Jangan Kaget Jika 1 Keluarga Terpisah Bus dan Hotel di Mekah, Ini Penjelasannya - Halaman all - Tribun-timur

Laporan Mansur Amirullah, Media Centre Haji dan Wartawan Tribun-timur.com dari Mekah
MEKAH,TRIBUN-TIMUR.COM - Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, menggelar jumpa pers terkait pelayanan jamaah haji selama di Kota Mekah yang berbeda dengan Madinah.
Ia menjelaskan tentang sistem syarikah yang diberlakukan Pemerintah Arab Saudi.
Sistem ini membuat jamaah satu kloter menginap di hotel berbeda dengan jamaah kloternya.
Yang menjadi perhatian adalah jamaah yang terpisah dari keluarganya padahal bersama di Madinah.
"Yang dikhawatirkan itu suami dengan istri atau anak dengan orang tua," katanya.
Muchlis mengatakan pihaknya sudah menganalisis hal ini sejak awal.
Ia mengatakan masalah ini sudah dibahas pada rapat 7 Mei lalu dengan pihak syarikah.
Pertemuan itu melibatkan Kementerian Haji dan para syarikah di Arab Saudi.
Pemisahan ini bisa terjadi saat jamaah berangkat dari Madinah ke Mekah.
Baca juga: PPIH Minta Jamaah Haji Tidak Curhat ke Medsos Jika Pelayanan Kurang Memuaskan
Terutama pada gelombang pertama kedatangan jamaah ke Mekah.
Muchlis menegaskan pihaknya akan berupaya menjaga kenyamanan jamaah.
"Kalau terpisah, akan diupayakan untuk digabungkan lagi di Mekah," jelasnya.
Termasuk jamaah lanjut usia dengan pendampingnya.
Pemisahan terjadi karena sistem baru berbasis syarikah.
Sistem ini mewajibkan jamaah dikelompokkan berdasarkan syarikah, bukan kloter.
Akibatnya, jamaah satu keluarga bisa ditempatkan di hotel berbeda.
Bahkan, bisa diangkut dengan bus yang berbeda pula.
Baca juga: Saira Daeng Mutti JCH Luwu Batal Naik Haji, Wafat Usai Dirawat di RS Belopa
Namun, Muchlis mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan syarikah.
Ada kesepakatan untuk memberikan kelonggaran bagi jamaah terpisah keluarga.
"Syarikah sekarang sudah berkoalisi, mereka memahami dampaknya," katanya.
Faktor kemanusiaan jadi pertimbangan utama, terutama untuk lansia.
"Syarikah sangat memperhatikan ini," tegas Muchlis mengatakan.
"Faktor kemanusiaan itu tidak bisa diabaikan dan syarikah sudah komitmen. Caranya nanti salah satunya menerbitkan nusuk baru sehingga bisa bersatu lagi," tegasnya.
Muchlis mengatakan Kemenag terus berkoordinasi untuk menjaga kenyamanan jamaah.
Ia berharap jamaah tetap fokus beribadah meski hotel terpisah.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana jamaah haji Indonesia dilayani hanya satu muassasah yang berbasis geografis (Asia Tenggara).
Tahun ini, Indonesia menggunakan jasa 8 syarikah untuk melayani jamaah haji Tanah Air.
Syarikah merupakan perusahaan asal Arab Saudi yang bertanggung jawab menyediakan seluruh layanan dan kebutuhan jamaah haji, termasuk melayani 37.497 jamaah haji tanazul di Mina.
Baca juga: Pemerintah Permudah Jamaah Lansia Lewat Program Tanazul dan Murur
Berikut 8 syarikah yang bekerja sama dengan Kementerian Agama RI:
1. Al-Bait Guests akan melayani 8.250 jamaah tanazul.
2. Raqeen Mashariq akan melayani 6.325 jamaah tanazul.
3. Sana Mashariq akan melayani 4.943 jamaah tanazul
4. Rehlat & Manafea akan melayani 6.700 jamaah tanazul
5. Al Rifadah akan melayani 2.933 jamaah tanazul
6. Rawaf Mina akan melayani 3.035 jamaah tanazul
7. MCDC akan melayani 3.299 jamaah tanazul
8. Rifad akan melayani 2.082 jamaah tanazul.
Menurut Kepala Satgas Arafah
Muchlis menyebut banyaknya syarikah yang terlibat pada penyelenggaraan haji 2025 menuntut petugas haji memahami dan mengetahui.
Alih-alih berdampak negatif sebaliknya justeru akan berdampak positif terumata di face penting Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) nanti.
Para syarikah ini bertanaggungjawab mengelola khusus sektor di Armuzna.
"Misal zonasi jamaah di Arafah. Setiap zonasi dikelola oleh masing-masing syarikah sehingga ketika ada akomodasi yang kurang atau belum ada, petugas haji langsung koordinasi dengan syarikah terkait di zona tersebut," kata Muchlis.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar