Peneliti Ungkap Sejarah dan Perkembangan Islam di Wilayah Pegunungan Kaukasus Utara, Rusia

Jakarta, NU Online
Peneliti Volgograd University, Russia, Amy Maulana menjabarkan bahwa Kaukasus Utara merupakan wilayah pegunungan yang membentang di Selatan Rusia dan mencakup sejumlah republik, di antaranya Chechnya, Dagestan, Ingushetia, Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia, dan Adygea.
“Kaukasus Utara menjadi rumah bagi 10 sampai 15 juta Muslim, yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, ada dari bahasa, budaya, dan tradisi,” ujarnya dalam acara Webinar Sejarah dan Perkembangan Islam di Rusia: Wilayah Caucasus Utara yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pada Rabu (23/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa Islam masuk ke Kaukasus Utara sejak abad ke-7 hingga ke-8 Masehi melalui jalur Derbent, Dagestan.
“Masuknya Islam berawal hubungan dagang dengan Arab dan Persia, serta pengaruh Kekhalifahan Umayyah yang menjadi gerbang awal masuknya Islam pertama ke Rusia,” ujar Maulana.
Maulana menyampaikan bahwa pasukan Arab di bawah kepemimpinan Marwan bin Muhammad berhasil menaklukkan Derbent dan membangun Masjid Juma Derbent.
“Masjidnya masih berdiri hingga sekarang dan menjadi masjid tertua di Rusia. Marwan juga membangun 40 makan Sahabat Nabi di sekitar masjidnya,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa pada abad ke-11 hingga ke-15 menjadi periode Kesultanan Turki dan Persia.
"Periode itu membuat perdagangan semakin berkembang dan kuat dengan basis Islam,” katanya.
Maulana mengatakan pada abad ke-19, Kaukasus Utara secara resmi menjadi bagian Rusia setelah Perang Kaukasus yang berlangsung dari tahun 1817 hingga 1864.
“Terjadi perlawanan sengit dari komunitas Muslim lokal. Imam Shamil memimpin dalam perlawanan ini selama lebih dari dua dekade (1834–1859) melawan dominasi Rusia, dan simbol perjuangannya masih sangat dihormati hingga kini,” katanya.
Memasuki era Pasca-Soviet, Maulana mengungkapkan bahwa terjadi kebangkitan Islam kembali. Banyak masjid dibangun dan dibuka kembali, lembaga pendidikan Islam berkembang, serta masyarakat kembali menjalankan ajaran agama dengan lebih terbuka.
“Revitalisasi Islam di Kaukasus Utara menjadi reaksi terhadap sekularisasi masa Soviet,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Pasca-Soviet, pengaruh Sufisme dan Salafisme mulai berkembang di wilayah tersebut.
“Tarekat Sufi menjadi dominan di Chechnya, Dagestan, dan Ingushetia, tetapi mengalami persaingan dengan gerakan Salafi,” ujarnya.
Mulana juga mengatakan pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an, muncul kelompok ekstremis yang memanfaatkan sentimen keagamaan untuk kepentingan politik dan kekerasan. Pemerintah Rusia merespons dengan pendekatan militer dan membuat Dukhovnye Upravleniya Muslim (DUM) sebagai institusi keagamaan resmi.
“Mayoritas Muslim di Kaukasus Utara menolak radikalisme dan tetap mengedepankan Islam moderat yang mengakar kuat dalam tradisi Sufi lokal,” katanya.
Hingga kini, ia menyampaikan bahwa perkembangan Islam di Kaukasus Utara memerlukan dukungan negara dalam batas tertentu. Peran Sufisme dinilai penting sebagai penyeimbang radikalisme, sekaligus sebagai bagian dari kebangkitan identitas keagamaan Pasca-Soviet.
“Namun ada juga tantangan Islam di Kaukasus Utara yaitu dilema antara pendekatan keamanan dan rekonsiliasi, adanya globalisasi dan pengaruh kebudayaan asing,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar