Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
Salah satu krisis moral yang kian mengkhawatirkan di tengah masyarakat modern adalah lunturnya kejujuran dan amanah, terutama di kalangan pemangku amanat publik. Ia menjadi penyakit sosial yang merusak kepercayaan, memperlemah integritas lembaga, dan menyuburkan budaya ketidakpedulian. Banyak yang tergelincir karena silau akan kekuasaan dan kenikmatan sesaat, padahal pada akhirnya hanya menyisakan kehancuran martabat dan retaknya kepercayaan masyarakat.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Kejujuran dan Amanah di Tengah Krisis Kepercayaan Publik dan Tugas secara Kolektif”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْأِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوماً جَهُولاً
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, mari senantiasa kita ucapkan melalui lisan yang jujur dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui sikap yang amanah, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita semua tanpa terhitung jumlahnya. Di tengah kehidupan yang penuh ujian dan krisis kepercayaan seperti saat ini, semoga Allah senantiasa menjaga kita agar tetap berada di jalan kejujuran dan istiqamah dalam menunaikan setiap amanah yang kita terima.
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi. Sosok teladan dalam kejujuran, pemegang amanah yang bertanggung jawab, dan pribadi yang mengutamakan keadilan serta kebijaksanaan dalam segala urusannya. Semoga kita semua yang hadir dalam pelaksanaan shalat Jumat ini termasuk dalam golongan umatnya mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhirat. Amin ya Rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi tugas kami sebagai khatib untuk senantiasa mengingatkan para jamaah shalat Jumat agar terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Salah satu bentuk nyata dari takwa adalah menjaga kejujuran, serta menunaikan amanah yang telah dipercayakan kepada kita, sekecil apa pun bentuknya. Sebab, di tengah zaman yang dipenuhi dengan fitnah dan krisis kepercayaan, hanya orang-orang yang jujur dan amanah yang akan tetap teguh di atas kebenaran.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Di tengah krisis kepercayaan publik yang kian meluas, kejujuran dan amanah menjadi dua pilar utama yang harus terus kits jaga dan kita tegakkan bersama-sama. Ketika kejujuran hilang dan amanah diabaikan, maka hancurlah tatanan masyarakat dan runtuhlah kepercayaan yang menjadi fondasi kehidupan bersama.
Allah SWT dalam Al-Qur'an menyinggung secara tegas betapa beratnya sebuah amanah. Saking beratnya, Allah pernah menawarkan amanah tersebut kepada makhluk-makhluk besar ciptaan-Nya, seperti langit, bumi, dan gunung-gunung, namun semuanya menolak, karena khawatir akan berkhianat terhadapnya. Namun ketika amanah itu ditawarkan kepada manusia, ia menerimanya. Sayangnya, penerimaan itu tidak selalu diiringi dengan kesadaran dan tanggung jawab yang penuh.
Beberapa orang di antara kita benar-benar bertanggung jawab, ada pula justru menyepelekannya, menyalahgunakannya, bahkan mengkhianatinya. Maka Allah pun menyebut bahwa manusia itu, pada hakikatnya, sering berlaku zalim terhadap dirinya sendiri dan jahil (bodoh) karena tidak memahami besarnya beban yang ia pikul. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْأِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوماً جَهُولاً
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.” (QS Al-Ahzab, [33]: 72).
Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab Tafsir wa Khawathirul Umam, jilid I, halaman 789, menjelaskan bahwa sesungguhnya seluruh alam semesta pernah ditawari oleh Allah untuk memikul amanah. Namun, langit, bumi, dan gunung-gunung semuanya menolak. Sebab, mereka sadar betapa beratnya memikul sebuah amanah. Mereka takut tidak mampu menunaikannya dengan sempurna.
Berbeda dengan manusia. Dengan akal dan kemampuan memilih yang dimilikinya, manusia justru menerima amanah tersebut. Ia merasa mampu, karena bisa membedakan antara berbagai pilihan dan menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Namun di sinilah letak masalahnya. Manusia mungkin tampak kuat saat menerima tanggung jawab, tapi sering kali lalai dan lemah ketika harus menunaikannya. Karena itu, Allah menyebut manusia sebagai makhluk yang sangat zalim dan sangat bodoh. Syekh Sya’rawi mengatakan:
لَقَدْ ظَلَمَ الْإِنْسَانُ نَفْسَهُ حَيْثُ حَمَلَ الْأَمَانَةَ وَلَمْ يُفِ بِهَا، فَلِذَلِكَ فَهُوَ ظَلُوْمٌ. وَهُوَ جَهُوْلٌ لِأَنَّهُ قَدَّرَ وَقْتَ التَّحَمُّلِ، وَلَمْ يُقَدِّرْ وَقْتَ الْأَدَاءِ
Artinya, “Manusia telah menzalimi dirinya sendiri karena memikul amanah tetapi tidak menunaikannya. Oleh sebab itu, ia (disebut sebagai makhluk) yang sangat zalim. Ia juga bodoh karena hanya mempertimbangkan kemampuannya saat menerima beban, tetapi tidak memikirkan kesanggupannya ketika tiba waktunya untuk melaksanakan (amanah tersebut).”
Oleh sebab itu, tanggung jawab atas amanah, khususnya di bidang kekuasaan dan jabatan publik, tidak dapat hanya dibebankan pada moral pribadi semata. Kita sebagai masyarakat beriman dan peduli terhadap keadilan harus ikut andil dalam mengawal dan memastikan amanah itu dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dalam konteks ini, pengawasan sistematis serta partisipasi aktif publik menjadi keharusan yang tidak dapat kita ditawar.
Kita tidak bisa hanya berharap bahwa para pemimpin akan berlaku adil dan jujur tanpa ada mekanisme yang menuntut akuntabilitas dan transparansi. Jika seorang pejabat bertindak zalim karena tidak ada yang mengingatkan atau mengawasi, maka kelalaian itu tidak hanya semata tanggung jawabnya sendiri, melainkan juga kegagalan kolektif kita dalam menjaga amanah yang telah dibebankan kepada manusia.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Setelah memahami betapa beratnya amanah yang telah dipikul oleh manusia, penting bagi kita untuk menyoroti salah satu kunci utama dalam menjaga amanah tersebut, yaitu kejujuran. Kejujuran merupakan fondasi utama dalam menunaikan amanah yang dipercayakan kepada kita. Tanpa kejujuran, amanah akan mudah dikhianati; tanggung jawab akan diselewengkan, dan kepercayaan akan runtuh.
Selain menjadi fondasi utama dalam menjaga amanah, kejujuran juga akan membawa orang yang senantiasa jujur pada pahala yang sangat besar, yaitu akan meraih pahala surga dari Allah swt. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, yaitu:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya, “Hendaklah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga.” (HR Ahmad).
Untuk menciptakan sebuah kejujuran, kita memiliki tugas yang sama demi terciptanya lingkungan yang mendorong dan menegakkan nilai tersebut. Kejujuran harus dibina melalui sistem yang transparan dan diawasi secara aktif oleh masyarakat. Tidak cukup hanya berharap individu bersikap jujur tanpa ada struktur yang mendukung dan memastikan kejujuran itu tetap hidup dalam praktik.
Ketika masyarakat diam atas kebohongan, atau sistem dibiarkan longgar tanpa pengawasan, maka celah untuk mengkhianati kejujuran akan terbuka lebar. Maka, selain mendidik diri untuk jujur, kita juga wajib membangun tatanan sosial yang menjunjung tinggi kejujuran sebagai nilai bersama yang dilindungi dan ditegakkan secara kolektif.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Demikian adanya khutbah Jumat, perihal amanah dan kejujuran di tengah krisis kepercayaan publik. Semoga menjadi pengingat yang bermanfaat bagi kita semua, mendorong kita untuk senantiasa menjaga kepercayaan yang diberikan, bersikap jujur dalam setiap ucapan dan tindakan, serta menjadi pribadi yang bisa diandalkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah swt menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang jujur, amanah, dan istiqamah dalam menjalankan kebaikan. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dan Awardee Beasiswa non-Degree Kemenag-LPDP Program Karya Turots Ilmiah di Maroko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar