Spek Wanita Idaman dalam Kacamata Tasawuf - Lirboyo

Banyak orang sibuk mencari wanita idaman, tapi lupa bertanya: “Idaman menurut siapa?” Sebagian mencari yang cantik, sebagian mengejar yang kaya, tapi sedikit yang merenungkan: apakah ia bisa menjadi sahabat menuju surga? Nah, dalam tradisi tasawuf, pilihan itu tidak hanya soal rasa, tapi juga soal ruh dan akhlak. Maka, mari kita coba renungkan bersama: seperti apa sebenarnya wanita idaman menurut para sufi?
Pandangan penulis
Penulis pribadi merasa geli ketika mendengar kata “nikah”, sedangkan latar belakang kami sebagai santri—yang minim interaksi dengan lawan jenis baik karena faktor internal maupun eksternal—membuat pembahasan ini terasa asing. Akibatnya, kekhawatiran muncul saat membayangkan hari ketika tiba waktunya menikah, namun tidak tahu harus memilih pasangan hidup seperti apa. Wajar, karena memang belum memiliki pengalaman yang cukup dalam hal ini.
Harapan penulis
Berdasarkan kegelisahan tersebut, penulis mencoba mengurai kriteria wanita idaman menurut perspektif tasawuf. Harapannya, tulisan ini dapat menjadi referensi sederhana bagi para sahabat dan pembaca budiman agar tidak bingung ketika tiba saatnya memilih pasangan hidup.
Baca juga: Jangan Memberikan Doa Celaka, Doakanlah Hidayah
8 kriteria wanita idaman
Dalam kitab Mau’izhah al-Mu’minin, disebutkan ada delapan (8) karakteristik wanita yang mampu menciptakan rumah tangga harmonis dan mengantarkan pada tujuan pernikahan yang hakiki. Berikut penjelasannya:
1. Shalihah
Karakter pertama yang harus diutamakan dalam memilih pasangan hidup adalah keshalihannya. Jika seorang wanita tidak menjaga agamanya—baik dalam menjaga diri maupun farjinya—ia cenderung meremehkan bahkan mengolok-olok suaminya di hadapan orang lain, terlebih jika sang suami kurang mampu dalam memberikan nafkah, baik lahir maupun batin. Jika sang suami membiarkan perilaku buruk tersebut, maka ia turut andil dalam kemaksiatan. Na‘ūdzu billāh min dzālik.
Baca juga: Filosofi Sya’ban Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
2. Berakhlak Terpuji
Kriteria kedua adalah akhlak. Wanita yang berani berkata kasar, sering mengeluh, dan mengingkari nikmat, hanya akan menambah beban rumah tangga. Meski begitu, kesabaran dalam menghadapi perkataan pedas seorang istri dapat menjadi sebab turunnya derajat kewalian bagi suami. Barangkali Anda tertarik?
3. Cantik
Kecantikan kerap kali menjadi daya tarik utama dalam memilih pasangan. Selain memikat mata, kecantikan bisa menjadi penawar agar suami tidak tergoda oleh wanita lain. Namun, manakah yang lebih utama: wanita cantik atau wanita shalihah? Banyak pria lebih memilih wanita cantik dengan dalih akan membimbingnya menjadi shalihah setelah menikah. Namun, realitanya tidak sesederhana itu.
Kitab Mau’izhah al-Mu’minin menegaskan bahwa wanita shalihah lebih utama. Kecantikan hanya memicu semangat sesaat, namun tanpa agama, rumah tangga justru akan rentan terhadap kehancuran.
Hal ini seperti yang tertuang dalam Qurratu al-‘Uyun, bahwa Nabi bersabda:
مَنْ نَكَحَ ٱلْمَرْأَةَ لِمَالِهَا وَجَمَالِهَا، حَرَمَهُ ٱللّٰهُ مَالَهَا وَجَمَالَهَا، وَمَنْ نَكَحَهَا لِدِينِهَا، رَزَقَهُ ٱللّٰهُ مَالَهَا وَجَمَالَهَا
“Barang siapa menikahi wanita karena harta dan kecantikannya, maka Allah akan menghalanginya dari keduanya. Tetapi barang siapa menikahinya karena agamanya, maka Allah akan memberinya kecantikan dan harta.”
Juga dalam hadis lain:
لَا تُنْكَحُ ٱلْمَرْأَةُ لِجَمَالِهَا، فَلَعَلَّ جَمَالَهَا يُرْدِيهَا، وَلَا لِمَالِهَا، فَلَعَلَّ مَالَهَا يُطْغِيهَا
“Janganlah menikahi wanita karena kecantikannya, karena bisa jadi kecantikannya merendahkannya; dan jangan pula karena hartanya, karena bisa jadi hartanya membuatnya sombong.”
Baca juga: Al-Adzkar: Beruntungnya Badui yang Ziarah ke Makam Nabi Saw
4. Maharnya Murah
Syariat menganjurkan agar tidak mempersulit pernikahan dengan mahar yang mahal. Sahabat Nabi bahkan menikah hanya dengan mahar lima dirham (setara 13,575 gram perak/Rp. 279.265). Sayyid bin al-Musayyab bahkan menikahkan putrinya hanya dengan mahar dua dirham (setara 5,43 gram perak/Rp. 111.706). Lihatlah, betapa para salafusshalih sangat sederhana dalam perkara mahar.
5. Mampu Melahirkan
Wanita yang dapat melahirkan menjadi pilihan utama agar keturunan dapat terjaga dan berkembang. Jika diketahui bahwa seorang wanita tidak dapat melahirkan, sebaiknya pertimbangkan kembali niat untuk menikahinya. Karena pada dasarnya, salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk melahirkan generasi yang islami. Semakin banyak anak yang dilahirkan, maka semakin banyak pula jumlah umat Islam di muka bumi ini.
Baca juga: Refleksi: Guru Madin Didenda, Menakar Peran Orang Tua sebagai Madrasah Pertama
6. Perawan
Meski berat, /mencari pasangan yang masih perawan tetap dianjurkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW kepada Jabir RA yang menikahi janda:
هَلَّا بِكْرًا تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ؟
“Mengapa engkau tidak menikahi seorang perawan, yang bisa bermain-main denganmu dan engkau bisa bermain-main dengannya?”
7. Bernasab Baik
Wanita yang berasal dari keluarga baik dan memiliki latar belakang religius akan membawa keberkahan dalam rumah tangga. Ia mengetahui bagaimana mendidik anak dengan pendekatan syar’i, karena pengalaman itu ia dapat dari orang tuanya. Nabi SAW bersabda:
تَخَيَّرُوا لِنُطَفِكُمْ، فَإِنَّ العِرْقَ نَزَّاعٌ
“Pilihlah tempat untuk menanamkan benih kalian, karena tabiat anak sangat dipengaruhi oleh garis keturunannya.”
Baca juga: Refleksi: Fenomena Konten S-Line, Saat Aib Justru Dijadikan Hiburan Publik
8. Bukan Mahram atau Kerabat Dekat
Dianjurkan untuk menikah dengan wanita yang bukan kerabat dekat agar gairah dan ketertarikan tetap tumbuh dalam rumah tangga.
Penutup
Demikian beberapa kriteria wanita idaman dalam perspektif tasawuf yang dapat kita jadikan bahan renungan. Dan dari delapan kriteria yang telah disebutkan di atas, yang paling diprioritaskan oleh Baginda Nabi ﷺ adalah wanita yang memiliki kualitas keagamaan yang baik, atau yang dikenal dengan sebutan wanita shalihah. Hal ini sebagaimana sabda beliau dalam sebuah hadis:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung.”
Terakhir, semoga bermanfaat bagi siapa pun yang sedang berproses menuju pernikahan. Dan jangan lupa—teruslah memperbaiki diri, karena jodoh kita kelak adalah cerminan dari diri kita sendiri.
Wallāhu a‘lam.
(Disarikan dari kitab Mauidzatul Mu’minin Cet. DKI Hal. 103-104. Dan beberapa kitab pendukung lainnya).
Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo