Khutbah Jumat: Penguatan Ekoteologi untuk Lingkungan yang Lestari
NU Online · Selasa, 2 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ilustrasi alam yang lestari. Sumber: Canva/NU Online.
Penulis
Krisis lingkungan yang terus melanda bukan hanya terjadi karena persoalan teknis dan motif ekonomi, tetapi juga sebagai masalah keimanan dan tanggung jawab pribadi manusia terhadap amanah Allah SWT. Bumi adalah ciptaan Allah yang memiliki nilai intrinsik dan wajib dijaga keseimbangannya oleh kita sebagai khalifah di muka bumi. Menjaga alam berarti menjaga kehidupan, serta mencerminkan ketaatan dan rasa syukur kepada Allah.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Penguatan Ekoteologi untuk Lingkungan yang Lestari”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu amanah besar yang Allah titipkan kepada kita sebagai manusia adalah tugas sebagai khalifah di muka bumi, yaitu menjaga, memakmurkan, dan melestarikan alam ciptaan-Nya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Lima Golongan yang Dikhawatirkan Su’ul Khatimah
Di tengah krisis lingkungan yang semakin nyata, mulai dari kerusakan hutan, pencemaran air dan udara, hingga perubahan iklim yang mengakibatkan berbagai bencana, kita perlu kembali menguatkan kesadaran ekoteologis, bahwa sikap terhadap lingkungan adalah bagian dari akhlak dan ibadah kepada Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita perlu pahami bahwa masalah lingkungan bukan hanya persoalan ilmu pengetahuan dan karena motif ekonomi. Kerusakan lingkungan bisa disebabkan persoalan moral, spiritual, dan keagamaan yang menuntut tanggung jawab manusia sebagai makhluk berakal.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Hidup adalah Pilihan, Tentukan yang Terbaik
Dalam Islam, alam merupakan anugerah Allah yang sangat bermanfaat dan vital karena merupakan ciptaan yang harus dirawat, dihormati dan bukan semata menjadi objek eksploitasi. Oleh karena itu, dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 30 tadi, kita sebagai manusia diberi kedudukan sebagai khalifah atau pengelola bumi yang wajib menjaga dan memakmurkannya.
Tanggung jawab ini menegaskan bahwa merawat dan melestarikan alam merupakan bagian dari ibadah dan bentuk ketaatan kepada Allah. Merusak lingkungan merupakan bentuk pelanggaran terhadap amanah Allah, karena dampaknya tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kehidupan makhluk lain dan keadilan sosial. Oleh karena itu penting untuk menguatkan nilai-nilai ekoteologi dalam setiap individu.
Dalam Islam, nilai-nilai ekoteologi tercermin jelas melalui ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Al-Qur’an jelas melarang kita membuat kerusakan di bumi setelah Allah memperbaikinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A'raf ayat 56:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ ٥٦
Artinya: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
Rasulullah juga memberikan teladan pelestarian lingkungan, seperti anjuran menanam pohon meski hari kiamat hampir tiba, menjaga kebersihan air, dan larangan menebang pohon sembarangan bahkan di tengah peperangan. Semua itu menunjukkan bahwa menjaga lingkungan merupakan bagian dari etika Islam yang luhur.
Sabda Rasulullah:
إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
Artinya: “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Penguatan ekoteologi akan membangkitkan kesadaran spiritual sehingga kita lebih peduli terhadap kelestarian bumi, mengubah cara pandang dari eksploitasi menjadi konservasi, serta menata kehidupan sosial dan ekonomi secara adil serta berkelanjutan.
Wujud dari kuatnya ekoteologi yang tertanam dalam diri kita dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti gerakan penghijauan, pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, dakwah tentang kesadaran ekologis, dan sikap hemat energi serta air dalam kehidupan sehari-hari.
Ekoteologi hadir sebagai pengingat bahwa bumi adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dilestarikan. Menyelamatkan lingkungan berarti menjaga keberlangsungan hidup seluruh makhluk dan sekaligus mengabdikan diri kepada Allah. Beribadah adalah tugas utama kita di dunia sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Melalui pendekatan ekoteologis, keyakinan dalam beragama diharapkan kembali menyatu dengan kelestarian alam, sehingga keseimbangan ciptaan dapat terjaga untuk generasi masa kini dan yang akan datang.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Dengan kuatnya ekoteologi dalam diri, maka kita tidak hanya taat dalam ibadah ritual, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian alam sebagai amanah Allah SWT. Kesadaran ini akan mendorong kita untuk menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sumber daya alam secara bijak, serta menolak segala bentuk perusakan dan pemborosan yang merugikan kehidupan.
Ketika nilai-nilai keimanan terwujud dalam sikap ekologis, maka bumi akan tetap terpelihara keseimbangannya, keberlanjutan kehidupan dapat dijaga, serta rahmat Islam sebagai agama yang membawa kedamaian bagi seluruh alam atau rahmatan lil ‘alamin akan benar-benar tercermin dalam perilaku kita.
Allah berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam," (QS Al-Anbiya': 107)
Semoga penguatan ekoteologi menjadi jalan tercapainya keberkahan dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk di muka bumi. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu,