Shalat Rawatib: Jumlah, Keutamaan, dan Tata Caranya - Lirboyo net

Dunia Berita
By -
0

 

Shalat Rawatib: Jumlah, Keutamaan, dan Tata Caranya

Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai shalat fardhu. Para ulama menekankan bahwa rawatib adalah ibadah yang paling mulia setelah shalat wajib. Karena sholat rawatib bisa menjadi “pelindung” bagi kekurangan dalam shalat lima waktu dan menjadi bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah.

Apa Itu Shalat Rawatib?

Shalat rawatib adalah shalat sunnah qabliyah (sebelum shalat wajib) dan ba’diyah (setelah shalat wajib) yang Rasulullah ﷺ contohkan secara konsisten.

Dalam hadis, Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

Artinya :“Barang siapa shalat dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga.”[Muslim ibn al-Hajjaj, Sahih Muslim, ed. Ahmad bin Rif‘at dkk. (Turki: Dar al-Thibā‘ah al-‘Āmirah). hal. 161 juz. 2]

Jumlah Shalat Rawatib

Para ulama sepakat bahwa jumlah 12 rakaat adalah rawatib muakkadah (yang sangat sunnah). Rinciannya:

1. Sebelum Subuh: 2 rakaat (Qabliyah Subuh). Ini adalah shalat sunnah paling kuat kedudukannya. Bahkan Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkannya, bahkan ketika safar.

2. Sebelum Zuhur: 4 rakaat. Dilakukan dua salam (2 + 2 rakaat). Ada juga riwayat 2 rakaat saja sebagai muakkad, namun mayoritas mencakup 4 rakaat.

3. Setelah Zuhur: 2 rakaat

4. Setelah Maghrib: 2 rakaat

5. Setelah Isya: 2 rakaat

dan jika kita jumlahkan semuanya, akan ada 12 rakaat shalat Rawatib dalam sehari.

Keutamaan Shalat Rawatib

1. Allah buatkan Rumah di Surga

Sebagaimana hadis Ummu Habibah tadi, rawatib adalah jaminan “rumah di surga” bagi hamba yang menjaganya.

2. Menutup Kekurangan Shalat Wajib

Abi Hurairah meriwayatkan sebuah hadist:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنِ انْتُقِصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتُقِصَ مِنَ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ.

Artinya :“Sesungguhnya amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka ia telah beruntung dan berhasil. Jika amalnya rusak, maka ia telah gagal dan merugi. dan Jika terdapat kekurangan, Allah SWT berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki (amal shalat) sunnah, sehingga dapat disempurnakan dengan itu apa yang kurang dari shalat fardunya.’ Kemudian seluruh amalnya (yang lain) akan diperlakukan seperti itu.”[¹Abū ‘Īsā Muḥammad bin ‘Īsā at-Tirmiḍī, al-Jāmi‘ al-Kabīr (Sunan at-Tirmiḍī), tahqīq dan takhrīj serta ta‘līq oleh Bashshār ‘Awwād Ma‘rūf, Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmī. hal. 437 juz. 1]

Dari Hadist ini, sudah jelas bahwa Shalat Rawatib menjadi pelengkap penting bagi kekurangan rakaat, kekhusyukan, atau ketidaksempurnaan dalam shalat wajib.

3. Mendapat Cinta dan Perlindungan Allah

Ulama salaf menjelaskan bahwa sunnah rawatib adalah bagian dari amalan nawafil yang membuat seorang hamba semakin dekat kepada Allah.

Imam Ibn Rajab dalam Jāmi‘ al-‘Ulūm wa al-Ḥikam menafsirkan hadis qudsi:

مَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Artinya :“Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.”[¹Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Ismā‘īl al-Bukhārī al-Ju‘fī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, tahqīq oleh Mustafa Dīb al-Bughā, Damaskus: Dār Ibn Katsīr & Dār al-Yamāmah. hal. 2384 juz. 5]

Rawatib termasuk yang paling awal dan paling besar nilainya di antara nawafil.

Tata Cara Shalat Rawatib

1. Waktu Pelaksanaan

Qabliyah: dilakukan sebelum shalat wajib.

Ba’diyah: dilakukan setelah shalat wajib.

Shalat rawatib bukanlah shalat yang perlu adzan/iqamah, cukup dengan masuknya waktu shalat untuk shalat Rawatib Qabliyah dan setelah shalat wajib untuk Ba’diyah.

2. Cara Mengerjakan

Tata caranya sama seperti shalat sunnah lainnya:

    3. Dikerjakan di Rumah Lebih Utama

    Ulama menegaskan bahwa rawatib lebih utama di rumah, berdasarkan hadis:

    فَإِنَّ خَيْرَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ

    Artinya :“Sesungguhnya sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat yang wajib.”[¹Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Ismā‘īl al-Bukhārī al-Ju‘fī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, tahqīq oleh Mustafa Dīb al-Bughā, Damaskus: Dār Ibn Katsīr & Dār al-Yamāmah. hal. 2266 juz. 5]

    Penutup

    Shalat rawatib adalah ladang pahala yang sering kali teremehkan padahal pahalanya besar. Ia ringan, pendek, tetapi menjadi pagar bagi kekurangan shalat fardhu. Barang siapa menjaga rawatib setiap hari, ia sedang menanam “pondasi rumah di surga”.

    Semoga Allah memudahkan kita untuk menjaga rawatib dengan istiqamah setiap hari.

    Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo

    Tags:

    Posting Komentar

    0 Komentar

    Posting Komentar (0)
    6/related/default