Khutbah Jumat: Masjid Ramah Anak sebagai Pusat Pendidikan Umat
NU Online · Kamis, 18 September 2025 | 21:00 WIB
Ilustrasi anak-anak di dalam masjid. (Foto: NU Online/Suwitno)

Penulis
Saat ini kita hidup di zaman ketika anak-anak sering kali lebih akrab dengan gawai daripada dengan masjid. Padahal, Rasulullah mendidik generasi terbaik dari masjid. Maka, penting bagi kita untuk menjadikan masjid kembali sebagai rumah kedua bagi anak-anak, tempat mereka tumbuh dalam iman, ilmu, dan akhlak yang mulia.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Masjid Ramah Anak sebagai Pusat Pendidikan Umat”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِࣖ
Baca Juga
Khutbah Jumat: Cara Rasulullah Jadikan Masjid Ramah Anak
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Nikmat iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan, serta kesempatan untuk berkumpul di masjid ini pada hari yang mulia ini, semuanya adalah karunia yang tak ternilai. Dengan bersyukur, hati kita akan menjadi tenang. Hidup terasa lapang. Pun nikmat yang telah diberikan Allah akan senantiasa bertambah sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an, surat Ibrahim ayat 7;
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya; “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Baca Juga
Khutbah Jumat: Memfungsikan Masjid untuk Kemaslahatan Umat
Selain itu, mari kita jangan lupa memperbanyak membaca shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad. Shalawat adalah jalan untuk mendapatkan syafaatnya di hari kiamat.
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma shalli 'ala sayyidinaa muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad
Selanjutnya, sebagai khatib, menjadi kewajiban bagi saya untuk mengingatkan diri pribadi secara khusus, dan kita semua secara umum, agar senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Dengan ketakwaan itulah Allah akan memberikan kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Berdasarkan data Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Bimas Islam Kementerian Agama RI, Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan masjid dengan jumlah mencapai 315.414 masjid yang tersebar di seluruh wilayah. Dari jumlah tersebut, tercatat 467 Masjid Agung, 1.090 Masjid Bersejarah, 5.200 Masjid Besar, serta 54.656 masjid di tempat publik. Selain itu, terdapat pula 253.964 Masjid Jami’ yang menjadi pusat kegiatan ibadah masyarakat, ditambah dengan 1 Masjid Nasional, 1 Masjid Negara, dan 35 Masjid Raya.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa masjid di Indonesia memiliki jaringan yang sangat luas, mencerminkan kedekatan bangsa ini dengan masjid. Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid berperan penting sebagai pusat aktivitas sosial-keagamaan masyarakat. Tak jarang kita jumpai, masjid sebagai tempat musyawarah warga. Pun ada masjid berfungsi sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Namun, jamaah sekalian, ada satu hal penting yang sering kita lupakan, yaitu bagaimana masjid juga harus ramah terhadap anak-anak? Bagaimana pula masjid menjadi pusat pendidikan bagi anak-anak?
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Dalam Islam, masjid bukan sekadar tempat sujud, tetapi juga pusat pendidikan dan pembinaan akhlak. Pernahkah kita bertanya, bagaimana anak-anak akan mencintai rumah Allah bila sejak kecil mereka tidak dibiasakan hadir di dalamnya? Bila masjid ramah bagi mereka, niscaya hati mereka akan tumbuh dengan rasa cinta dan ikatan yang kuat kepada Allah. Namun, jika mereka dijauhkan, bukankah kelak mereka bisa merasa asing dengan rumah Allah sendiri?
Sejatinya, anak-anak adalah generasi penerus yang kelak akan menghidupkan masjid di masa depan. Jika sejak kecil mereka dijauhkan atau tidak terbiasa hadir di masjid, maka dikhawatirkan kelak mereka akan asing dan jauh dari rumah Allah ini.
Seorang tokoh besar Islam, Sultan Muhammad al-Fatih, pernah berpesan:
إذَا لَمْ تَسْمَعُوْا صَوْتَ الأطْفَالِ فِي المَسَاجِدِ فَاحْذَرُوْا مِنْ الأجْيَالِ القَادِمَةِ
Artinya: “Jika kalian tidak lagi mendengar suara (gelak tawa) anak-anak di masjid-masjid, maka khawatirlah kalian tentang kejatuhan generasi penerus”
Pesan ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa suara anak-anak di masjid adalah tanda kehidupan dan keberlangsungan generasi Islam. Jika masjid sunyi dari suara mereka, maka dikhawatirkan generasi mendatang akan jauh dari rumah Allah.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Rasulullah memberikan teladan dalam hal menjadikan masjid yang ramah anak. Nabi dikenal sangat menyayangi anak-anak. Dalam sejarahnya, masjid Nabawi bukanlah tempat yang kaku atau menakutkan bagi anak-anak. Mereka bebas hadir, menyaksikan, bahkan ikut merasakan suasana ibadah dan majelis ilmu. Rasulullah tidak pernah mengusir anak kecil dari masjid. Sebaliknya, Nabi memberikan teladan dengan sikap penuh kasih sayang.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah pernah memendekkan shalatnya ketika mendengar tangisan bayi, karena tidak ingin memberatkan ibunya. Ini menunjukkan betapa besar perhatian Rasulullah terhadap kenyamanan anak-anak di masjid. Simak sabda Nabi Muhammad ini;
- إنِّي لَأَقُومُ إلى الصَّلَاةِ وأَنَا أُرِيدُ أنْ أُطَوِّلَ فِيهَا، فأسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فأتَجَوَّزُ في صَلَاتي كَرَاهيةَ أنْ أشُقَّ علَى أُمِّهِ
Artinya; "Sesungguhnya aku berdiri untuk shalat dengan niat ingin memanjangkannya, lalu aku mendengar tangisan seorang bayi, maka aku pun mempercepat shalatku, karena aku tidak ingin memberatkan ibunya.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Peristiwa ini menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap kenyamanan anak-anak di dalam masjid. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita meneladani sikap mulia Rasulullah dengan menjadikan masjid tempat yang ramah, sejuk, dan dirindukan oleh generasi penerus kita.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Selanjutnya, Nabi Muhammad tidak melarang anak-anak datang ke masjid. Bahkan Hasan dan Husain, cucu tersayang Rasulullah, sering berada di masjid. Suatu ketika, Hasan naik ke punggung Rasulullah ketika sedang sujud. Rasul tidak marah, bahkan membiarkan Hasan hingga puas bermain.
Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah bahkan pernah mengimami shalat sambil menggendong cucunya, Umamah binti Abi al-‘Ash, putri Zainab. Abu Qatadah al-Anshari berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ النَّاسَ وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ وَهِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَاتِقِهِ, فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا, وَإِذَا رَفَعَ مِنْ السُّجُودِ أَعَادَهَا
Artinya: “Saya melihat Nabi Muhammad mengimami shalat orang-orang sambil menggendong Umamah binti Abi al-‘Ash di atas pundaknya. Apabila beliau rukuk maka beliau meletakkannya, dan apabila beliau berdiri dari sujud maka beliau menggendongnya kembali.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Hadits ini menjadi bukti nyata bahwa Rasulullah menjadikan masjid sebagai tempat yang ramah bagi anak-anak, sekaligus sebagai ruang pendidikan yang penuh kasih sayang. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juga menegaskan hal yang sama. Menurut Hujjatul Islam ini, anak-anak tidak diharamkan untuk bermain di masjid. Bahkan orang dewasa yang melihat mereka dan membiarkan mereka bermain di dalam masjid juga tidak dianggap melakukan hal yang terlarang.
Mari kita simak dan renungkan perkataan Imam al-Ghazali berikut ini:
وَلَا يَحْرُمُ عَلَيْهِ اللَّعْبُ فِي الْمَسْجِدِ وَلاَ السُّكُوْتُ عَلىَ لَعْبِهِ إِلَّا إِذَا اتَّخَذَ الْمَسْجِدَ مَلْعَبًا وَصَارَ ذَلِكَ مُعْتَادًا
Artinya: “Anak-anak tidak haram bermain di masjid, membiarkan mereka bermain di masjid, juga tidak haram. Asalkan mereka tidak menjadikan masjid sebagai lazimnya taman bermain.”[Imam Ghazali, Ihya’ Ulumiddin (Mesir: Mushtafa Bab Al-Halabi, 1939), Jilid II, hlm, 332].
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Dari penjelasan Imam al-Ghazali, kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa masjid bukan hanya pusat ibadah bagi orang dewasa, tetapi juga tempat pendidikan ruhani bagi generasi penerus umat. Dengan membiasakan anak-anak hadir di masjid sejak kecil, Insyaallah mereka akan tumbuh dengan rasa cinta yang besar kepada rumah Allah. Pun, masjid akan menjadi sarana pembentukan karakter Islami yang akan melekat dalam diri mereka hingga dewasa.
Selanjutnya, konsep masjid ramah anak sejatinya warisan Rasulullah. Warisan ini patut kita hidupkan kembali. Masjid bukan hanya tempat ibadah ritual. Masjid adalah pusat pendidikan umat. Anak-anak perlu dikenalkan dengan masjid sejak dini. Bukan dengan paksaan, tetapi dengan kelembutan dan kasih sayang. Di masjid, mereka bisa belajar membaca Al-Qur’an. Mereka bisa mendengar kisah teladan. Mereka juga bisa berinteraksi dengan lingkungan yang sehat, baik emosional maupun spiritual.
Dengan cara ini, masjid menjadi sarana efektif. Nilai iman tertanam, akhlak mulia terbentuk, dan semangat kebersamaan tumbuh. Mewujudkan masjid ramah anak berarti menciptakan ruang kondusif bagi tumbuh kembang mereka. Lebih jauh, masjid ramah anak adalah investasi jangka panjang. Anak-anak yang tumbuh dengan cinta pada masjid akan menjadi generasi penerus. Generasi yang menjaga, menghidupkan, dan menyebarkan syiar Islam.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Amien Nurhakim, Redaktur Keislaman NU Online dan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas PTIQ Jakarta.