LP Ma’arif PBNU Agendakan Pendampingan Pascabencana untuk Warga Terdampak Banjir di Sumatra
NU Online · Selasa, 2 Desember 2025 | 18:30 WIB

Sekretaris LP Maarif PBNU Harianto Oghie jelaskan rencana pendampingan korban pascabencana di Pulau Sumatra, Selasa (2/12/2025). (Foto: Ghufron/TVNU)
Kontributor
Jakarta, NU Online
Menyikapi rentetan bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif PBNU mengagendakan serangkaian program pendampingan pascabencana.
Rencana ini disampaikan usai acara Capacity Building bertema enguatan Pengelolaan Madrasah yang digelar bekerja sama dengan UNICEF di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Sekretaris LP Ma’arif PBNU Harianto Oghie, menyatakan bahwa lembaganya memiliki kepedulian dan kesiapan untuk berpartisipasi dalam penanggulangan dampak bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
“Terkait dengan bencana alam yang terjadi di tiga provinsi di Indonesia, LP Ma’arif PBNU memiliki kepedulian bersama seluruh pengurus wilayah se-Indonesia untuk berpartisipasi,” ujar Oghie.
Lebih lanjut, Oghie memaparkan bahwa fokus kontribusi lembaganya adalah pada fase pemulihan.
“Insyaallah kami akan lakukan kegiatan pascabencana terkait dengan trauma healing kemudian supporting guru-guru yang akan kita bina di wilayah terdampak banjir,” paparnya.
Oghie menerangkan fokus utama dari sumbangsih LP Ma’arif PBNU berfokus pada pemulihan kondisi masyarakat dan anak didik yang ada di lokasi bencana.
Untuk melaksanakan agenda tersebut, LP Ma’arif PBNU akan mengerahkan tim dan berkoordinasi dengan jejaring organisasi otonom NU setempat.
“Insyaallah, mudah-mudahan tidak ada halangan LP Ma’arif akan menurunkan tim untuk melakukan trauma healing,” ujarnya.
Selain itu, Oghie menyebut akan bekerja sama dengan IPNU dan IPPNU sebagai jejaring dari LP Ma’arif yang berada di tiga wilayah provinsi terdampak bencana tersebut.
Sementara itu, Ketua LP Ma’arif PBNU, Muhammad Ali Ramdhani, dalam kesempatan terpisah menekankan pentingnya membangun kesadaran lingkungan dan tanggap bencana melalui pendidikan. Ia menyoroti bahwa bencana ekologis sering kali merupakan dampak dari kelalaian manusia.
“Sebetulnya, kejahatan dari perubahan iklim ini adalah akibat dari kelalaian manusia di dalam mengelola alamnya. Maka, kita perlu menanamkan cinta lingkungan. Ketika kita cinta kepada lingkungan maka lingkungan cinta kepada kita,” pesan Dhani.
Menanggapi hal serupa, Sekretaris LP Ma’arif PBNU, Haryanto Oghie, juga menekankan perlunya integrasi pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum secara lebih mendalam.
“Ekologi spiritual perlu ditajamkan dalam kurikulum. Bencana yang terjadi di Sumatera mengingatkan semua kita akan pentingnya geospatial awareness untuk mengurangi risiko bencana,” ujarnya.
Oghie menambahkan bahwa kesadaran geospasial harus dibangun sejak dini dan melibatkan seluruh komunitas sekolah.
“Tanggap bencana merupakan respons bersama terhadap kesadaran geospasial bangsa Indonesia, baik guru, siswa, orang tua siswa dan sekolah harus memiliki satu konsep pendidikan geospatial awareness,” pungkasnya.