Peneliti Muda Pesantren, Inovasi Salep Herbal Binahong-Kunyit Bawa Siswi Tebuireng Menang di OPSI 2025
Tebuireng.onilne— Dua siswi SMP Sains Tebuireng Jombok, Tazkia Renata Wiyanto dan Aisya Rifqi Maharani dari kelas 9B, menjadi wakil sekolah dalam ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2025. Mereka mengikuti cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang pendidikan dasar. OPSI merupakan kompetisi penelitian dan karya tulis ilmiah paling bergengsi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbudristek. Babak final tahun ini berlangsung pada 10–16 November 2025 di Surabaya.
Kompetisi diikuti sekitar 14.000 tim dari seluruh Indonesia. Peserta diseleksi bertahap menjadi 11.000 tim, 700 tim, 150 tim, disaring lagi menjadi 75 tim, dan akhirnya hanya 25 tim terbaik yang lolos ke babak final. Dari enam kelompok penelitian yang didaftarkan SMP Sains Tebuireng, hanya satu tim yang berhasil menembus final dan menjadi wakil Provinsi Jawa Timur, yaitu tim penelitian Salep Herbal anti-Scabies.
Tim yang beranggotakan Tazkia dan Aisya ini mengembangkan produk *Salep BINTUR (Binahong Turmeric)*, salep herbal berbahan daun binahong dan kunyit. Ide penelitian lahir dari masalah scabies yang kerap muncul di lingkungan pesantren. “Kami termotivasi membuat salep ini karena kasus scabies yang selalu terjadi setiap tahun di pesantren,” ujar Tazkia.
Ia menambahkan, “Kami ingin membuat alternatif herbal dari bahan-bahan yang ada di lingkungan ponpes.”
Penelitian dilakukan selama enam bulan, mulai April hingga Oktober 2025, menggunakan fasilitas laboratorium sederhana milik sekolah. Proses meliputi ekstraksi, uji organoleptik, skrining fitokimia, formulasi, hingga uji kualitas. “Metode yang kami pakai sederhana karena alatnya terbatas, tapi kami pastikan ekstraknya sempurna sebelum dibuat jadi salep,” jelas Tazkia.
Keterbatasan fasilitas dan waktu menjadi tantangan terberat. “Yang pasti keterbatasan alat laboratorium, akses internet, dan komunikasi,” kata Aisya. “Tapi kami tetap bisa menyelesaikannya meskipun kami santri dan serba terbatas.”
Perjuangan itu pun berbuah hasil. “Jujur saja, awalnya sudah pasrah banget,” ungkap Tazkia. “Tapi waktu medali perunggu dipanggil, wah… senang banget, nggak ketolong.”

Guru pembina mereka, Nailal Muna, S.Si., mengatakan bahwa penelitian ini merupakan pengembangan dari riset sebelumnya tentang salep binahong. Kali ini mereka memodifikasi dengan menambahkan kunyit yang dikenal memiliki sifat antiinflamasi, antibakteri, dan antitungau. “Awal melakukan penelitian itu sekitar April akhir. Kami mencari tema sesuai kondisi pesantren, salah satunya tentang scabies,” jelasnya.
Ia juga menceritakan bagaimana para siswanya bekerja keras hingga larut malam. “Kalau penelitian, ya harus merelakan banyak waktu. Pernah kami bimbingan sampai jam satu dini hari,” tuturnya. Meski begitu, menurutnya, kerja keras tersebut terasa menyenangkan. “Kalau sudah jadi passion, bekerja sampai malam pun rasanya tetap senang.”
Sebagai pembina, ia sangat bangga pada kedua siswanya. “Mereka anak-anak hebat dan punya daya juang sangat tinggi. Harapan saya, mereka tidak berhenti di sini. Teruslah meneliti dan buat karya yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Prestasi medali perunggu pada OPSI 2025 menjadi pencapaian besar bagi SMP Sains Tebuireng Jombok. Keberhasilan ini sekaligus membuktikan bahwa semangat, ketekunan, dan kreativitas dapat membawa siswa menuju level nasional.
Pewarta: Albii
Editor: Rara Zarary
- TAG