Kondisi dan Dampak terhadap Anak ketika Mengalami Fatherless
NU Online · Jumat, 24 Oktober 2025 | 21:30 WIB
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Jakarta, NU Online
Keterlibatan ayah dalam urusan mengasuh anak ternyata bukan hal sepele. Akan tetapi, masih banyak anak mengalami fatherless atau tumbuh tanpa kehadiran figur ayah, baik secara fisik maupun emosional.
Adhe Vrilia, Psikolog Klinis asal Yogyakarta menyampaikan, urgensi ayah dalam tubuh kembang anak sangat diperlukan. Bukan hanya dalam bentuk materiil namun juga secara emosional mempunyai dampak besar bagi kehidupan anak.
"Kehadiran seorang ayah itu penting sekali. Bukan cuma soal mencukupkan finansial atau jadi figur yang tegas, tapi juga dari sisi emosional harus ikut hadir. Sebab, dampaknya sangat berpengaruh pada karakter anak seperti rasa aman, percaya diri, dan cara anak membangun relasi sejak dini," ucap Adhe Vrilia, saat diwawancara melalui pesan singkat di Instagram, Jumat (24/10/2025)
Baca Juga
Fenomena Fatherless dan Pentingnya Peran Ayah dalam Pertumbuhan Anak
Lebih jauh lagi, sebagai seorang ayah juga semestinya mempunyai energi kelekatan yang harus seimbang.
"Anak yang anak dapat peran seimbang antara ayah dan ibunya di mana mereka bisa sama-sama hadir secara hangat dan konsisten, apalagi kalau figur ayah dapat hadir secara responsif itu akan membentuk secure attachment alias rasa aman batin," lanjutnya.
Selain itu, dari sisi kognitif anak, seseorang yang fatherless cenderung tidak bisa fokus belajar dan kematangan dalam menggunakan keterampilan pemecahan masalah tidak optimal.
"Itu mayoritas memang terjadi. Walaupun tidak semua karena tergantung resiliensi setiap anak. Tapi biasanya yang sering terjadi di lapangan, ketidakhadiran ayah membuat seorang anak punya kecemburuan sosial hingga tidak jarang ada yang mengalami stres emosional yang berkepanjangan karena anak tersebut merasa tidak berharga atau kehilangan dukungan hingga akhirnya dia merasa inferior," imbuhnya.
Ciri-Ciri Anak Mengalami Fatherless
Urgensi Pendidikan Anak di Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Pesantren
Kendati demikian, terdapat ciri-ciri umum atau khusus yang bisa menandakan jika anak tersebut kurang kasih sayang dari ayahnya.
"Untuk hal ini lebih general saja karena tiap individu punya tanda yang berbeda. Untuk anak laki-laki cenderung mengekspresikan lewat perilaku eksternal seperti mudah marah, menentang aturan, sementara anak perempuan karena biasanya mereka lebih sering menampakkan dampaknya secara internal, seperti merasa kurang berharga, mencari validasi berlebihan dari figur laki-laki lain, atau kesulitan membangun kepercayaan dalam hubungan," papar Adhe.
Menurut Adhe, faktor penyebab anak merasakan fatherless adalah pola asuh patriarki yang diterima ayah pada saat kecil.
"Faktanya sistem pengasuhan patriarki masih melekat di Indonesia. Jadi sebagian calon ayah merasa kesulitan untuk mencurahkan kasih sayang secara terbuka, otoriter, dan terkesan kaku saat berhadapan dengan anak," sambungnya.
Adhe Vrilia berkata, ketidakhadiran peran ayah dapat diminimalisasi dengan cara membangun self awareness.
"Orang tua, khususnya ayah perlu meningkatkan self awarness (kesadaran diri) mengenali dan memahami pikiran, perasaan, kekuatan, kelemahan, dan perilaku diri sendiri secara objektif, dimulai pada tahapan psikoedukasi," jawabnya.
Baca Juga
Pendidikan Anak Usia Dini Harus Perhatikan Semua Aspek Perkembangan Anak
Dampak Perceraian Orang Tua Bagi Anak Fatherless
Termasuk perceraian kedua orang tua memicu potensi anak mengalami fatherless. Namun perlu digarisbawahi adalah perceraian bukan menjadi masalah utama karena yang lebih penting adalah bagaimana hubungan orang tua setelah bercerai.
"Semisal andaikan perceraian itu terjadi, apakah ayah tetap terlibat aktif dan berhubungan baik dengan anak, efek fatherless bisa diminimalisir. Tapi kalau hubungan diputus total, anak bisa merasa kehilangan figur ayahnya secara emosional," tandasnya.
Fondasi Utama Menjadi Seorang Ayah yang Ideal
Bagi Adhe Vrilia, ada tiga prinsip utama yang harus diperhatikan, diantaranya keterlibatan, keteladanan, dan Kehangatan.
Baca Juga
5 Prinsip Pengasuhan Keluarga Maslahat untuk Cegah Kekerasan terhadap Perempuan yang Masih Tinggi
Keterlibatan artinya ayah tidak hanya hadir secara lahiriah, tetapi benar-benar terlibat dalam kehidupan anak. Mulai dari hal-hal kecil seperti bermain, mendengarkan cerita, ikut mengambil peran dalam pengasuhan sehari-hari. Dari sisi psikologi, keterlibatan ini membangun attachment yang aman.
Yang kedua adalah keteladanan. Ayah menjadi figur panutan bagi anak. Ayah harus juga bisa mengupayakan untuk dapat bekerja sama dengan ibu dalam mengasuh, atau mengambil keputusan. Agar apa yang diterapkan sehari-hari dapat dijadikan role model bagi anaknya kelak.
Selanjutnya yaitu prinsip kehangatan. Ini yang sering terlupakan, lantaran banyak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan patriarki yang harus memaksanya supaya tidak terlihat lemah, padahal kehangatan emosional seperti pelukan dan sentuhan.
Dwi Astuti, Psikolog Klinis dari Kudus menyebut, solusi penyembuhan anak fatherless bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan pengasuhan sisa.
"Jadi bisa dibilang secara umum dengan mengoptimalkan pengasuhan sisa, atau pengasuhan yang masih ada baik dengan ibu atau keluarga terdekat lainnya. Namun hal tersebut tidak cukup. Kembali lagi kita sesuaikan dari dampak yang tampak pada anak," kata Dwi dalam keterangan wawancaranya melalui pesan di WhatsApp pada Jumat, (24/10/2025).
Baca Juga
Kenali Dampak Kekerasan pada Anak, Fisik dan Psikis
Menurut dia, Fatherless tidak bisa secara total dapat disembuhkan, sebab hal ini berurusan dengan mental.
"Karena ini terkait dengan kondisi mental. Walaupun kita tidak bisa menyamaratakan dampaknya. Beberapa dan itu sebagian kecil dapat survive namun tetap memiliki atau menyisakan dampak negatif yang minimal,"
Pembahasan fatherless menjadi permasalahan berbentuk skala besar. Adapun tindakan pencegahan fatherless sangat memerlukan kerja sama dari berbagai pihak seperti BKKBN, KUA, psikolog, masyarakat, dan pendidikan.
Perlu diketahui, pendidikan rupanya mencakup berbagai macam hal, di antaranya pendidikan pranikah, pendidikan seksual, normalisasi peran ayah secara ideal, dan kemelekatan emosional antara ayah dan anak supaya terjalin bounding yang baik.
Peran ayah dalam pola pengasuhan adalah sebagai pemimpin keluarga, dalam artian bisa mengerjakan kedua peran dengan sistematis, baik sebagai suami maupun sebagai ayah.
Baca Juga
Alissa Wahid Ungkap Sejumlah Faktor Pemicu Terjadinya KDRT
"Sederhananya ayah sebagai pemimpin keluarga untuk mengayomi istri, menghargai istri, dan mendengarkan istri. Hal serupa juga dilakukan ayah pada anak anak, mendengarkan, membersamai anak. ibu juga melaksanakan tugas ibu dirumah, mendengarkan anak, membersamai anak," ujarnya.
Hubungan positif antara suami istri menjadi komponen utama tercipta keluarga yang baik, yang memunculkan dampak positif untuk anak, begitupun sebaliknya.
Orang tua harus mendengarkan keluh kesah cerita anak, sesibuk apapun orang tua harus mau melakukan hal tersebut, karena anak akan merasa dihargai, diterima, dianggap ada. Dampak ke depan anak akan memiliki kecenderungan menghargai apa yang disampaikan orang tua. Begitupun sebaliknya.
"Kehadiran orang tua di momen penting anak sangat berharga karena hal itu menjadi hal sangat spesial untuk anak yang akan diingat, hal ini juga menjadikan anak spesial di hadapan orang tua," terang Dwi.
Namun faktanya, banyak fenomena perceraian yang membuat anak juga tergolong mengalami fatherless.
Baca Juga
Komitmen Negara Rendah dalam Perlindungan Anak
"Adanya perceraian menyebabkan Anak akan menjaga jarak dengan orang tua karena dirinya sendiri juga terluka. Anak merasa tidak dianggap, tidak didengar, tidak berharga, kehilangan kasih sayang, merasa berbeda dengan yang lain, serta merasa inferior," lanjutnya.
Resiko paling buruknya, anak mengalami mental illnes, depresi, ptsd, kenakalan anak, pergaulan bebas, penggunaan napza, penggunaan alkohol, prestasi belajar menurun, kehamilan di luar nikah, resiko LGBT, self harm, dan suicide.
Pengaruh Pendidikan Dalam Masalah Fatherless
Dari sisi keuangan biaya pendidikan, sosok figur ayah yang hilang sebagai pelindung dan role model. Kedekatan psikologis yang hilang yang kesemuanya dapat berdampak pada prestasi belajar siswa dan mental siswa yang lebih buruk mengarah ke perilaku mala adaptif.
"Namun ingat. Kita tidak bisa menyama ratakan anak satu dengan yang lainnya, ada juga sebagian anak yang dapat berjuang dengan kondisi fatherless karena berbagai alasan," jawabnya.
Seperti halnya pengasuhan sisa yang positif dari ibu dan keluarga dekat yang bagus, ada peran ayah pengganti misal dari kakek, maupun paman.
"Peran ibu yang tangguh secara mental yang dapat menjadi role model bagi anak. Anak dengan ekonomi tercukupi akan memiliki kecenderungan lebih baik. Anak dengan pemahaman agama baik dan bimbingan yang baik akan memiliki kecenderungan baik," pungkasnya.
Penerimaan anak yang positif terkait peristiwa yang dialami akan memiliki kecenderungan positif pada perkembangan anak.
Putri Ayu Nabila, dan kawan-kawan dalam meneliti Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Anak Tinjauan Literatur dimuat di Prepotif: Jurnal Multidisiplin Ilmu Akademi Volume 2 l, Nomor 4, Agustus 2025 Universitas Negeri Islam Sjech M. Jamil Djambek Bukittinggi menyebutkan bahwa, penyebab fatherless disebabkan oleh dua faktor. Perceraian dan kematian.
Perceraian kedua orang tua membuat anak kehilangan komunikasi dengan ayah setelah perceraian terjadi. Hal ini juga menyebabkan adanya kekosongan figur dan keteladanan serta pengaruh ayah dalam hidup anak.
"Selain itu, ada pula peristiwa kematian orang tua juga memberikan dampak mendalam bagi anak, khususnya remaja yang telah menghabiskan banyak waktu dengan keluarga," tulisnya.
Kehilangan ini menimbulkan perasaan kehilangan yang dalam karena orang tua, yang menjadi panutan, telah tiada. Orang tua memainkan peran penting dalam membimbing dan membentuk moral anak-anaknya.
Adapun solusi dalam menanggulangi fatherless bagi anak dalam jurnal tersebut dituliskan ada lima poin yang terdiri dari dukungan emosional, program intervensi, pendidikan dan kesadaran masyarakat, keterlibatan komunitas, serta kebijakan pemerintah.