Kemenag Evaluasi Masalah Verifikasi Data Jemaah Haji 2023, Tahun Depan Pakai AI
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg.inews.co.id%2Fmedia%2F600%2Ffiles%2Finews_new%2F2023%2F07%2F04%2Fant_haji_sujud_syukur__1_.jpg)
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Agama (Kemenag) berencana untuk menggunakan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam layanan haji tahun 2024. AI digunakan untuk menyelesaikan masalah verifikasi data jemaah.
"Setelah musim haji ini, kami akan melakukan perbaikan dalam verifikasi dokumen. Pada tahun lalu, kami menghadapi kendala dalam proses verifikasi dokumen di embarkasi," ujar Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenag, Faisal Ali Hasyim, Rabu (5/7/2023).
Faisal menjelaskan salah satu kendala yang dihadapi pada pelaksanaan haji tahun ini adalah verifikasi dokumen jemaah. Contohnya adalah permintaan visa jemaah haji yang memakan waktu lama karena terkendala dalam Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat).
"Di Siskohat terdapat kasus di mana dalam sistem terdapat satu nama, tetapi dalam endorsement terdapat tiga nama atau foto tidak diunggah dengan lengkap. Saya telah meminta kepada Tim Irjen untuk tahun depan agar kita dapat mendorong penggunaan Kecerdasan Buatan dalam hal ini," katanya.
Dengan menggunakan AI, Faisal menjelaskan bahwa jika ada yang memasukkan hanya satu kata tanpa melampirkan lembar persetujuan di halaman tiga, permohonan tersebut akan ditolak.
"Misalnya, jika nama yang dimasukkan adalah Faisal, maka jika hanya satu kata tidak bisa diproses. Namun, dalam permintaan visa terdapat tiga nama dalam endorsement, dan setelah dilampirkan dengan lengkap baru dapat diproses," ujarnya.
Dengan demikian, tidak akan seperti sekarang di mana dokumen terus-menerus dilemparkan dari kabupaten ke provinsi, dari provinsi ke pusat, dan dari pusat kemudian dilemparkan kembali ke kabupaten dan kota.
"Ke depan, di tingkat kabupaten dapat dilakukan penghentian. Saya telah mempelajari sistem Siskohat, hal ini dapat diwujudkan. Namun, terkadang perlu akselerasi dari saya agar dapat terealisasi," katanya.
Selain itu, perubahan konfigurasi jumlah kursi pesawat dari 480 menjadi 400 juga terjadi karena terlambatnya proses validasi data jemaah.
"Ini juga menjadi catatan yang akan saya perbaiki, yaitu penyiapan data dokumen jemaah. Proses permintaan visa pada tahun lalu keluar di saat injury time. Jika semuanya lengkap sejak awal, itu akan luar biasa," tuturnya.
Editor : Muhammad Fida Ul Haq
Follow Berita iNews di Google News