Kejayaan Ilmu Kedokteran Masa Dinasti Abbasiyah | Tebuireng Online

Kelahiran ilmu kedokteran modern, lahir dari Rahim peradaban Islam. Dengan kata lain, Islam menjadi pondasi utama lahirnya ilmu kedokteran modern. Kedokteran menemukan sisi ilmiah dan mencapai kemajuannya terjadi pada masa Daulah Abbasiyah. Kemajuan peradaban yang dicapai oleh Dinasti Abbasiyah pada hakekatnya tidak datang dari ruang hampa, melainkan pada titik paling penting yang merupakan buah dari pengaruh konsep-konsep dalam ajaran Islam itu sendiri.
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu kedokteran masa Dinasti Abbasiyah bukanlah tanpa alasan. Ada banyak faktor melalui peran dan kebijakan yang dilakukan oleh para kholifah dalam mengembangkan ilmu kedokteran. Serta peran yang dilakukan oleh para ilmuan dan juga ulama yang memiliki kontribusi besar dalam berkembangnya ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah.
Baca Juga: Mewarisi Semangat Keilmuan Ibnu Rusyd
Tulisan ini bermaksud menilik mengenai apa saja pokok material ilmu kedokteran pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah. Dalam tulisan ini nantinya kita bisa melihat, apa saja faktor-faktor yang mendukung berkembangnya ilmu kedokteran pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah, serta apa saja gebrakan yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah hingga ilmu kedokteran bisa berkembang pesat hingga bisa disebut sebagai pondasi utama ilmu kedokteran modern. Dalam konteks ini, ada beberapa factor penting yang perlu kita ketahui, yaitu:
- Terjemahan Karya Klasik dan Sistem Pendidikan yang Tinggi
Dinasti Abbasiyah mendirikan berbagai pusat pendidikan kedokteran yang terkenal, seperti Jundi Shapur yang merupakan universitas kedokteran pertama yang didirikan oleh umat Islam (Karimi & Borhani Haghighi, 2012) terletak di Persia (sekarang Iran). Universitas ini didirikan pada masa Khalifah Al-Mansur dan menjadi pusat pendidikan medis yang sangat sistematis. Lalu ada Bimaristan al-Mansur di Baghdad. (Al-Qadahat, 2019) Selain merawat pasien, Bimaristan menjadi tempat pelatihan bagi para dokter dan tenaga medis lainnya. Pusat-pusat pendidikan ini menjadi tempat penting untuk pengembangan ilmu kedokteran pada masa itu.
Di balik berdirinya universitas kedokteran pertama didunia, ada beberapa gerakan yang dilakukan oleh para kholifah Dinasti Abbasiyah untuk menyongsong berdirinya universitas tersebut, Seperti Gerakan Penerjemahan yang dilakukan oleh kholifah Al-Mansur dan Harun Ar-Rasyid. Gerakan penerjemahan sebelumnya sudah terjadi pada masa Daulah Umayyah, gerakan penerjemahan itu dipelopori oleh Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah melalui pengumpulan dan penerjemahan literatur keilmuan Yunani.
Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional, Belajar dari Faskes (Bimasristan) Dinasti Islam
Kemudian gerakan secara besar besaran dilanjutkan pada masa Daulah ‘Abbasiyyah yang pada awalnya dipelopori oleh Khalifah al-Mansur, Penerjemahan dilakukan dengan menerjemahkan buku buku ke dalam Bahasa Arab dari berbagai bahasa, khususnya dari Yunani, Persia, dan Syiriah. Uniknya lagi penerjemah pada saat itu tidak hanya dilakukan oleh kaum muslimin saja, tetapi dari agama Nasrani dan Majusi juga berkontribusi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, adanya kolaborasi menjadi wujud kecintaan kepada ilmu pengetahuan dari kaum, agama, dan kultur budaya sehingga menciptakan era baru yang disebut The Golden Age. Diantara buku buku yang diterjemahkan kedalam bahara arab adalah karya-karya Galen, Hippocrates, dan Dioscorides. Dengan Hal ini merupakan kontribusi yang signifikan dan dapat memperkaya wawasan ilmiah dalam ilmu kedokteran Islam.
Dalam pelayanan dan pengoperasian universitas kedokteran dan sistem pendidikan. Para kholifah serta para ulama di abbasiyah, selalu mempertahankan prinsip-prinsip Islam seperti etika, kebersihan, dan perawatan yang ramah terhadap pasien dalam praktik kedokteran, sehingga menciptakan standar etika pelayanan kedokteran yang tinggi.
- Inovasi dalam Pengembangan Ilmu Farmasi
Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti Abbasiyah membuat berbagai penemuan dan inovasi dalam bidang kedokteran, seperti pengembangan teknik bedah, menemukan sistem peredaran darah manusia, penelitian tentang anatomi manusia, penemuan obat-obatan baru, serta pengembangan ilmu farmasi yang banyak dilakukan oleh para ilmuan dan dokter pada masa Dinasti Abbasiyah.
Baca Juga: Masa Keemasan Dinasti Bani Abbasiyah
Diantara banyaknya inovasi dan pengembangan ilmu kedokteran yang dilakukan. Ilmu farmasi berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyah, llmu farmasi adalah pelengkap bagi ilmu kedokteran, sehingga dokter-dokter Muslim menulis tentang farmasi dan botani sebagai dua ilmu yang sangat berguna dalam pengobatan, sehingga Ibnu Sina dalam karya monumentalnya, al-Qonun fi al-Tibbi menyediakan satu jilid khusus membahas materi-materi kedokteran dan farmasi.
Beliau mendeskripsikan dengan sangat rinci tentang sumber obat-obatan alami, seperti tumbuh-tumbuhan, berbagai macam hewan dan barang-barang tambang. Karya inilah yang menjadikan landasan historis ilmu kedokteran dan farmasi Islam yang berkembang dengan sangat pesat, karena para ilmuan pada masa itu berani untuk mencoba, mempelajari dan berinovasi.
- Perpustakaan Bait Al-Hikmah sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan
Dalam kedudukannya sebagai perpustakaan, bait al-Ḥikmah merupakan perpustakaan yang pertama kali didirikan di dunia Islam yang mempunyai kedudukan yang tinggi, buku buku yang didatangkan dari yunani disusun di Bait al-Ḥikmah menurut bidangnya masing-masing. Penyalin-penyalin ke dalam bahasa arab dipilih diantara orang yang mahir dalam masing-masing bidang, selain menguasai Bahasa yunani dan arab.
Tujuan utama penciptaan Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin pengetahuan asing dalam Bahasa Arab. Selanjutnya Baitul Hikmah terus berkembang sebagai arsip kitab-kitab kuno yang diperoleh dari Persia, Byzantium, Etiopia dan India. Salah satu faktor terciptanya Baitul Hikmah adalah kemajuan ilmu pengetahuan sebagai akibat dari tumbuhnya kemakmuran dan kemajuan ekonomi, di samping ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban menuntut ilmu.
Baca Juga: Menghidupkan Kembali Golden Age Islam dalam Ilmu Pengetahuan
Pada Dinasti Abbasiah, ilmu kedokteran atau pengobatan dapat dikatakan cukup berkembang pesat. Ini ditandai dengan berdirinya universitas kedokteran jundi shapur. Berdirinya akademi kesehatan untuk mendidik dokter dan memperluas akses pendidikan kedokteran kepada masyarakat luas. Dan juga berdirinya rumah sakit Bimaristan al-Mansur di Baghdad.
Tetapi yang harus kita perhatikan saat ini adalah bagaimana ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah dapat berkembang dengan pesat, serta menjadi pelopor ilmu kedokteran modern yakni karena banyaknya ulama yang mau berkembang dan berinovasi hingga bisa merumuskan suatu ilmu baru dalam dunia kedokteran. Dengan demikian, ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu kedokteran secara global dan memberikan kontribusi besar terhadap pengetahuan medis yang kita miliki saat ini.
Penullis: Mohammad Azril Rizqi Ramadhani
Editor: Rara Zarary