Khutbah Jumat: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan - NU Online

Dunia Berita
By -
0

 

Khutbah Jumat: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan

NU Online  ·  Rabu, 17 Desember 2025 | 15:00 WIB

Khutbah Jumat: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan

Ilustrasi berbeda pendapat. (Foto: NU Online)

Muhammad Faizin

Penulis

Perbedaan pendapat adalah bagian alami dari kehidupan bermasyarakat yang harus disikapi dengan kedewasaan, etika, dan saling menghargai. Dengan mengedepankan dialog, empati, serta kepentingan bersama di atas ego pribadi atau kelompok, perbedaan tidak akan menjadi sumber perpecahan, melainkan kekuatan yang memperkaya pemikiran dan memperkokoh persatuan serta harmoni sosial.

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب. وَقَالَ:  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ 

Baca Juga

Khutbah Jumat: Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Mengawali khutbah ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt yang senantiasa melimpahkan nikmat iman, Islam, dan kesehatan kepada kita semua. Saking banyaknya nikmat dalam kehidupan ini, sudah dipastikan kita tidak dapat untuk menghitungnya.

Selanjutnya, khatib mengajak diri pribadi dan jamaah sekalian untuk menguatkan ketakwaan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kekuatan takwa, kita akan bisa menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan di antaranya adalah masalah perbedaan pendapat dan pandangan dengan orang lain.

Perbedaan pendapat adalah sunnatullah yang tidak dapat dihindari. Perbedaan cara berpikir, latar belakang, dan sudut pandang sering kali memunculkan beragam pendapat, baik dalam urusan sosial, kemasyarakatan, bahkan dalam hal keagamaan. 

Baca Juga

Khutbah Jumat: 4 Sikap Hadapi Beda Pendapat dalam Beragama

Namun Islam mengajarkan kepada kita untuk menyikapi perbedaan tersebut dengan kedewasaan, adab, dan akhlakul karimah, bukan dengan emosi, prasangka, apalagi permusuhan. Dengan sikap inilah persatuan umat dapat terjaga dan kehidupan bermasyarakat tetap harmonis dalam naungan ridha Allah SWT.

Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ

Artinya: “Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai” (QS Ali Imran: 103)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Sikap pertama yang perlu dikedepankan dalam menghadapi perbedaan adalah kedewasaan berpikir. Kedewasaan mengharuskan kita mampu membedakan antara perbedaan gagasan dan permusuhan pribadi. Tidak semua ketidaksepakatan harus dimenangkan, apalagi dengan cara saling merendahkan. Menerima kenyataan bahwa orang lain berhak memiliki pandangan berbeda adalah hal penting dalam membangun masyarakat yang sehat dan beradab.

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari pernah berpesan kepada umat Islam dengan sebuah pesan bijak: "Jangan jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja." 

Hal ini selaras dengan hadits Rasulullah yang mengibaratkan kebersamaan umat Islam seperti kekompakan anggota tubuh:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)    

Artinya, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR Muslim)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Sikap kedua adalah mengutamakan dialog dan tabayun sebagai kunci utama dalam menyikapi perbedaan. Banyak persoalan di tengah masyarakat membesar bukan karena substansinya, melainkan karena miskomunikasi dan prasangka.

Terlebih di era digital muncul fenomena banyak orang berkomentar dan mengkritik namun tidak tahu dan memahami duduk permasalahannya. Mereka dengan mudahnya melontarkan pernyataan seakan mereka yang paling paham.

Dialog yang jujur, terbuka, dan saling mendengarkan akan membantu menemukan titik temu atau setidaknya saling memahami alasan di balik perbedaan pendapat tersebut. Dalam Al-Qur’an kita diperintahkan untuk bermusyawarah dalam segala masalah:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ 

Artinya: “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Sikap ketiga adalah menjaga etika dalam menyampaikan pendapat. Kebebasan berpendapat harus diiringi dengan tanggung jawab moral. Bahasa yang santun, tidak provokatif, serta menghindari ujaran kebencian menunjukkan kedewasaan seseorang dalam bersikap. Perbedaan pendapat yang disampaikan dengan adab justru akan memperkaya wawasan dan mudah diterima.

Dalam kehidupan sosial dan berorganisasi misalnya, penting pula untuk menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Tidak jarang perbedaan muncul karena ego dan keinginan untuk merasa paling benar. Padahal, tujuan utama bermasyarakat adalah menjaga kemaslahatan. Mengalah dalam hal-hal tertentu demi persatuan sering kali justru menjadi sikap yang paling bijaksana.

Allah memerintahkan kita untuk senantiasa berlapang dada dalam musyawarah:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” (Al-Mujadalah: 11).

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Sikap terakhir adalah menumbuhkan sikap saling menghargai dan empati sebagai jalan terbaik dalam menghadapi perbedaan. Setiap pendapat lahir dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Dengan empati, kita belajar memahami, bukan sekadar menilai. Dari sinilah toleransi tumbuh dan persatuan dapat dijaga.

Menutup khutbah ini, kita perlu menyadari bahwa perbedaan pendapat bukanlah masalah, melainkan ujian kedewasaan sosial. Ketika perbedaan disikapi dengan bijak, kita tidak hanya terhindar dari perpecahan, tetapi juga mampu tumbuh menjadi komunitas yang kuat, harmonis, dan saling menghormati dalam perbedaan.

Semoga Allah senantiasa menjadi perbedaan yang dihadapi sebagai rahmat dan menjadikan kita semakin kuat dalam menghadapi permasalahan di dunia. Amin.

 بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

 اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ . اللَّهُمَّ إِنِّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَ مِن سَيِّئِ الأَسْقَامِ. إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default