Khutbah Jumat: Keutamaan Ibadah Sunnah dan Cara Meraih Cinta Allah - NU Online

Berbagi Informasi
By -
0

 

Khutbah Jumat: Keutamaan Ibadah Sunnah dan Cara Meraih Cinta Allah

NU Online  ·  Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Keutamaan Ibadah Sunnah dan Cara Meraih Cinta Allah

Ilustrasi tasbih. Sumber: Canva/NU Online.

Abdul Karim Malik

Kolomnis

Ibadah sunnah memiliki keutamaan yang sangat istimewa, sehingga tidak layak bagi seorang muslim mudah meninggalkannya. Sebab ibadah sunnah merupakan sarana seorang muslim untuk mendapatkan cinta dari sang pencipta yakni Allah SWT.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Keutamaan Ibadah Sunnah dan Cara Meraih Cinta Allah”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

‎الْحَمْدُ لِلّٰهِ الدَّاعِي إِلَى طَاعَتِهِ وَالْمُوَفِّقِ لِهِدَايَتِهِ الَّذِي أَمَرَ عِبَادَهُ بِعِبَادَتِهِ وَبَيَّنَ لَهُمْ أَحْكَامَ شَرِيعَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ اعْتِقَادًا لِرُبُوبِيَّتِهِ، وَإِذْعَانًا لِجَلَالِهِ وَعَظَمَتِهِ وَصَمَدِيَّتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى مِنْ خَلِيقَتِهِ، وَالْمُخْتَارُ الْمُجْتَبَى مِنْ بَرِيَّتِهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا
‎أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ. وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Rukun-Rukun Khutbah dan Penjelasannya

Perlu kita ingat kembali bahwa kita diciptakan ke dunia ini sejatinya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah berfirman:


‎وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ


Artinya, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat. Ayat 56)


Dalam ayat ini dengan tegas Allah Ta’ala menjelaskan tugas utama diciptakannya jin dan manusia yakni untuk semata-mata beribadah kepada Allah Ta’ala. Maka seyogyanya sebagai manusia, kita harus terus mencoba dan mencoba untuk menjadikan setiap langkah dan nafas kita untuk taat beribadah kepada-Nya.


Oleh karena hal tersebut, melalui mimbar yang berkah ini, khatib berwasiat kepada hadirin sekalian untuk bersama-sama meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena sejatinya yang dimaksud beribadah kepada Allah adalah menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-larangan-Nya.

Baca Juga

Khutbah Jumat: Keutamaan Menutupi Aib Orang Lain


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Selanjutnya sebagai seorang muslim kita juga perlu tahu bahwa dalam melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya ada yang bersifat wajib juga ada yang bersifat sunnah. Ibadah wajib adalah ibadah yang diwajibkan kepada seorang muslim yang apabila tidak dikerjakan maka akan mendapat dosa.


Sedangkan ibadah sunnah diposisikan sebagai ibadah tambahan yang apabila dikerjakan maka akan mendapatkan pahala dan ketika ditinggalkan maka ia tidak mendapatkan apa-apa. Walaupun begitu ibadah sunnah sejatinya berfungsi untuk menyempurnakan cinta Allah Ta’ala kepada kita. Maka menjalankan ibadah sunnah sebaiknya tidak ditinggalkan. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:


‎إِنَّ اللّٰهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ


Artinya: “Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits qudsi), “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya.“ (HR. Bukhari)


Di dalam hadits ini, Allah memberikan ultimatum yang sangat tegas bahwa siapa saja yang memusuhi wali-Nya, akan berperang dengan-Nya. Siapakah yang akan menang bila berperang dengan Tuhan pencipta semesta alam? Tentu kita semua tahu jawabannya. Bahwa tidak mungkin ada yang bisa menang melawan Allah Ta’ala.


Baginda Rasulullah SAW juga menjelaskan jalur utama bagi seorang hamba agar memperoleh predikat dicintai Allah. Beliau menjelaskan bahwa jalur tercepat untuk mendekatkan seorang hamba kepada Allah ialah dengan mengerjakan segala hal yang diwajibkan oleh Allah dan istiqamah berusaha mengerjakan ibadah-ibadah yang disunnahkan.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Selain sebagai alat untuk menggapai cinta Allah Ta’ala, ibadah sunnah juga dapat menyempurnakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah wajib.


Sebagai manusia biasa yang tak luput dari alpa, tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pelaksanaan ibadah wajib, kita masih memiliki banyak kekurangan. Shalat wajib kita yang kurang khusyu’, atau puasa Ramadhan kita yang kurang sempurna. Di sinilah fungsi ibadah sunnah, yaitu menyempurnakan atau menambal kekurangan yang terdapat dalam ibadah wajib. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:


‎إِنَّ مِنْ أَوَّلِ مَا يُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، قَالَ: يَقُولُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا؟ فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ


Artinya, “Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal manusia adalah shalat.” Rasulullah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman kepada malaikat, dan Allah lebih mengetahui, “Periksalah shalat hamba-Ku, apakah sempurna atau ada kekurangan?” Jika shalatnya sempurna, maka dicatat sempurna untuknya. Jika terdapat suatu kekurangan, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah?” Jika seorang hamba memiliki amal ibadah sunnah, Allah Ta’ala berfirman, “Sempurnakanlah ibadah wajibnya dengan ibadah sunnahnya.” Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Ahmad)


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Setelah memahami penjelasan tersebut, maka sudah sepatutnya kita berusaha sekuat tenaga untuk istiqamah dalam menjalankan kesunnahan. Karena sejatinya orang-orang saleh akan memanfaatkan sisa usianya untuk beribadah kepada Allah baik ibadah wajib maupun sunnah.


Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani menyebutkan adab orang-orang saleh kepada Allah Ta’ala. Mereka memiliki akhlak rendah hati atau tawadhu yang luar biasa. Mereka tidak pernah bangga terhadap sempurnanya ibadah wajib yang dilakukan. Oleh karena itu mereka memaknai ibadah sunnah yang mereka lakukan sebagai penambal untuk menyempurnakan kekurangan ibadah wajib mereka. Beliau menyebut dalam Tanbihul Mughtarrin halaman 38:


‎وَمِنْ أَخْلَاقِهِمْ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُمْ عَدَمُ شُهُودِهِمْ فِي نُفُوسِهِمْ أَنَّ لَهُمْ نَوَافِلَ مِنَ الْعِبَادَاتِ وَلَوْ قَامُوا حَتَّى تَوَرَّمَتْ أَقْدَامُهُمْ وَإِنَّمَا يَرَوْنَ ذَلِكَ كَالْجَابِرِ لِبَعْضِ النَّاقِصِ الْحَاصِلِ فِي فَرَائِضِهِمْ


Artinya, “Salah satu akhlak para wali dan orang-orang seh antara lain tidak memandang adanya ibadah sunnah sebagai tambahan bahkan kalau mereka beribadah sunnah sampai kakinya memar. Mereka hanya memandang ibadah sunnah sebagai penambal kekurangan pada ibadah wajib mereka,” 


Tentu, menjadi saleh adalah cita-cita yang harus dimiliki pribadi seorang muslim. Maka mari bersama-sama membangun kesalehan kita dengan sungguh-sungguh fokus beribadah baik ibadah wajib ataupun sunnah.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikian khutbah jumat siang hari ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menambah semangat kita untuk giat beribadah, baik ibadah wajib atau ibadah sunnah. Semoga penjelasan tersebut dapat menjadi rambu-rambu kita agar tidak menyepelekan ibadah-ibadah sunnah. Aamiin ya rabbal alamin.


‎بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ . أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II

‎اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا،


‎أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


‎اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


‎عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ


Ustadz Abdul Karim Malik, alumni Al-Falah Ploso Kediri, pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi, dan pengajar di Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.
 

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default