Khutbah Jumat: Hikmah Diutusnya Para Nabi dan Diturunkannya Kitab-kitab
Tujuan umat manusia diciptakan di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam beribadah kepada Allah, umat manusia tentu memerlukan junjungan dan pedoman agar tidak tersesat di jalan yang salah. Oleh karenanya, salah satu hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab-kitab kepada umat manusia adalah sebagai junjungan dan pedoman yang menuntun manusia kepada kebenaran.
Khutbah Jumat kali ini akan membahas “Hikmah Diutusnya Para Nabi dan Diturunkannya Kitab-kitab”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ للهِ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ, خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةًۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Tujuan umat manusia diciptakan di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam beribadah kepada Allah, umat manusia tentu memerlukan junjungan dan pedoman agar tidak tersesat di jalan yang salah.
Oleh karenanya, salah satu hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab-kitab kepada umat manusia adalah sebagai junjungan dan pedoman yang menuntun manusia kepada kebenaran.
Hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab tersebut tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 213, Allah berfirman:
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةًۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Artinya, “Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbul perselisihan,) lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentangnya, kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka, dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk)," (Qs. Al-Baqarah: 213).
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Imam As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain menjelaskan secara ringkas maksud ayat di atas bahwa dahulunya umat manusia merupakan umat yang satu kesatuan dalam keimanan. Dengan seiring berjalannya waktu, manusia berselisih, sehingga sebagian dari mereka tetap beriman dan sebagian yang lain menjadi kufur.
Kemudian Allah mengutus para nabi setelahnya sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan serta menurunkan bersama mereka kitab-kitab sebagai pemutus hukum dan penjelas di antara manusia yang berselisih. Namun, meski setelah datangnya utusan yang membawa kebenaran, sebagian dari mereka ada yang tetap dalam kekufuran karena sifat dengki yang mereka miliki.
Maka kemudian Allah menegaskan bahwa Ia memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman terhadap yang diperselisihkan itu dan menegaskan bahwa Ia memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuthi di atas umat manusia dahulunya merupakan umat yang memiliki keimanan satu yaitu mentauhidkan dan mengesakan Allah. Namun, kemudian mereka berselisih dan mengakibatkan perpecahan.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Lalu kapankah umat manusia mulai berselisih?. Dalam hal ini, Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anul Adzim, juz I, hal 569 menyebutkan riwayat yang menjelaskan 10 generasi di antara nabi Nuh dan Adam as masih dalam syariat yang benar. Kemudian mereka berselisih sehingga Allah menurunkan para nabi untuk kembali meluruskan mereka ke dalam syariat yang benar. Ibnu Katsir berkata:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ بَيْنَ نُوحٍ وَآدَمَ عَشَرَةُ قُرُونٍ، كُلُّهُمْ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْحَقِّ، فَاخْتَلَفُوا، فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata: Dahulu, 10 generasi yang terletak antara nabi Nuh dan Adam semuanya dalam satu syariat yang benar. Kemudian mereka berselisih dan Allah mengirimkan para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan.”
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Sementara itu, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsir Marah Labid, Juz I, hal 50 menghubungkan ayat ini dan ayat sebelumnya. Ia menjelaskan dahulu, umat manusia anak keturunan nabi Adam itu berada dalam satu kesatuan.
Ia menjelaskan bahwa sebab perselisihan yang terjadi di antara umat manusia yang timbul kemudian hari sehingga menimbulkan perpecahan ialah hasud dan dengki yang terjadi di antara mereka serta pertikaian yang terjadi karena kecintaan mereka terhadap dunia. Meski kemudian diutus kepada mereka nabi dan diturunkan kitab sebagai petunjuk, mereka tetap dalam kesesatan sebab sifat hasud dan kecintaan mereka terhadap dunia itu.
Dalam hal ini karena pada ayat sebelumnya, Syekh Nawawi mengarahkan fokus penafsirannya kepada para pimpinan orang-orang kafir saat itu. Maka pada ayat ini Syekh Nawawi kemudian menghubungkannya dengan bagaimana Allah setelahnya memberikan petunjuk kepada orang-orang beriman terhadap apa yang diperselisihkan.
Syekh Nawawi mengutip riwayat yang bersumber dari Ibnu Zaid, yaitu:
“Ibnu Zaid berkata: mereka berselisih dalam kiblat, umat Yahudi menghadap Baitul Maqdis, umat Nasrani menghadap Timur, dan Allah memberi kita petunjuk untuk menghadap Ka’bah. Mereka berselisih dalam puasa, Allah memberi kita petunjuk untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Mereka berselisih dalam masalah Ibrahim, umat Yahudi berkata ia umat Yahudi, umat Nasrani berkata ia umat Nasrani, dan kita berkata ia adalah seorang yang muslim yang hanif. Mereka juga berselisih terkait Isa AS. Umat Yahudi membuat kekeliruan dengan mengingkari kenabian dan kerisalahannya, umat Nasrani membuat kekeliruan dengan menjadikannya Tuhan. Sedangkan kita mengucapkan kebenaran yaitu bahwa Isa AS ialah hamba Allah dan utusan-Nya.”.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Kesimpulannya, hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab-kitab kepada umat manusia adalah sebagai junjungan dan pedoman yang menuntun kepada kebenaran dan hakikat penciptaan manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah.
Tentu sebagaimana dijelaskan pada khutbah Jumat kali ini, tidak semua umat manusia yang diajak kembali kepada hakikat kebenaran akan menerima dengan lapang dada dan mengikuti dengan sukarela. Banyak penolakan dan tantangan lainnya yang menjadikan Nabi sebagai manusia istimewa yang dipilih untuk mengemban tugas yang berat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar