Grebeg Apem Megengan: Tradisi Sakral Menyambut Ramadan di Jombang - Beritajatim - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Grebeg Apem Megengan: Tradisi Sakral Menyambut Ramadan di Jombang - Beritajatim

Share This
Responsive Ads Here

Grebeg Apem Megengan: Tradisi Sakral Menyambut Ramadan di Jombang

Jombang (beritajatim.com) – Jombang kembali diselimuti suasana penuh berkah dengan perayaan Grebeg Apem Megengan. Ini adalah tradisi sakral yang diwariskan turun-temurun sebagai ungkapan syukur dan permohonan maaf menjelang bulan Ramadan.

Ribuan warga tumpah ruah di Alun-alun Jombang pada Rabu (26/2/2025) pagi, menyemarakkan kirab budaya yang penuh makna ini.

Apem: Simbol Pembersihan Diri Menjelang Ramadan

Dalam budaya Jawa, kue apem memiliki makna mendalam. Kata apem berasal dari bahasa Arab afwan, yang berarti mohon maaf. Tradisi ini mengajarkan umat Islam untuk membersihkan hati, memohon ampunan kepada Allah SWT, serta saling memaafkan sebelum memasuki bulan suci.

Acara diawali dengan kirab tumpeng apem raksasa yang diberangkatkan dari Kantor Pemerintah Kabupaten Jombang. Lima tumpeng apem berwarna-warni berdiri megah di alun-alun sisi barat, dikelilingi beragam jajanan tradisional yang menggugah selera.

Kirab ini diikuti oleh pelajar, komunitas budaya, serta iring-iringan kendaraan hias, menciptakan pemandangan meriah yang dinanti-nantikan masyarakat.

Peserta dan warga yang memenuhi rute kirab tampak antusias, menyaksikan arak-arakan yang berjalan dengan tertib. Tumpeng apem yang melambangkan keberkahan dan kebersamaan menjadi daya tarik utama, diakhiri dengan rebutan apem yang berlangsung penuh semangat.

Dalam hitungan menit, seluruh tumpeng ludes tak bersisa, menjadi simbol keberlimpahan rezeki dan harapan baru menyambut Ramadan.

Pesan Persatuan dan Kepedulian Sosial

Wakil Bupati Jombang, M. Salmanudin atau yang akrab disapa Gus Wabup, membuka acara dengan penuh rasa syukur. Dalam sambutannya, ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Ramadan sebagai momen mempererat persaudaraan, tanpa terpecah oleh perbedaan dalam penentuan awal puasa.

Organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, Shiddiqiyyah, dan lainnya, diharapkan dapat menjunjung tinggi nilai toleransi dan ukhuwah Islamiyah.

Selain itu, Gus Wabup juga menegaskan pentingnya menjaga kekhidmatan Ramadan. Masyarakat diimbau untuk tidak membunyikan petasan atau melakukan konvoi berlebihan, serta meningkatkan kepedulian sosial melalui zakat, infaq, dan sedekah.

“Mari kita sambut bulan suci ini dengan hati yang bersih dan niat yang tulus. Semoga ibadah kita diterima oleh Allah SWT, dan kita semua diberikan kesehatan serta kekuatan untuk menjalankan puasa dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.

Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan

Setelah serangkaian prosesi, acara Grebeg Apem resmi dimulai dengan pemukulan gong dan doa bersama. Santunan anak yatim menjadi bagian dari ritual yang menghangatkan hati, memperkuat nilai kepedulian dalam tradisi ini.

Grebeg Apem bukan sekadar perayaan, tetapi juga warisan budaya yang memperkokoh kebersamaan masyarakat Jombang. Diharapkan tradisi ini terus dijaga dan dilestarikan, sebagai cerminan nilai luhur yang mengajarkan makna syukur, kebersamaan, dan keberkahan dalam menyambut Ramadan. [suf]

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages