default