Tradisi Jelang 10 Muharam, Masyarakat Kudus Membuat dan Berbagi Ribuan Bubur Asyura
Senin, 15 Juli 2024 | 19:32 WIB
Jamaah / DIN
Menjelang 10 Muharam, masyarakat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik dengan berbagi ribuan bubur asyura yang dibuat hanya dalam satu tahun sekali, Senin, 15 Juli 2024 (Beritasatu.com/Jamaah)
Kudus, Beritasatu.com - Menjelang 10 Muharam, masyarakat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik dengan berbagi ribuan bubur asyura yang dibuat hanya dalam satu tahun sekali. Bubur yang terbuat dari delapan bahan campuran serta sembilan toping lauk pauk menjadikan makanan ini dinanti-nanti masyarakat Kudus.
Pembagian bubur asyura menjadi tradisi yang rutin dilakukan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, setiap 9 Muharam dalam kalender Hijriah. Kegiatan ini pun sekaligus sebagai serangkaian buka luwur Makam Sunan Kudus.
Untuk proses pembuatannya sendiri, bubur asyura yang dibuat ibu-ibu desa setempat terbuat dari delapan bahan baku, seperti beras, pisang, ketela, jagung, kacang tolo, dan berbagai bahan biji-bijian lainnya yang direbus dan diaduk, lalu dimasak sekitar 3 jam di atas wajan berukuran besar.
Bubur yang sudah matang pun tak lupa ditambah sembilan aneka toping lauk-pauk, seperti telur, udang, ikan teri, buliran buah jeruk pamelo, dan berbagai bahan lainnya. Kemudian bubur asyura siap disajikan di atas daun pisang, lalu dibagikan ke warga sekitar oleh remaja putri yang memasuki gang kecil di Desa Kauman tersebut.
Pengurus Yayasan Makam dan Masjid Menara Kudus Denny Nur Hakim mengatakan, tradisi berbagai bubur asyura merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh Sunan Kudus atau Syech Ja'far Shadiq pada zaman dahulu. Makna berbagi bubur asyura merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas berkah yang melimpah.
Pembuatan bubur asyura berdasarkan kisah Nabi Nuh ketika selamat dari banjir bandang pada 10 Muharam. Saat itu, Nabi Nuh meminta umatnya untuk menghimpun biji-bijian dan dimasak yang hingga kini dikenal dengan nama bubur asyura.
"Sampai saat ini masyarakat Jawa, terutama di Kudus pada saat Muharam ini melakukan apa yang dahulu dilakukan Nabi Nuh, syukuran atau tasyakuran," kata Denny, Senin (15/7/2024).
Tahun ini panitia menyiapkan 1.300-an porsi bubur asyura yang dibagikan kepada masyarakat sekitar dan disiapkan untuk pengajian nanti malam di kawasan Masjid Menara Kudus atau Masjid Al-Aqsa.
Keunikan cita rasa yang gurih dari bubur dan aneka toping lauk pauk menjadi penantian masyarakat sekitar. Biasanya bubur asyura yang didapat akan dimakan bersama anggota keluarga dan masyarakat yang percaya akan keberkahan dari bubur yang hanya ditemui setiap satu tahun sekali.
"Ya enak gurih, enggak setiap hari ada makanya dinanti-nantikan. Kalau yang sedang puasa ya dimakan nanti sore, kalau tidak ya langsung dimakan. Biasanya ramai-ramai dimakan bersama keluarga," ujar Ristianah.
Pembuatan bubur asyura kini sudah menjadi tradisi serangkaian buka luwur Makam Sunan Kudus. Selain itu, bubur asyura juga menjadi wujud rasa syukur kebersamaan dan kepedulian kepada warga sekitar.
Simak berita dan artikel lainnya di
Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar